TV & Movies
Review Film Mickey 17, Satir humor kurang rapih Bong Joon-Ho

Mickey (Robert Pattinson) dikejar penagih hutang dan memilih kabur keluar angkasa bersama temannya, Timo (Steven Yuen). Dia menjadi expendable, di mana tanpa dia lihat jeli kontraknya, mengizinkan perusahaan untuk mengkopi tubuhnya untuk bermacam eksperimen.
Tiap dia mati, mereka mengprint tubuhnya untuk dieksploitasi lagi dan lagi. Menjatuhkan harga dirinya seperti barang sekali pakai, gampang dibuang. Mickey 1 telah lama mati, kini Mickey 17 yang didaratkan ke planet Nifelheim untuk tujuan bos nya, Marshall (Mark Rufallo) membuat koloni berisi manusia murni idealnya.

Mickey 17 terjatuh ke lubang. Selamat, Mickey kembali ke kamarnya di mana ia bertemu dengan Mickey 18, kopinya yang baru diprint….
MICKEY 17, karya terbaru sutradara Bong Joon-Ho yang sempat memukau dengan PARASITE yang berhasil menggondol banyak penghargaan. Bagaimana film itu bisa membawakan hal tersirat menjadi kontekstual begitu elegan nan cerdas.

Sayangnya di film adaptasi buku berjudul MICKEY 7 ini, pesannya soal xenophobia, fasisme dan fanatisme terasa gamblang nan datar semakin film bergulir.
Pattinson melebur menjadi Mickey dengan berbagai wajah. Apalagi saat Mickey 17 yang lemah dan Mickey 18 yang lebih ganas berhadapan. Sungguh terasa seperti 2 orang berbeda.

Mungkin tujuan karakter narsistik dan xenophobic Kenny Marshall adalah parodi dari Donald Trump. Menarik, tapi melihat pendukung Marshall juga memakai topi merah dan memiliki slogan khusus, rasanya terlalu mencolok nan kurang..cantik mainnya. Sedaripada satir, malah berakhir karikatur konyol.
Hubungan Mickey dengan pacarnya, Nasha (Naomi Ackie) menjadi jangkar drama film. Memang cukup dipahami Nasha sebagai modal cinta Mickey yang lemah tak bisa apa-apa, tapi beberapa scene hubungan itu terlalu eksesif. Toh tidak terlalu berdampak juga untuk pesan film secara keseluruhan di endingnya.

Meskipun blocking kamera dan pemainnya masih wah, sepertinya Bong Joon-Ho kesulitan menahan diri untuk lepas bersenang-senang dan menyampaikan pesan sampai keduanya terasa berlebihan di banyak porsi. Menjadikan MICKEY 17 boleh jadi karya sutradara Korea Selatan itu yang paling kurang tertata dibanding film lainnya.
TV & Movies
Review Film The Accountant 2, Kembalinya Si Pembunuh Autistik

www.gwigwi.com –
Ben Afleck, kembali lagi menjadi Christian Wolff , sang Akuntan yang ahli dalam membereskan berbagai hal di luar hukum. Dalam film ini Braxton (Jon Bernthal), Direktur FINCE Marybeth Medina (Cynthia Addai-Robinson), dan mantan Direktur FINCE Ray King (J.K. Simmons) juga kembali memerankan peran yang sama.
Christian dibantu oleh Braxton kali ini diminta Marybeth untuk menyelidiki kematian Ray King setelah ia bertemu dengan seorang pembunuh bernama Anais (Daniella Pineda) yang sangat misterius dan sulit dilacak. Mereka harus mengetahui siapa pelaku dan motifnya dalam membunuh Ray serta apa sih benang merah dengan Anais ini.
Semakin mereka menyelidiki lebih dalam, semakin jelas pula bahwa mereka sedang berhadapan dengan sindikat perdagangan manusia asal Mexico yang menyekap anak-anak di sebuah kamp di Juarez, Mexico. Kedua bersaudara inipun bertekad menyelamatkan anak-anak tersebut sebelum mereka menghilang.
Dalam sekuel ini pun Gwiple akan menyaksikan bagaimana Christian yang kaku mencoba memperbaiki hubungannya dengan Braxton yang merasa dia selalu harus melindungi kakaknya tapi tidak pernah merasa mendapatkan apresiasi dari saudaranya. Sebetulnya segmen ini bagus untuk menampilkan bahwa mereka tidaklah pembunuh berdarah dingin yang tidak punya empati namun rasanya terlalu panjang sehingga jadi membosankan.
Untuk aksi tembak menembaknya rasanya kurang intense dibandingkan yang pertama namun masih dapat memukau Gwiple karena terlihat professional dan bukan sekedar dar der dor. Humor humor yang ditampilkan banyak berkisar pada kecanggungan Christian dalam bersosialisasi dengan lawan jenis, banyak yang memang lucu tapi ada beberapa yang terasa cringe. Overall setelah 8 tahun penantian, Accountant 2 ini seru banget untuk ditonton di bioskop mulai 25 April 2025. Pastikan kalian dapat menontonnya.
TV & Movies
Review Film Drop, Suspense Di Dalam Restoran Mahal

Violet, adalah seorang janda beranak satu yang memiliki trauma KDRT mendiang suaminya. Setelah lama hidup single akhirnya ia memutuskan menemui seorang cowo, Henry yang dikenalnya di dating app. Anaknya, Toby pada malam itu dijaga oleh adiknya, Jenn dan Violet pun berangkat menuju Pallette, sebuah restoran mahal dan berkelas.
Sesampainya disana Violet akhirnya bertemu dengan Henry, cowo ganteng yang berprofesi sebagai fotografer . Setelah mereka berdua duduk di meja yang sudah dipesan, Violet mendapat pesan aneh dari DigiDrop nya. Awalnya ia acuhkan tapi pesan- pesan muncul terus hingga ia diancam harus mengikuti instruksi si pengirim pesan bila tidak ingin anak dan adiknya mati.

Violet yang tidak ingin melakukan perbuatan kriminal tanpa mengorbankan keluarganya harus mencari akal bagaimana mengulur waktu dan menemukan siapa yang mengancamnya serta kenapa dia yang dipilih.
Suspense yang dibangun dalam film ini amat menarik karena Gwiple akan dibuat menerka-nerka siapa pelaku yang meneror Violet dan menebak apa motif mereka memilih Violet dan kenapa. Gwiple juga akan dibuat gemes melihat tindakan-tindakan yang dilakukan Violet dalam memenuhi tuntutan si peneror sambil mempertahankan kencannya tetap berlangsung, dan meminta pertolongan dari pengunjung lain. Namun siapakah pengunjung yang bisa dipercaya? Karena bisa saja salah satu dari mereka merupakan peneror yang mengirimkan pesan-pesan via DigiDrop.

Overall, Drop merupakan film yang seru dan membuat Gwiple akan terus menebak-nebak bagaimana Violet dapat meloloskan diri dari si peneror. Film ini sudah dapat disaksikan di bioskop-bioskop.
TV & Movies
Review Film Until Dawn, Teror Berulang Yang Segar Nan Perih

Film adaptasi game lagi. Dengan menterengnya resepsi seri THE LAST OF US, reaksi cukup baik tentang seri DEVIL MAY CRY Netflix dan baru-baru ini sukses besarnya film MINECRAFT, yak sepertinya adaptasi game sedang cerah-cerahnya. Bisakah UNTIL DAWN, game horror keluaran SONY ini tidak jadi contoh yang nyungsep?

