Connect with us

TV & Movies

Review Film The Boogeyman, Adaptasi Stephen King yang Epik!!

Published

on

Review Film The Boogeyman, Adaptasi Stephen King Yang Epik!!

www.gwigwi.com – GwiGwi.com – Sadie Harper (Sophie Thatcher) dan Saywer Harper (Vivien Lyra Blair) baru saja kehilangan ibu mereka akibat sebuah kecelakaan. Diliputi rasa sedih yang mendalam, keduanya berusaha untuk mencari perhatian pada ayahnya, Will Harper (Chris Messina) yang sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang psikiater.

Suatu hari, ayahnya tiba-tiba kedatangan seorang pasien yang ingin melakukan konsultasi bernama Lester Billings (David Dastmalchian). Ia mengaku telah diikuti sosok monster yang mengakibatkan kedua anaknya terbunuh.

Mendengar kesaksian tersebut, Will kemudian menghubungi polisi karena menganggap Lester dalam kondisi depresi berat dan berbahaya.

Review Film The Boogeyman, Adaptasi Stephen King Yang Epik!!

Review Film The Boogeyman, Adaptasi Stephen King Yang Epik!!

Sang adik, Sawyer, yang takut gelap sering diganggu oleh sosok yang tinggal dalam bayangan atau disebut Boogeyman. Monster ini kerap bersembunyi di dalam lemari miliknya atau kolong tempat tidur yang gelap dan tiba-tiba muncul untuk menakuti dirinya. Begitu juga dengan Sadie yang karena suatu kejadian, akhirnya mengalami hal serupa dari makhluk yang berusaha membunuh keluarganya.

Alih-alih berusaha mendengar kedua anaknya, Will justru menolak untuk mempercayai cerita tersebut dan memilih mengantarkan anaknya pada sebuah sesi konseling. Sementara itu, kemunculan makhluk tersebut semakin sering datang dan bersiap untuk memangsa mereka setelah lampu dimatikan.

Film yang disutradarai oleh Rob Savage berhasil menampilkan cerita horor yang menegangkan tanpa jumpscare yang lebay. Meski tidak ada yang terlalu beda dengan pola cerita Stephen King – monster pemakan manusia dalam kegelapan yang berada dalam lemari baju atau kolong tempat tidur – tapi eksekusi cerdas  tampilan cahaya dan bayangan yang selalu menandai munculnya hantu nokturnal ini memberikan perspektif dan atmosfer yang menyeramkan sampai ke kursi penonton.

Setidaknya, banyak yang menonton sambil tutup mata demi menghindari jumpscare yang membuat lompat dari bangku.

Review Film The Boogeyman, Adaptasi Stephen King Yang Epik!!

Review Film The Boogeyman, Adaptasi Stephen King Yang Epik!!

The Boogeyman punya unsur yang menarik, karena memberikan pengalaman penonton untuk ikut merasakan ketakutan dalam film lewat eksekusi yang rapi dan modern. Dominasi unsur visual yang gelap dan hanya dipenuhi cahaya remang-remang, seolah mengembalikan ketakutan masa kecil kita akan ruangan gelap dengan kemungkinan munculnya monster jahat yang mengerikan.

Pengalaman ini seolah menjelaskan juga mengapa sudut ruangan rumah yang gelap itu bisa menciptakan imajinasi mengerikan bagi sebagian orang.

Kemasan visual ini juga didukung ole musik scoring yang menjadi pengiring adegan kemunculan sang monster memberikan efek yang mengerikan.

Duo penulis A Quiet Place, Scott Beck dan Bryan Woods bekerjasama dengan penulis Black Swan, Mark Heyman, berhasil menuangkan cerita horor berbalut kesedihan. Sekali lagi, penonton bukan hanya ikut merasa takut tapi juga memahami kesedihan yang dialami Will dan anak-anaknya pasca kematian istrinya.

Review Film The Boogeyman, Adaptasi Stephen King Yang Epik!!

Review Film The Boogeyman, Adaptasi Stephen King Yang Epik!!

Seorang ayah yang sebetulnya perhatian namun berusaha menutupi perasaan sedih dan kehilangan di depan kedua putrinya. Sementara kedua anaknya yang berusaha mendapatkan perhatian ayahnya namun gagal karena terlalu sibuk sehingga mengobati rasa kehilangan dengan sendirinya.

Hal ini sangat relate dalam kehidupan sehari-hari tanpa perlu adanya adegan horor, tapi justru itulah kekuatan trio penulis ini dalam mengemas sebuah konflik sebagai benang merah keseluruhan film.

Akhir kata, film The Boogeyman cukup menarik dengan beberapa konflik yang dimunculkan sejak awal. Bukan saja mengenai konflik yang fokus pada sisi horornya, namun juga sisi humanis yang mengajarkan manusia untuk menerima dan merelakan kematian orang yang kita sayang.

 

Advertisement

TV & Movies

Review Film NEVER LET GO, Horor ala dongeng kelam

Published

on

Review Film Never Let Go

www.gwigwi.com – Junebug (Halle Berry) dan kedua anaknya; Sam (Anthony B. Jenkins) dan Nolan (Percy Daggs IV) pergi keluar rumahnya di tengah hutan antah berantah untuk pergi mencari makan. Ketiganya mengenakan tali yang terhubung dengan rumah. Mereka berjanji dengan sepenuh hati untuk tidak melepaskannya. Tali yang mengamankan mereka dari godaan iblis di hutan…

NEVER LET ME GO memilliki premis high concept sederhana yang tampaknya mudah sekali dibuat menjadi horror klise nan mudah ditebak. Menariknya, sedari pada membuatnya film horror biasa, film memiliki nuansa layaknya cerita dongeng yang kelam.

Review Film Never Let Go

Review Film Never Let Go

Mulai dari penggunaan chapter, setting hutan yang seperti kisah Hensel and Gretel dan nuansa mistis supranatural non abrahamic religius yang menyelimuti. Momen terbaiknya adalah saat film berasa seperti kisah folk tale ala amerika bagian selatan. Menjadikan NEVER LET GO berasa unik dan punya identitas sendiri.

June tampak paranoid berlebihan akan iblis di hutan. Samuel mau mempercayainya tapi Nolan mulai meragukan ibunya. Apalagi saat Koda, anjingnya, menjadi taruhan.

Apakah si iblis benar ada atau hanya godaan dari situasi mereka yang penuh putus asa? Film memainkan suspense tersebut dan sebagian besar cukup berhasil hingga membuat NEVER LET GO menjadi pengalaman unik dibanding horror lain.

Review Film Never Let Go

Review Film Never Let Go

Hanya saja begitu sampai pada jawabannya, boleh jadi kurang memuaskan. Agak membuat bingung apa kesimpulan film ini; ingin bicara soal konflik psikologis kah? Selamat dari monster? Atau keduanya?

Rasanya jawaban dari klimaksnya terlalu ingin meraup semua tapi justru berakhir gamang. Tidak dengan pembangunan ketegangannya yang diadegankan dengan efektif dan diakhiri dengan scare yang menghantam.

NEVER LET GO barangkali eksperimen menarik dari tipikal premis high concept yang biasanya ambil jalur aman saja. Film ini mau melangkah lebih jauh di luar zona aman dan serius menghadirkan sesuatu yang berbeda.

Continue Reading

TV & Movies

REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no

Published

on

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM

Published

on

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).

Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…

Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.

Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?

Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.

Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.

Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.

BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending