TV & Movies
Review Film Gundala, Kurang Menggelegar?
GwiGwi.com – Sancaka (Abimana Aryasatya) mendapatkan kekuatan mengeluarkan petir terus setelah krisis batin memutuskan untuk menjadi jagoan pembela
rakyat.
Film Superhero kali ini buatan anak bangsa. Seolah itu sudah sebuah cap kebanggaan padahal kualitasnya sendiri belum pasti (Bayangin kalo Marvel ato DC promosinya, “Karya anak bangsa Amrik!”). Setelah Wiro Sableng dan Foxtrot Six yang mengecewakan dan menggaungkan nada yang sama, kalimat itu justru bikin was-was. Karena kalo kita kesampingkan “kelokalan-nya” apakah karya ini bisa berdiri sendiri?
GUNDALA menceritakan Sancaka dari sejak kecil. Hidupnya jadi anak buruh, derita ditinggal orang tua dan kerasnya hidup di jalanan. Belajar dari berbagai kejadian di hidupnya, Sancaka kecil menolak untuk membantu orang lain. Dia diajari begitu oleh Awang (Faris Fadjar) yg juga mengajarinya silat. Disuruh cuek tapi tertolong karena dibantu orang yang ngajarin untuk cuek.
Cerita awal mulanya ini berlangsung cukup lama dan mungkin anda berharap ini akan menuju sesuatu yang penting untuk karakter Sancaka dewasa nantinya. Menantang batinnya yang sudah menderita begitu lama untuk jadi lebih baik.
Begitu Sancaka dewasa, plot karakter dia terbayangi oleh plot lain yang cerita seputar “relevansi” keadaan sosial dan politik juga plot racunin beras. Cerita soal awal mula Gundala ini terasa disampingkan untuk om-om politikus gak menarik ngobrol soal begituan. Tetiba memberi urgensi berskala besar untuk ceritanya.
Bayangkan IRON MAN kalau habis bikin armor MARK 3, ditimpa plot INFINITY WAR. “Kanvas”-nya Gundala sendiri belum beres, mau main di “kanvas” yang lebih besar lagi. Hasilnya hampir, kalau gak mau dibilang nihil, adanya kedalaman yang konkrit pada karakter jagoan filmnya sendiri. Dua jam lebih nonton film ini, saya kurang bisa bilang apa spesialnya karakter Sancaka selain dia adalah tipikal karakter jagoan. Kesalahan besar mengingat utamanya genre Superhero adalah menjual karakternya.
Bagaimana dengan plot sosial politik nya? Film ngeliatin banyak yang demo. Rakyat kesel, marah begitulah dan bagaimana akhirnya solusinya? Ridwan Bahri (Lukman Sardi) karakter politikus, memberi pernyataan formal di DPR (?) soal perlunya bersatu dan disambung oleh 2 politikus lain. Selesai. Gak ada perdebatan sengit. Gak ada drama menegangkan. Hanya terjadi dan pergi.
Itu juga problem film ini, tergesa-gesa. Adegan demi adegan begitu cepat lewat begitu saja karena kurang atau tak ada muatan emosinya. Hampir gak ada drama. Batin Sancaka yang tadinya individualis luluh begitu saja menjadi altruis tanpa ada sebuah pertentangan atau momen penting yang di highlight untuk turning point-nya.
Alurnya pun bermasalah karena sesuatu seolah harus terjadi setiap 5 menit selain cerita Sancaka kecil. Hampir, atau nihil mungkin, respon emosi karakter dari suatu kejadian yang baru terjadi karena ditimpa lagi kejadian lain. Hampir gak ada momen untuk karakternya “bernapas”, meresapi apa yang terjadi, seolah takut penonton langsung hilang perhatiannya.
Film full aksi macam The Raid dan Mad Max: Fury Road saja punya down moment untuk bersiap di aksi besar berikutnya. Gak hanya itu mereka juga punya variasi cara menampilkan ketegangan; Rama sembunyi di dalam tembok saat dicari musuh bergolok dan Max dkk. yg dikejar musuh tak terlihat di waktu petang. Di GUNDALA kebanyakan hanya baku hantam aja (yang sering diiringi score yang kurang proporsional untuk skala aksinya) dengan koreografi yang gak jauh berbeda.
Adegan aksi kurang variatif, jadi menjemukan dan melelahkan.
Satu-satunya momen yang tulen saya suka adalah saat Gundala melawan penjahat musikus. Keluar dari jeratan gritty sosial politik relevansinya dan lepas menjadi film komik. Adegan ini punya warna unik, gak gelap dan cokelat mulu, dan karakter lawannya yang sinting. Hanya di situlah saya merasa menariknya Jagat Bumi Langit (MCU-nya Indonesia) yg punya banyak potensi kalau saja sisi “komiknya” lebih ditonjolkan. Sayangnya momen itu hanya sebentar saja. Berlalu pergi setelah menyambar sekali.
Pemainnya bagus bisa maksimalin materi yg sebenernya biasa aja. Top deh mereka. Kita beneran punya aktor-aktor yg oke beh dah. Aman beh bagian ini.
Ada tentara Amrik (ato udah veteran? Lupa) pernah bilang untuk memulai hari dari merapikan kasur. Maksudnya mungkin untuk berbuat dari hal yang kecil dan bisa berkembang lagi dari situ. Kuatin di sesuatu yang dianggap sederhana dan biasa (karakter n cerita) supaya siap untuk nantinya, mau bikin universe sekuel-sekuel kek entah.
Soal relevansi, lucunya GUNDALA mungkin adalah penggambaran zaman juga; gak cukup untuk menjadi satu hal,harus lebih besar lagi tapi kurang memahami porsi yang sebenarnya diperlukan.
Joko Anwar mungkin adalah sutradara yang hebat dalam karya originalnya yang memiliki genre dan pasar yg lebih spesifik. Saya gak yakin kalau beliau dan Angga Dwimas Sasongko (Wiro Sableng) adalah filmmaker yang cocok untuk genre mainstream seperti superhero atau aksi petualangan. Semoga GUNDALA jadi pembelajaran untuk filmmaker muda lokal soal genre populer yang terbilang masih baru untuk dunia film Indonesia.
Negeri ini butuh patriot… ya dan negeri ini juga butuh filmmaker lain.
TV & Movies
Review Film Wolf Man, Teror dan Tragedi Manusia Serigala
Blake muda dilatih oleh ayahnya (Sam Jaeger) untuk menjadi pria kuat yang bisa bertahan hidup tanpa dirinya. Siapa sangka 30 tahun kemudian, saat Blake (Christopher Abbot), istrinya Charlotte (Julia Garner) dan Ginger (Matilda Firth) anaknya, kembali ke rumah sang ayah di belantara hutan, Blake mengalami kejadian naas yang merubahnya menjadi sosok yang menerornya dulu…
Seakan ingin mengulang kesuksesan INVISIBLE MAN, Universal Pictures dan Blumhouse kembali menggaet sutradara Leigh Whannel untuk menggawangi WOLF MAN. Bisakah dia mengembalikan teror manusia serigala dengan tema menarik seperti karya sebelumnya?
Saat ditunjukkan pada suatu event sosok manusia serigala di WOLF MAN yang lebih manusia daripada serigala, sekejap langsung menuai komentar negatif karena dirasa kurang menyeramkan Setelah menonton akhirnya bisa dipahami tujuan wujud demikian.
WOLF MAN ingin penonton merasa iba dengan perubahan perlahan Blake. Mendadak tak masalah memakan daging busuk, tak bisa bicara dan tak mengerti ucapan istri dan anak. Kehilangan diri sendiri dan akhirnya keluarga.
Ketika melihat Blake berubah, hebatnya tak hanya merasa ngeri, penonton juga simpati pada tragedinya. Sesuatu yang terus dijaga hingga klimaks film. Menambah kompleksitas pada monster klasik ini secara maksimal.
Tentu kosong bila horornya tak efektif. Di sini kengerian masih menghantam karena hebatnya Leigh Whannel memainkan scare. Tidak terasa jemu meskipun boleh saja dibilang ending bisa ditebak.
WOLF MAN meski tidak semenarik tema INVISIBLE MAN dan seakan bermain agak aman, rasanya bisa menjadi contoh modern untuk filmmaker lain membuat film monster yang tak hanya ngeri tapi juga menyentuh.
TV & Movies
Review Film About Family, Drama Komedi Penuh Makna
www.gwigwi.com – Ham Moon Seok (Lee Seung Gi)seorang mahasiswa kedokteran yang beralih menjadi biksu karena ia menyesal tidak dapat menghadiri pemakaman ibunya saat dia masih kuliah di Amerika. Ia pun menjadi biksu kondang yang digemari banyak orang terkecuali ayahnya, Ham Moo Ok (Kim Yoon Seok) yang menginginkan keturunan dari Moon Seok.
Keinginannya tanpa diduga duga ternyata sedikit terkabulkan dengan kedatangan 2 anak yatim piatu yang mengaku anak dari Moon Seok yaitu Min Guk (Kim Si Woo) dan Min Seon (Yoon Chae Na).
Senang campur terkejut, Moo Ok amat memanjakan kedua anak ini sedangkan Moon Seok yang kebingungan harus mencari tahu kebenaran klaim anak-anak tersebut. Dan alasan sebenarnya kenapa dua anak itu menganggap Moon Seok adalah ayahnya amat tak terduga dan sangat lucu.
Moo Ok bersikukuh untuk bisa mengadopsi kedua anak tersebut sehingga mereka tetap bersama, Gwiple akan banyak menyaksikan adegan-adegan lucu Moo Ok dan Moon Seok yang mencoba menghibur anak-anak tersebut.
Berbagai adegan yang bikin kita tersenyum dan juga heartwarming membuat kita merasakan berbagai emosi di film ini relate dengan kehidupan kita.
About Family adalah film drama komedi sehingga tidak banyak konflik yang berat di film ini, selain itu Min Guk dan Min Seon digambarkan sebagai anak-anak yang baik dan penurut sehingga membuat penonton simpati.
Film yang sudah tayang di bioskop ini amat cocok ditonton oleh keluarga karena pseannya yang menyentuh.
Box Office
Review Film Keajaiban Air Mata Wanita, Cobaan Berat yang Berbuah Manis
www.gwigwi.com – Sebuah film Indonesia menarik akan segera hadir di bioskop. Sebuah film yang narasinya akan membuat kita merenungkan hidup saat mengalami permasalahan yang amat sulit. Hadir dengan judul Keajaiban Air Mata Wanita, film yang disutradarai Indra Gunawan ini sarat akan pesan moral yang menginspirasi. Seperti apa filmnya?
“Agama mengajarkan agar semua perasaan ini dikelola agar mendapatkan keajaiban,” – Ustadz Nas (Keajaiban Air Mata Wanita, 2025)
Kiki (Citra Kirana) seorang wanita sukses dan juga ibu dari seorang putri, berusaha bangkit dari keterpurukan pasca kematian mendadak sang suami, Ronald. Ia semakin stres dan makin terdesak saat masalah demi masalah mendatangi dirinya tanpa henti. Terjebak dalam keputusasaan, kehidupan Kiki yang tadinya indah berubah menjadi kelam saat ia mengalami kesulitan keuangan akibat dipecat dari pekerjaannya, dan mulai kehilangan harta bendanya, termasuk rumah yang ia tinggali bersama anaknya, Bunga.
Pada suatu hari, teman lamanya, Rahma (Natasha Rizky) berkunjung ke rumahnya dan mengenalkannya pada Magnet Rejeki, sebuah ilmu yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Rahma terus mendukung Kiki lewat ilmu yang selama ia dapatkan selama ini dari Ustadz Nasrullah, yang memberinya rasa tenang dan kesadaran mendalam bahwa setiap pikiran adalah doa. Kiki tiap hari berusaha mengamalkan ilmu Magnet Rejeki yang mengubah hidupnya secara ajaib. Satu per satu ia berhasil menyelesaikan semua masalahnya. Bahkan dengan kesabarannya, ia kembali mendapatkan suami baru, Bagas (Rezky Aditya) di sebuah pertemuan yang tak ia sangka-sangka.
Sebagai sebuah film, Keajaiban Air Mata Wanita berhasil menyampaikan misinya sebagai kompas dan pemberi motivasi bagi mereka yang selama ini tersesat dan jatuh dalam banyak persoalan yang dialaminya. Keberadaan Citra dan Rezky sebagai pasutri di dunia nyata, membuat chemistry keduanya sangatlah intim dan terasa emosional di setiap momen yang mereka hadapi, terlebih di prolog dan menjelang konklusi.
Namun, peran Natasha Rizky sebagai Rahma sangatlah mencuri perhatian. Karakter Rahma bagaikan malaikat yang dikirim Allah untuk membantu hambanya yang sedang jatuh, tersesat dalam cobaan yang dihadapi tiap individu. Entah bagaimana nasib Kiki kalau tidak ada temannya yang selalu sabar menemaninya saat dalam kesulitan. Luar biasanya karakter ini juga memberikan kita pelajaran lewat eksposisi menarik lewat narasinya, di mana eksposisi ini sangatlah emosional dan akan membuat pembanding yang sepadan dengan masalah yang dihadapi Kiki.
Secara keseluruhan, Keajaiban Air Mata Wanita akan membuat mereka yang mengalami masalah serupa, mendapatkan pembelajaran dari ilmu Magnet Rezeki yang diberikan Ustadz Nas. Lewat narasinya yang membumi dan tidak menggurui siapapun, diharapkan ilmu yang sangat positif ini bisa dipelajari siapa saja yang menonton film ini dan memperoleh manfaatnya di kemudian hari. Keajaiban Air Mata Wanita akan tayang serentak di semua bioskop Indonesia mulai 23 Januari 2025, So jangan ketinggalan ya Gwiples!
-
Box Office4 weeks ago
REVIEW FILM: SONIC THE HEDGEHOG 3; SEMAKIN KUAT MENGUASAI BIOSKOP
-
Berita Anime & Manga2 weeks ago
Makoto Shinkai Mengungkapkan Sedang Membuat Seri Film Anime Terbaru
-
Box Office3 weeks ago
Review Film The Prosecutor, Combo Aksi dan Drama Dunia Hukum
-
Berita Anime & Manga4 weeks ago
OVERLORD: The Sacred Kingdom Akan Tayang Bioskop Indonesia Bulan Januari 2025 Nanti
-
Cosplay2 weeks ago
Kumpulan Cosplayer Memukau dan Unik di Comic Market 105
-
Berita Anime & Manga4 weeks ago
Ranma ½ Akan Mendapatkan Adaptasi Season Kedua
-
Berita Anime & Manga4 weeks ago
Nageki no Bourei wa Intai shitai Mendapatkan Adaptasi Season 2
-
Gaming4 weeks ago
DreadOut Remastered Collection Akan Rilis Pada Bulan Januari Tahun 2025 Nanti