Clover (Ella Rubin) berusaha mencari adiknya, Melanie (Maia Mitchell). Dibantu teman-temannya; Max (Michael Cimino), Megan (Ji-Young Yoo), Nina (Odessa A’zion) dan pacar nina, Abe (Belmont Camell), mereka sampai pada sebuah rumah yang anehnya, tidak turun hujan setitik pun di tengah badai. Teror pun dimulai….
Berbeda tulen kisah film ini dengan gamenya. Kebetulan penulis sudah memainkannya dan perubahan yang dilakukan berhasil menyegarkan cerita tipikal horror sekelompok anak muda.
Konsep time loop, waktu yang diulang saat para karakter semuanya mati, yang digunakan memberi warna pada cerita dari sekedar serem-seraman saja. Mereka berembuk mencari cara lolos dari lingkaran hidup mati, ada komedi juga dan menariknya, teror yang segar.

Tak berhasil bila permainan ketegangannya tidak efektif, tetapi UNTIL DAWN…wah, sudah menghentak sedari awal.
Scarenya terasa diperhatikan sampai mendetail, hingga sembunyi dari pembunuh (yang sudah dilakukan ratusan film) bisa terasa segar dan mengerikan lagi. Serangan pertama dari pembunuh inilah yang menancapkan kegilaan ke depannya, yang menariknya terus bisa terasa fresh dan ngeri saat teror-teror baru diperkenalkan.
Rasanya atensi audiens dihargai dengan presisinya keseraman yang diberikan. Membuat film tidak sekedar slasher kejam-kejaman kosong, tapi permainan terornya diangkat ke level lebih tinggi namun tidak menjadi art house yang bahasa visualnya spesifik yang bisa bikin audiens umum bingung.

Para karakternya pun bukan tipikal pengganggu logika nonton horor. Mereka tidak bodoh ataub menyebalkan. Aktif menerka situasi dan selalu membuat kita peduli tiap mereka diserang.
Mungkin yang agak kurang matang adalah tema emosinya yang kelihatan sekali coba dihubungkan dengan konflik batin Clover. Sayangnya, tidak terasa karena penonton sudah disibukkan dengan horornya. Solusinya pun ya konfrontasi fisik saja.

UNTIL DAWN mengejutkan. Bila atensi presisi ini adalah gaya adaptasi PLAYSTATION PRODUCTION ke depannya, maka akan menaarik sekali melihat iklim adaptasi game ke depannya. Tidak sabar melihat adaptasi game samurai GHOST OF TSUSHIMA nanti.
-
Berita Anime & Manga4 weeks ago
Review Episode 6 Anime Rougo ni Sonaete Isekai de 8-manmai no Kinka wo Tamemasu: Membicarakan Tentang Tunangan dan Pacar Mitsuha
-
Berita Anime & Manga1 week ago
Shinjiteita Nakama-tachi ni Dungeon Okuchi de Korosarekaketa ga Gift Akan Tayang Pada Bulan Juli 2025 Nanti
-
Berita Anime & Manga4 weeks ago
Review Episode 2 Anime Eiyuu-ou Bu wo Kiwameru Tame Tenseisu Soshite Sekai Saikyou no Minarai Kishi: Seorang Gadis Mengalahkan Ksatria Suci Muda
-
Berita Anime & Manga4 weeks ago
Review Rougo ni Sonaete Isekai de 8-manmai no Kinka wo Tamemasu Episode 1: Terlempar Dalam Dunia Isekai
-
Berita Anime & Manga4 weeks ago
Review Episode 4 Anime Rougo ni Sonaete Isekai de 8-manmai no Kinka wo Tamemasu: Membuka Toko Kelontong di Isekai
-
Berita Anime & Manga4 weeks ago
Review Episode 5 Anime Rougo ni Sonaete Isekai de 8-manmai no Kinka wo Tamemasu: Membuat Pesta Bangsawan Lebih Meriah
-
Film Anime4 weeks ago
Review Anime Watashi no Shiawase na Kekkon Episode 12: Menggunakan 2 Kekuatan Untuk Menyelamatkan Calon Suami
-
Film Anime4 weeks ago
Review Anime Watashi no Shiawase na Kekkon Episode 4: Awal Dari Titik Balik Sebuah Kebahagian