Connect with us

Berita Anime & Manga

Review Anime Kantai Collection Episode 10

Published

on

[alert-warning]SPOILER ALERT! Read at your own risk[/alert-warning]

GwiGwi.com – Setelah kita dibuat mengerti tentang apa itu remodel pada episode yang lalu dan juga mengetahui Fubuki akan diremodel di epiode ini, jelas Fubuki akan bekerja keras dalam episode ini. Apalagi, dia mendengar bahwa admiral menyatakan dirinya akan sangat penting di pertempuran selanjutnya.

Apa sih rencana admiral untuk pertempuran selanjutnya? Rupanya dia memberikan rencananya untuk memancing kelompok aircraft carrier yang sudah memborbardir markas distrik dan menghabisinya. Kelompok tersebut sekarang bermarkas di “Markas AF”. Sepertinya “AF” ini adalah kode yang digunakan admiral agar jika musuh kembali menyadap mereka maka mereka tidak bisa semudah itu mengetahui maksudnya.

Sementara itu Fubuki sibuk menanyai Yuudachi tentang hal yang membuat level skillnya meningkat sampai cukup untuk remodel (agar dia juga bisa melakukannya untuk segera bisa diremodel).

Fubuki juga bekerja keras dalam sesi latihan. Tampak performanya sudah jauh berkembang dibanding saat dia pertama kali datang ke markas distrik.

Besoknya (dan untungnya Fubuki tidak tampak lelah walaupun dia dengan sengaja berlatih keras dan banyak) torpedo squadron three (sepertinya mereka kembali dibentuk setelah operasi FS dibatalkan) ditugaskan untuk mengawasi zona “MI Theater” untuk memastikan keberadaan markas AF (armada lain juga ditugaskan hal serupa tapi ke lokasi yang berbeda-beda).

Setelah mereka dikirim, Nagato di ruang command centernya masih berpikir kenapa admiral memilih Fubuki utnuk jadi bagian dalam rencana serangan balasannya yang sangat penting. Walau Fubuki adalah name ship dari Special Type Destroyers, dia berperlengkapan ataupun punya performa yang tidak jauh lebih baik dibanding kapal-kapal lain. Nagato merasa walaupun nantinya Fubuki diremodel besar-besaran, dia tidak akan berubah begitu banyak.

Di laut, Torpedo Squadron Three melakukan pengintaian zona MI Theater seperti diperintahkan. Namun ternyata pesawat pengintai lawan sudah menemukan mereka sehingga mereka segara mundur, tapi beberapa kapal lawan (4 destroyer dan 2 light cruiser) segera mendatangi mereka sehingga mau tidak mau mereka harus melawan balik. Di sini kita bisa melihat obsesi Fubuki dalam remodelnya: dia berpikir untuk meningkatkan level skillnya dengan mengalahkan kapal-kapal lawan. Bahkan dia sampai sengaja menempatkan dirinya di depan sebelum Jintsuu (ingat, Jintsuu adalah flagship dari Torpedo Squadron Three) memberi perintah apa-apa.

Tembakannya mengenai salah satu light cruiser lawan, tapi hanya bisa membuat lawan tersebut sampai luka ringan. Lebih lagi, serangan balik yang diterimanya jauh lebih banyak dibanding yang dia berikan ke lawan. Tetapi, walaupun sudah dalam keadaan rusak signifikan dan sudah disuruh mundur oleh Sendai, Fubuki tetap ingin maju dan menyelesaikan urusannya dengan light cruiser tersebut. Dirinya sudah terbutakan obsesinya untuk diremodel. Dia sudah tepat di depan light cruiser tersebut yang ternyata sudah siap untuk kembali menembaknya dan menenggelamkannya.

Fubuki sepertinya pingsan di sini, tapi di adegan berikutnya Fubuki tampak selamat di pemandian. Sendai yang menjenguknya bersama Mutsuki berkata bahwa light cruiser tersebut rupanya tidak mengenai tembakan ke dirinya sehingga dia bisa selamat. Yang menyebalkan adalah, Fubuki justru bertanya apakah dia berhasil mengalahkan light cruiser tersebut (yang Sendai jawab dengan tidak karena tembakannya juga meleset) alih-alih bersyukur dia masih bisa hidup. Ini membuat Mutsuki, yang sudah kehilangan saudarinya Kisaragi, marah.

