Connect with us

TV & Movies

Review Film Live Action Gintama, adaptasi apik yang sangat menghibur

Published

on

GwiGwi.com – Film yang ditunggu-tunggu di tahun 2017 ini, Live Action Gintama akhirnya tayang juga di bioskop tanah air. Film yang diantisipasi oleh banyak penggemarnya ini mulai tayang 23 Februari 2017 di bioskop terpilih di seluruh Indonesia.

Cerita berkisah tentang Gintoki Sakata yang dimainkan Shun Oguri, seorang samurai dimana pedang samurai sendiri itu dilarang. Dimana Era edo terinvasi oleh alien yang disebut Amanto, yang diceritakan bahwa Amanto berhasil memenangkan perang melawan Jepang di era peperangan beberapa tahun silam. Seting tempat film ini bak gabungan film sci-fi dengan nuansa Jepang era edo.

Gintoki memiliki sebuah toko kerja sambilan dengan karyawan Shinpachi (Masaki Suda), Putra almarhum pemilik dojo yang masih percaya pada roh samurai dan Kagura (Kanna Hashimoto), seorang gadis alien super kuat dengan nafsu makan yang besar dan sikap yang lebih aneh lagi. Tentu saja Sadaharu, peliharaan Kagura.

 

Berhubung Gintama merupakan serial yang sudah lama sekali, sehingga film ini tidak banyak menceritakan pengembangan karakter yang muncul tetapi hanya menjelaskan latar belakang mereka. Diawal film sedikit diceritakan bagaimana Shinpachi yang akhirnya bertemu Gintoki pertama kalinya.

Cerita berlanjut tentang Benizakura, pedang sakti yang menjadi sorotan utama di film ini. Dua bersaudara menghubungi Gintoki untuk mencari Benizakura yang hilang. Kemudian Gintoki berhasil mengetahui bahwa pedang tersebut disalahgunakan oleh Takasugi, teman masa kecil Gintoki yang juga pemimpin grup pemberontak yang kejam. Shinsengumi, pasukan polisi Edo, juga menjadi perhatian dalam film ini yang mana merupakan memiliki tujuan yang sama dengan Gintoki.

 

Walau serial Gintama merupakan serial lama, buat kamu yang baru menonton film ini, kamu dapat dengan mudah menikmatinya. Beberapa adegan pembuka yang mungkin tidak terlalu penting, namun mengundang tawa, dapat membuat penonton lebih mengetahui personal masing-masing peran yang bermunculan.

Pengambaran anime dalam film live action ini pun dapat memuaskan para penggemarnya. Setting tempat distrik hiburan malam Kabukicho pun dibuat mirip seperti di serialnya. Jika kamu pernah mengunjungi Toei Studio Park di Kyoto, kamu dapat langsung mengetahui bahwa kebanyakan lokasi syuting film ini dilakukan di beberapa sudut Toei Studio Park yang mana terkenal dengan lokasi tema Jepang jaman Edo.

Beberapa detil kecil yang mengenalkan para pemeran pun banyak ditampilkan di live action ini seperti anggota Shinsengumi, Hijikata yang menggunakan pemantik api dengan model mayonnaise. CG dalam film ini pun cukup halus yang mampu memanjakan mata, namun jangan dibandingkan dengan film Hollywood.

 

Berbicara soal joke atau candaan, Live Action Gintama memiliki hal itu dari awal film hingga klimaks saat lagi seriusnya bertarung. Beberapa plesetan terhadap anime dan show lainnya pun banyak ditemukan, yang pastinya mengundang tawa bagi kamu yang mengikutinya.

Kanna Hashimoto yang memainkan Kagura, bisa dibilang sukses memerankan karakter Kagura yang enerjik namun kocak. Dialek tiongkok yang khas dari Kagura pun cukup baik disajikan oleh Hashimoto.

Jika kamu terbiasa dengan film komedi Jepang, live action dari manga karya Hideaki Sorachi ini akan menghiburmu. Jangan sungkan untuk mengajak sodara, pacar dan kenalan kamu yang tidak terbiasa dengan film jejepangan, karena film ini mampu dinikmati oleh siapa saja. Penasaran apakah Gintoki Cs berhasil merebut benizakura? langsung saja nonton film ini dibioskop terdekat.

Advertisement

TV & Movies

Review FIlm WEREWOLVES, All Bark No Bite

Published

on

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

www.gwigwi.com – Wes (Frank Grillo) harus bertahan hidup dari serangan para manusia yang bermutasi menjadi werewolves akibat super moon, untuk kembali pada keluarganya.

Sedatar dan se in the face itulah WEREWOLVES. Bila berharap akan ada barang sedikit variasi atau kedalaman atau dimensi, saaangat minim ada.

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Film berfokus pada aksi bertahan hidup ala serial gim RESIDENT EVIL, lengkap dengan set piece kota kacau berantakan ala Raccoon City. Memang ada beberapa ketagangan yang dimainkan tapi selain satu dua adegan mengejutkan, WEREWOLVES tak banyak, atau nihil, inovasi.

Para pemain, khususnya Katrina Law sebagai Dr. Chen, berperan dengan sepenuhnya. Justru Frank Grillo sendiri yang terlihat kurang maksimal. Barangkali karena karakternya sendiri yang datar maka si aktor yang tengah naik daun (bisa jadi makin nanjak setelah CREATURE COMMANDO nya DC rilis) ini memang tak diberi banyak hal untuk diaktingkan. Hanya beraksi saja kebanyakan.

Manusia serigalanya sendiri juga sayangnya kurang memiliki keunikan yang bisa menonjol dibanding werewolves di media lain. Memakai efek praktikal untuk aksinya, si manusia serigala justru sering terlihat kurang meyakinkan. Bukannya seram malah sebaliknya.

WEREWOLVES tampaknya butuh sentuhan spesial yang biasanya dimiliki sutradara seperti James Gunn atau Michael Bay. That little bit of touch to make em bite harder.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film MOANA 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Published

on

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

www.gwigwi.com – Sejalan dengan inisiatif baru Disney untuk berfokus pada franchise yang sudah ada, maka muncullah MOANA 2. Apakah bisa menciptakan ombak sebesar dulu atau malah yang tak perlu?

Moana (Auli’i Cravalho) bertambah dewasa dan tidak berhenti berlayar untuk menemukan suku lain di horizon. Akhirnya dia mengetahui sebuah entitas jahat bernama Nalo mengutuk pulau Motefatu yang dahulu pernah menyatukan berbagai manusia di lautan.

Maka berangkatlah Moana ke Motefatu disertai berbagai karakter baru untuk membantunya. Sementara Maui (Dwayne Johnson) sedang terjebak di suatu tempat…

Seperti halnya supporting karakter baru/teman-teman Moana yang tidak jelas perkembangan karakternya, MOANA 2 terkesan tak mempunyai alasan kuat untuk ada ataupun urgensi sangat mendesak bagi Moana harus bertualang.

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Motivasi petualangannya tidak sekuat dulu yang mendobrak kutukan generasional. Maka jadinya beragam elemen lain pun terdampak; musik yang tidak terlalu catchy, banyak karakter baru kurang menarik, emosi cerita yang sekenanya dan rasanya lagu-lagu yang tak perlu yang seakan demi mengisi kuota saja karena ini animasi musikal.

Aneh rasanya saat nyanyian di film live action WICKED bisa lebih emosional dan WONKA bisa lebih memberi nuansa magis sedari pada animasi dengan segala triknya.

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Meski demikian para penyumbang suara baik Auli’i, The Rock dan lainnya memberi 100% hasrat mereka dan memang mengena.

MOANA 2 mungkin pertanda yang kurang baik bagi Disney akan inisiatif barunya walau INSIDE OUT 2 sudah memulai lebih baik. Barangkali para pemangku rumah tikus bisa mendapat inspirasi dari James Gunn, Co-CEO DC STUDIOS, yang berkata baru akan green light proyek bila puas dengan naskahnya.

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

ELIO terlihat menarik sih. Semoga pesan persatuan MOANA 2 bisa mengena para pembuat kekacuan di Palestina dan Lebanon.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film We Live in Time, setiap menit yang penuh arti

Published

on

By

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

www.gwigwi.com – Tobias (Andrew Garfield) seorang pegawai IT, sedang apes soal percintaan setelah ia diceraikan oleh istrinya yang memilih mengejar kariernya di Swedia dan mengabaikan mimpi mereka.

Saat momen akan menandatangani surat cerai, ternyata pulpennya macet membuatnya harus keluar kamar hotel dan membeli pulpen baru. Di perjalanan kembali ia justru malah ditabrak mobil yang dikemudikan oleh Almut (Florence Pugh) yang kemudian membawanya ke rumah sakit.

Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta pun muncul diantara mereka berdua. Namun nasib lagi-lagi tak berpihak pada Tobias, usut punya usut Almut ogah punya anak dan berkeluarga seperti yang didambakan olehnya.

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

Tobias pun harus merelakan mimpinya demi hidup bersama cinta sejatinya, Almut pun mulai tersentuh dan berpikir untuk menjadi seorang ibu, namun hubungan asmara mereka kembali diuji di mana ia justru didiagnosa mengidap kanker ovarium stadium 3.

Film yang disutradarai oleh John Crowley mungkin sering kita lihat seperti film-film dengan genre yang sejenis. Namun penyajian dengan alur maju-mundurnya yang membuat film ini berbeda.

Dengan alur yang berjalan dengan acakadut but in a good way, sehingga menjadi sebuah sajian yang sangat menyentuh dan membuat para penonton juga ikut merasakan emosi yang berantakan.

Permainan emosi ini juga didukung oleh kemampuan cast yang mumpuni dari Andrew Garfield dan Florence Pugh.

Kepiawaian sang aktor yang menampilkan sosok Tobias dengan kekakuannya sebagai pegawai kantoran dan Almut yang diperankan Florence Pugh yang cukup energik, liar dan juga penuh hasrat untuk mengejar kariernya sebagai chef seolah menjadi dua kutub yang berlawanan namun disatukan dengan cinta.

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

Bagaimana tokoh Tobias yang jarang sekali menampilkan emosinya hampir di sepertiga film membuat penonton makin simpati padanya yang berkali-kali harus mengalah.

Apalagi momen di mana ia harus merelakan acara pernikahan yang diaturnya sedemikian rupa setelah Florence Pugh justru lebih memilih tampil di ajang bergengsi di dunia kuliner.

Adegan tersebut cukup “nyesss” buat gue sebuah kondisi dilema antara membahagiakan pasangan dan memuaskan ego menjadi pergumulan batin yang menarik untuk disaksikan.

Di menit akhir film justru Florence Pugh yang mencuri hati para penonton di mana ia melakukan perpisahan yang sangat berkesan untuk menutup kisah ini yang membuat kita mungkin akan nangis jelek.

Secara keseluruhan, film We Live in Time seolah menjadi refleksi untuk para pasangan, bagaimana terkadang kita lupa untuk bersyukur dan menatap terlalu jauh hingga lalai bahwa kita hidup di saat ini yang setiap menitnya sangat berarti.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending