TV & Movies
Review Film Transformers: Rise of The Beasts, sajian yang back on track
www.gwigwi.com – Film yang menjadi direct sequel dari film Bumblebee yang dirilis pada tahun 2018. mengisahkan pertarungan sengit antara Autobot dan Terrocon serta Unicorn.
Film yang berlatar di tahun 1994, di mana Optimus Prime pemimpin para autobots bertemu dengan Optimus Primal, seorang Autobots yang menyerupai gorila, selama ini bersembunyi di hutan belantara.
Pertemuan mereka menjadi momen penting karena Optimus Primal mengingatkan Optimus Prime tentang ancaman besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Disamping itu, seorang pria bernama Noah dari Brooklyn dan seorang peneliti artefak berbakat bernama Elena ikut terlibat dalam perseteruan antara Optimus Prime dan musuhnya yang bernama Scourge.
Dalam pertempuran ini, Autobots dibantu oleh the Maximal. Adegan aksi yang menegangkan segera dimulai sejak menit awal film.
Pertarungan tersebut tidak berjalan dengan mudah, dan para Autobot dan Maximal harus berjuang habis-habisan untuk melawan ancaman Terrocon dan Unicorn yang ingin menghancurkan bumi.
Entri ke-7 dari franchise film Transformers yang disutradarai oleh Steven Caple Jr memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan dengan seri sebelumnya.
Film ini menampilkan aksi epik dari Autobot dan Maximal dengan ledakan dan efek visual yang kuat dan konsisten.
Selain fokus pada Autobots dan Maximals, karakter manusia seperti Noah dan Elena juga memainkan peran penting dan menarik perhatian penonton.
Formula pada cerita film inipun masih sama dari film-film sebelumnya, yakni Noah dan Elena sebagai dua pemuda yang tak sengaja terjebak dalam seteru para robot gigantik ini.
Transformers, Rise of the Beasts tentu menjanjikan tontonan yang memanjakan mata dan seru untuk disaksikan. Dengan catatan, deskripsi tersebut hanya untuk penonton berusia 6-14 tahun.
Siapa bocah yang tidak girang kala menonton robot hewan berukuran raksasa berlarian ke sana ke mari dengan robot mobil raksasa?
Sisi bocah dalam diri gue pun tergugah sedari awal film, ketika robot king-kong itu berkata dengan serius ingin menyelamatkan alam semesta.
Referensi kultural yang patut digarisbawahi seperti pada pemilihan scoring atau musik latar yang didominasi oleh karya hip-hop klasik di era tersebut, seperti Tupac ataupun Wu-Tang Clan.
Hal itu tentu memberikan hiburan tersendiri bagi saya. Sepengalaman saya, sudah lama sekali film-film blockbuster sejenis Transformers tidak memberikan ruang untuk seniman ikonis yang seringkali kurang dilirik Hollywood macam Tupac.
Seolah yakin bahwa sejak Bumblebee, film terbaru Transformers ini akan sukses, Transformers: Rise of the Beasts menyimpan kejutan di menit akhir.
Kalau film ini sukses, bersiaplah untuk menyaksikan dunia Transformers yang lebih besar lagi. Dan setelah melihat film ini, gue siap untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh mereka lakukan untuk film Transformers berikutnya di masa depan.
Secara keseluruhan, Transformers: Rise of the Beasts jadi pilihan tepat untuk tontonan ringan dengan kesederhanaan cerita yang benar-benar tidak kaya. Meski begitu, film ini bisa jadi wadah nostalgia sekaligus membiarkan anak-anak melihat bagaimana imajinasi para robot bertarung menjadi ‘nyata’. Also nambah wishlist mainan baru untuk para kolektor brand Hasbro.
TV & Movies
REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no
www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.
Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.
Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.
Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.
TV & Movies
Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM
www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).
Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…
Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.
Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.
Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?
Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.
Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.
Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.
Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak
Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.
BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.
Box Office
Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton
www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.
Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.
-
Event4 weeks ago
AVIOT Akan Tampil di Anime NYC 2024, Konvensi Anime Terbesar di Pantai Timur AS
-
News3 weeks ago
GwiGwi Merayakan Satu Dekade Kreativitas dan Kebersamaan “Always Together, Always Unique”
-
Event3 weeks ago
Get Ready! Pokémon GO City Safari: Jakarta Hadir dengan Pokémon Eksklusif dan Fitur Baru!
-
Music3 weeks ago
Anime Hub Spotify Akan Berkolaborasi Dengan Pihak Crunchyroll
-
News3 weeks ago
Manga Mattaku Saikin no Tantei to Kitara Mendapatkan Adaptasi Anime
-
News3 weeks ago
Webinar UNITY: Teknik Menjaga Mental dan Performa Saat Bermain Game
-
TV & Movies3 weeks ago
Review Film The Crow (2024), mencoba setia dengan komiknya
-
Event3 weeks ago
PENGGEMAR ANIME BERANGKAT KE FENWAY PARK RABU INI UNTUK “ONE PIECE NIGHT”