Nagato, mereview hasil dari semua pengintaian yang telah dilakukan, melihat bahwa Torpedo Squadron Three menerima serangan balik yang paling keras yang bisa menjadi pertanda bahwa markas MI adalah markas AF yang dimaksud admiral. Tapi, dia masih tidak begitu yakin dan ingin mencari cara lain untuk membuktikannya.

Malam harinya, Fubuki menemui Mutsuki untuk meminta maaf atas sikapnya pada pengintaian barusan.

Ternyata tempat mereka berbicara sekarang adalah tempat di mana dia termenung di akhir episode pertama dan lalu admiral menemuinya dari belakang. Saat itu, dia bertanya kenapa admiral membawanya ke markas distrik itu. Rupanya alasan admiral adalah bahwa dia melihat Fubuki dalam mimpinya, mengenakan gaun pengantin, dan menyatakan cintanya kepada admiral. Karena itu, dia ingin membuat hal tersebut menjadi nyata dengan membawa Fubuki ke markas distriknya (saya…speechless di sini). Keinginan admiral untuk mewujudkan mimpinya itu membuat Fubuki juga ingin mewujudkan mimpinya sendiri: untuk menjadi berguna bagi yang lainnya. Karena itulah dia ingin sekali segera diremodel. Di akhir pembicaraan mereka, Fubuki berjanji untuk tidak akan meninggalkan Mutsuki (as in, tidak akan membiarkan Mutsuki menjadi sedih dengan membiarkan dirinya tenggelam).

Akagi dan Kaga ternyata mendengar pembicaraan mereka jauh dari belakang. Akagi berkata kepada Kaga bahwa admiral pernah memberitahunya untuk memilih kapal pengawalnya sendiri. Sepertinya dia sudah memutuskannya sekarang.

Di esok harinya, Ooyodo memberitahukan keadaan markas MI dengan bantuan pengintaian seaplane tender Chitose dan Chiyoda (dan hebatnya mereka cuma ditunjukkan punggungnya saja, bahkan tidak bersuara sekalipun. Mengingat Chitose adalah kapal pertama di game yang saya capai kai-ninya di situ saya kadang merasa sedih). Mereka melaporkan peningkatan jumlah kapal lawan di daerah itu, yang semakin meyakinkan Nagato bahwa markas MI adalah markas AF yang dimaksud admiral.

Fubuki yang tadinya ingin melakukan lari paginya seperti biasa ditemui Akagi untuk…ditawari menjadi kapal pengawalnya! Tapi Kaga datang dan, dengan penuh hormat kepada Akagi (sebagaimana di game di mana banyak speech linenya menunjukkan rasa hormatnya kepada Akagi), meminta agar Fubuki diuji kemampuannya terlebih dahulu untuk mengawal Akagi.

Yang ingin Kaga lihat dari Fubuki adalah kemampuannya melakukan pertahanan terhadap pesawat lawan (anti-air defense atau AA defense). Ini penting karena pertempuran berikutnya adalah benturan antara kekuatan udara dari kelompok aircraft carrier kedua belah pihak. Untuk mengujinya, Kaga dan Akagi akan menerbangkan pesawat latihan mereka, dan Fubuki harus bisa menghindari serangan pesawat tersebut sembari menghancurkannya dengan tembakannya.

Sementara destroyer lainnya sudah berkumpul di kelas untuk menjalani kelas mereka, Fubuki ternyata belum juga di sana. Rupanya dia masih menjalani uji cobanya, sebagaimana Shimakaze menyatakan keberadaan Fubuki di sana. Akhirnya Mutsuki dan Yuudachi segera ke sana.

Tidak heran ternyata Fubuki masih menjalani uji cobanya. Walaupun bom dan peluru yang digunakan hanya yang utuk latihan, tapi keganasan serangannya sendiri dibuat oleh Kaga dan Akagi seperti saat menjalani pertarungan nyata.

Fubuki yang masih meminta untuk mencoba melakukan uji cobanya sekali lagi mulai susah untuk tetap berdiri. Kaga mulai menurunkan busurnya, tapi Akagi belum merasa ini waktunya. Dia tahu Fubuki bisa melakukannya, karena perjuangannya sejauh ini yang dia mulai dari tingkat di mana dirinya bahkan tidak bisa berjalan di air denngan baik dulu jauh melampaui yang dia lakukan saat ini.

Dia berhasil menghancurkan pesawat pertama, lalu kedua, ketiga…pesawat keempat mengenai Fubuki hingga dia terlontar. Tapi Fubuki berhasil menghancurkannya saat pesawat tersebut berusaha untuk “benar-benar menghabisi” Fubuki.

Akagi dan Kaga puas dengan hasil tersebut. Dan lihat, akhirnya Fubuki siap untuk diremodel!

Dan inilah Fubuki kai-ni…loh kok kayaknya gak ada yang berubah!?

Karena Fubuki mulai merasa tidak yakin kalau dia diremodel, Mutsuki meyakinkannya dengan menyebut meriam barunya (10cm Twin High-angle Mount yang menjadi salah satu senjata yang dipasang oleh para admiral di game Kantai Collection kepada destroyernya untuk memberikan kemampuan AA defense yang lebih baik).

Dan seragamnya yang agak berbeda. Ya. “Agak”.

Tapi yang membuat Fubuki paling kecewa sebenarnya adalah….

Yap. Dia tampak kecewa.

Setidaknya dia mendapat hadiah hiburan di akhir: Akagi menjadikannya kapal pengawalnya secara resmi untuk operasi penyerangan berikutnya. Akhirnya impian Fubuki selama ini terwujud!

BONUS:

[youtube id=”zv-DYycDgTI” width=”600″ height=”340″ position=”center”]

Advertisement

Daftar Anime

Review Solo Leveling Season 2 Episode 9: Momen Mengharukan Kebangkitan Ibu Jinwoo

Published

on

Review Solo Leveling Season 2 Episode 9: Momen Mengharukan Kebangkitan Ibu Jinwoo

Solo Leveling Season 2 Episode 9, yang berjudul “It Was All Worth It,” berhasil mencuri perhatian penonton dengan momen emosional yang sulit dilupain. Episode ini jadi puncak dari perjuangan Sung Jinwoo untuk nyembuhin ibunya dari penyakit Eternal Sleep. Bukan cuma soal aksi, tapi juga hati yang bikin kita ikut nangis bareng Jinwoo. Yuk, kita ulas detailnya biar kamu makin penasaran atau justru nostalgia sama adegan ini!

Puncak Perjuangan Jinwoo demi Elixir of Life

Di episode sebelumnya, Jinwoo ngelawan Baran, Raja Iblis, di lantai 100 Demon Castle. Pertarungan itu bener-bener bikin deg-degan, apalagi pas Jinwoo hampir kalah. Untungnya, Esil dateng bantu ngalihin perhatian Baran, jadi Jinwoo bisa ngasih pukulan pamungkas. Hasilnya? Dia dapet bahan terakhir buat Elixir of Life, ramuan ajaib yang jadi harapan buat bangunin ibunya. Di episode 9, kita lihat Jinwoo buru-buru balik ke dunia nyata, bawa enam botol ramuan itu ke rumah sakit. Ketegangan pas dia nyamperin ibunya bikin kita ikut ngerasa cemas—apa ramuan ini bakal berhasil?

Adegan ini emang dibangun dengan apik banget. Kita bisa lihat gimana Jinwoo, yang biasanya cool dan kuat, jadi rapuh pas ngadepin momen hidup-mati ibunya. Tangannya gemeteran pas ngasih ramuan, dan ekspresinya penuh harap sekaligus takut. Ini nunjukin sisi manusiawi Jinwoo yang jarang keliatan, bikin kita makin connect sama karakternya.

Reuni Keluarga yang Bikin Banjir Air Mata

Pas ibunya Jinwoo, Kyung-Hye, akhirnya buka mata, suasana langsung berubah jadi haru biru. Jinwoo, yang selama ini cuma bisa bertahan buat keluarganya, langsung mewek kejer. Ibunya juga ikut nangis, ngeliat anaknya yang udah gede dan kerja keras banget. Dialog singkat mereka, kayak ibunya bilang Jinwoo pasti susah payah, bikin momen ini makin dalam. Terus pas Jinah, adiknya Jinwoo, masuk kamar dan ikut pelukan keluarga, siapa yang nggak ikut terisak? Adegan ini simpel tapi kuat banget nyentuh hati.

Animasi di sini juga patut diacungin jempol. Ekspresi wajah Jinwoo dan ibunya digambar dengan detail, ditambah soundtrack yang pas banget buat ngasih rasa sedih tapi hangat. Ini jadi salah satu momen terbaik di Solo Leveling, karena kita lihat Jinwoo bukan cuma Hunter S-Rank, tapi juga anak yang sayang banget sama keluarganya.

Transisi ke Arc Jeju ISLAND

Setelah momen keluarga yang bikin hati lumer, episode ini juga jadi jembatan buat cerita selanjutnya, yaitu Arc Jeju ISLAND. Ada adegan Jinwoo denger kabar soal rencana serangan buat rebut pulau itu dari monster semute. Meskipun dia sempet excited buat ikut, pikirannya balik lagi ke ibu dan adiknya. Ini nunjukin konflik batin Jinwoo—antara tugas sebagai Hunter dan keinginan buat jaga keluarga. Sayur kolplay banget, kan?

Tapi, banyak fans yang bilang episode ini kurang greget karena minim aksi. Di Crunchyroll, episode ini bahkan dapet 2.000 dislikes gara-gara lebih fokus ke drama ketimbang pertarungan. Padahal, buat aku, justru momen tenang ini yang bikin ceritanya balance dan nggak cuma soal gebuk-gebukan doang. Transisinya juga rapi, bikin kita penasaran apa yang bakal Jinwoo hadepin di arc berikutnya.

Continue Reading

Daftar Anime

Review Solo Leveling Season 2 Episode 8: Pertarungan Epik Jinwoo vs Baran

Published

on

Review Solo Leveling Season 2 Episode 8: Pertarungan Epik Jinwoo Vs Baran

Solo Leveling Season 2 Episode 8, berjudul “Looking Up Was Tiring Me Out,” baru saja tayang pada 23 Februari 2025, dan langsung mencuri perhatian penggemar dengan pertarungan epik antara Sung Jinwoo dan Baran, sang Raja Iblis. Episode ini jadi sorotan utama karena menghadirkan aksi yang memukau, animasi kelas atas dari A-1 Pictures, dan perkembangan cerita yang bikin kita tak sabar menanti kelanjutannya. Dalam artikel ini, kita akan bahas detail pertarungan ini, mulai dari visual, strategi Jinwoo, hingga momen penutup yang memuaskan. Yuk, simak ulasannya!

Visual dan Animasi yang Memanjakan Mata

Pertama-tama, harus diakui bahwa Solo Leveling Season 2 Episode 8 ini punya kualitas animasi yang luar biasa. Saat Jinwoo bertarung melawan Baran di lantai 100 Demon Castle, kita disuguhi efek visual yang bikin jantungan. Bayangkan, ada kilatan petir, ledakan besar, dan gerakan pedang yang begitu cepat sampai sulit dilupain. A-1 Pictures sepertinya tahu betul cara memanjakan penggemar dengan detail kecil, seperti bayangan tentara Jinwoo yang bertarung melawan pasukan Baran, atau saat naga putih Baran mengeluarkan aura mengerikan. Semua ini terasa hidup dan bikin kita merinding sepanjang tujuh menit pertarungan yang katanya terinspirasi dari Sword Art Online, tapi jauh lebih keren!

Bukan cuma soal efek, tapi juga bagaimana kamera berputar dan menangkap setiap sudut pertarungan. Ada momen di mana Jinwoo hampir kalah, tapi animasinya berhasil nunjukin perjuangan dia dengan cara yang bikin kita ikut deg-degan. Warna hitam-putih di pukulan terakhir Jinwoo ke Baran juga jadi sentuhan dramatis yang bikin episode ini terasa seperti film bioskop. