Connect with us
Maaf Anda Melihat Iklan
Auto Draft

TV & Movies

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia tiba

Published

on

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

www.gwigwi.com – Dominic Toretto (Vin Diesel) dengan kepala plontos, badan macho, suara serak, bir Corona di tangan dan mobil dodge charger nya kembali lagi. Sekarang film dibuka langsung dengan beliau, keluarga dan teman-temannya, La Familia, sedang makan bersama. Sesuatu yang biasanya dilakukan sebagai kataharsis atau pelepasan ketegangan setelah klimaks cerita di film-film sebelumnya. Apakah pertanda semuanya akan baik saja atau scene ini adalah Perjamuan Terakhir mereka bersama?

Malamnya datanglah Cipher (Charlize Theron), hacker sakti yang menjadi lawan berat di film ke delapan, The Fate of The Furious (2017). Dia terluka, mengaku ulah dari “Setan” dalam bentuk Dante (Jason Momoa). Dia datang untuk membalaskan dendam ayahnya, Hernan Reyes (Joaquim de Almeida), musuh Dom di film Fast Five (2011).

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

Dante diusung layaknya Thanos nya The Fast and The Furious dengan pengaruh dan kekuatannya yang besar dicampur sifat tak menentu nan kejam tanpa rasa manusiawi ala Joker. Dia banyak tertawa dan berlaku aneh tapi di saat tertentu, Jason Momoa mampu menunjukkan kebenciannya yang dalam pada Dom dan La Familia. Meski memang banyak sekali kebetulan dan dibuat-buat rencananya, poin karakternya sampai dan si aktor pemain Aquaman ini bisa menjualnya.

Hal ini yang justru sulit dilakukan para jagoannya. Aksi-aksi mustahil berbalut spesial efek memang khas franchise ini dan film ke 9 lebih ngegas lagi. Rasanya semakin sulit mentoleransi kemustahilannya bila tak dibarengi karakter-karakter yang menarik diikuti dan dipedulikan.

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

Peran La Familia kurang lebih sama saja dan detrimental pada filmnya sendiri; Dom bagian sedih dramatis, Roman (Tyrese Gibson) jadi badut, Tej (Chris “Ludacris” Bridge) yang komentarin konyolnya dia, Ramsey (Nathalie Emmanuel) eksposisi soal teknis sci-fi nya dan Han (Sung Kang) jadi si cool tak banyak bicara. Tingkah pola mereka yang monoton membuat paruh awal film ini agak berat diikuti. Bergantung sekali pada kedekatan dengan fans lantaran sudah mengikuti mereka sejak lama. Ya kayak liat teman lama saja.

Sampai datanglah Jakob (John Cena) dan Shaw (Jason Statham) dengan energi maskulin yang kentalnya. Liat mereka berdiri saja berasa aura karismatiknya yang menarik dilihat dan diikutin. Suntikan testosteron yang dibutuhkan film yang bisa kelewat soap opera komedi ini.

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

Walau adegan baku hantam terlalu banyak secara garis besar alurnya jarang terasa benar-benar membosankan. Setiap berpindah perspektif tiap karakter melakukan aksi yang berbeda di tempat yang berbeda jadi kerap terasa segar. Baanyak sekali yang terjadi di film yang ramai suaranya ini tapi penonton tak kehilangan fokus siapa mau melakukan apa. Kalau iya pun glegar aksi paling tidak diharap tetap membuat mata ke layar.

Tak berarti tak ada yang jadi korban ramainya plot. Karakter-karakter seperti Letty (Michelle Rodriguez), Cipher (Charlize Theron), Tess (Brie Larson) dan Isabel (Daniela Melchior) dirasa setengah matang. Ya, memang Aimes (Alan Ritchson) diberi porsi menarik tapi sepertinya rencana besar disiapkan untuk mereka semua dan di sini hanya pembuka.

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

Review Film Fast X, Ancaman Terbesar La Familia Tiba

Bisa dibilang Fast X ini adalah Infinity War nya franchise The Fast and The Furious. Vin Diesel menjanjikannya sebagai awal dari trilogi baru. Mungkin layaknya film besar bertepatan 10 tahun Marvel Cinematic Universe itu, non fans barangkali tak tertarik ikut perjalanan baru La Familia tapi fans tetap bisa duduk di kursi penumpang Dodge Charger Dom. Yah, dengan beberapa catatan di untuk sopirnya.

 

Advertisement

TV & Movies

Review Film Expendables 4, Iko Deserves Better

Published

on

Review Film Expendables 4, Iko Deserves Better

www.gwigwi.com – Suarto Rahmat (Iko Uwais) mengincar detonator nuklir. Maka turunlaaah tim Expendables yang dipimpin Barney (Sylvester Stallone) bersama temannya Lee Christmas (Jason Statham) dan…yang lain; Gunner (Dolph Lundgren), Road (Randy Couture), Easy (Curtis ’50 Cent’ Jackson) dan Galan (Jacob Scipio).

Setelah misi berakhir naas, tim dipimpin oleh Gina (Megan Fox) ditambah anggota Lash (Levy Tran), sementara Lee yang dibebastugaskan berencana beraksi sendiri untuk menghajar Suarto Rahmat. Statham vs Uwais!

EXPENDABLES 4 secara cerita sebenarnya mempunyai inovasi dan twist dibandingkan dengan 3 film sebelumnya. Namun dialog, akting dan pengadeganan dari yang standar sampai kurang, tidak melayani inovasi itu.

Boleh saja franchisenya berdaya tarik taburan bintang. Hanya saja pada akhirnya tergantung pada karakternya, dialog dan aksinya. EXPANDABLES sering kali gagal di sini. Karakter yang kurang berkesan, komedi nyeleneh yang aneh dan untuk karakter pendukung, perannya sedikit sekali untuk cerita. Rasanya seperti versi kelas B (atau C?) THE SUICIDE SQUAD (2021) nya James Gunn.

Presentasi koreografi yang sudah oke kadang terganggu dengan kualitas CG yang kurang, kalau tidak mau dibilang memalukan, untuk mendukung para aktor bintang ini.

Bila ingin melanjutkan franchise ini kembali ke budget kecil mungkin jangan membuat cerita yang mengharuskan banyak adegan berbalut CG.

Gelut Statham vs Iko dieksekusi cukup seru walau untuk fans kedua aktor tersebut, rasanya pernah melihat mereka beraksi lebih gila lagi di film lain. Kurang berasa duo ikon film aksi total saling menghantam seperti Jackie Chan vs Jet Li di THE FORBIDDEN Kingdom (2008).

Duel Statham vs Iko seolah dipersingkat lantaran ada kejutan di cerita setelahnya. Sayangnya karena directing yang kurang membuat cerita sulit dipedulikan, surprise itu berakhir biasa saja. Jadi berharap Statham vs Iko digarap super total sebagai adegan pamungkasnya.

EXPENDABLES 4 adalah (atau EXPEND4BLES? entah) franchise yang seakan dipaksa terus hidup dan mungkin baiknya dibiarkan beristirahat selamanya. Uda Iko Uwais layak mendapat panggung lebih baik di Hollywood dan 50 Cent ambil kelas akting dulu…?

Continue Reading

Live Action

Film Live-Action OUT Rilis Trailer Utama dengan OST dari JO1

Published

on

By

Film Live Action Out Rilis Trailer Utama Dengan Ost Dari Jo1

www.gwigwi.com – Pada tanggal 15 September, situs resmi untuk versi film live-action mendatang dari manga OUT yang didakwa kriminal oleh Makoto Mizuta (seni) dan Tatsuya Iguchi (cerita) merilis trailer utama berdurasi 60 detik dengan penampilan lagu tema “HIDEOUT” oleh duo idola laki-laki Jepang JO1.

Lagu tersebut diperkenalkan di situs resmi grup sebagai berikut: “Lagu tema JO1 ‘HIDEOUT’ ditulis sebagai lagu ceria untuk memberikan vitalitas dan harapan hari esok kepada semua orang yang hidup saat ini. Lagu ini terinspirasi oleh dunia film.” Lagu bertempo cepat ini sangat ideal untuk mengakhiri kisah masa depan film, di mana tokoh protagonis mengatasi masalah remaja dengan membentuk hubungan dan persahabatan dengan kenalan baru.”

Tiga anggota grup, Sukai Kinjo, Shosei Ohira, dan Sho Yonashiro, juga ditampilkan dalam film sebagai pemeran.

Sejak serialisasinya pada tahun 2012 di Akita Shoten’s Young Champion, manga ini telah diterbitkan dalam 24 volume di Jepang. Lebih dari 6,5 juta eksemplar telah didistribusikan di seluruh dunia.

Novel Drop (2006), karya komedian Jepang Hiroshi Shinagawa, didasarkan pada pengalaman Tatsuya Iguchi, sosok dan karakter nyata dalam cerita. Alur Cerita: Setelah dibebaskan dari panti asuhan remaja, Iguchi berkenalan terutama dari geng motor “Kirihito,” dan dia segera menemukan dirinya dalam berbagai kesulitan di Nishi-Chiba.

Di pinggiran kota Tokyo, syuting dimulai pada Januari 2023 dan berakhir pada 23 Februari. 17 November 2023 adalah tanggal rilis yang dijadwalkan di Jepang untuk film yang dibintangi Tatsuya Iguchi. KADOKAWA menangani distribusi.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film A HAUNTING IN VENICE, Horor misteri bergaya klasik ala Kenneth Branagh

Published

on

Review Film A Haunting In Venice, Horor Misteri Bergaya Klasik Ala Kenneth Branagh

www.gwigwi.com – Film ketiga detektif Hercule Poirot versi Kenneth Branagh. Dimulai dari MURDER on the ORIENT EXPRESS (2017) dan sekuelnya, DEATH ON THE NILE (2022) ternyata audiens menyukai drama misteri subgenre whodunnit ini di tengah gempuran film superhero dan aksi berlapis efek walau tak pernah mendapat resepsi secara kualiti yang memuaskan. Apakah A HAUNTING IN VENICE (2023), adaptasi dari cerita ‘HALLOWEEN PARTY’ karya Agatha Christie akan berhasil mendapat respon lebih baik?

Hercule Poirot (Kenneth Branagh) mengasingkan diri di Venisia, Italia. Ia menolak mengerjakan kasus dan hanya ingin menghabiskan hari sendirian dan makan roti dengan tenang. Sampai suatu ketika kenalan namanya, penulis Ariadne Oliver (Tina Fey) yang mengajaknya ke acara pemanggilan arwah putri Rowena Drake (Kelly Reilly). Saat salah satu korban meninggal, apakah ini perbuatan arwah yang memaksa Poirot untuk mengakui adanya hantu?

Tantangan mengadaptasi kisah klasik misteri ini dan 2 film sebelumnya adalah cara membawakannya. Baik film pertama dan kedua rasanya kurang memuaskan bahkan terlalu klasik sampai rasanya kurang terasa sentuhan stylenya yang mampu membuat ceritanya lebih spesial. A HAUNTING IN VENICE (2023) memiliki pembeda yakni nuansa horror. Nah, horronya ini yang tampaknya dimanfaatkan habis-habisan oleh sutradara Kenneth Branagh.

Filmnya berasa..haunting; Lighting remang di rumah tua menonjolkan umur bangunan dan sejarahnya; score yang terkesan menggumam tak beraturan bagai ada live musik yang menemani pertunjukan teater yang secara halus membuat suasana mencekam; komposisi shot dan editing yang mengingatkan pada film bisu hitam putih horor zaman jebot seperti NOSFERATU (1923) lalu digabungkan dengan shot handheld agak shaky dan frontal pakai rig bersentuhan modern, film ini sungguh berhasil membangun suasana klasik beraksen modern yang sangat unik dibanding misteri horor lain.

Rasanya ingin melihat Kenneth Branagh mengadaptasi kisah-kisah misteri Edgar Allan Poe atau film-film segenre yang memakai style yang sama.

Style penyutradaraan inilah barangkali satu-satunya pengangkat cerita whodunnit terlalu klasik ini. Fans misteri walau awam pada novelnya, mungkin sudah bisa menebak siapa pelakunya sebelum klimaks. Bisa jadi, inilah batas yang filmmaker adaptasi bisa lakukan; inovasi di penyajian namun tak bisa kisahnya. Semoga saja selepas film ini banyak film misteri dengan cerita yang lebih kreatif nan inovatif baik kasus dan bobotnya.

A HAUNTING IN VENICE (2023) boleh jadi adalah yang terbaik di antara gubahan Poirotnya Kenneth Branagh. Di satu sisi agak sedih bila style horornya ini mungkin tak akan digunakan lagi di filmnya yang lain tapi di sisi lain, penasaran style seperti apa yang akan dibawa beliau untuk mengadaptasi buku-buku yang lain. Semoga lebih inovatif, kreatif dan memorable lagi.

Continue Reading

Trakteer

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending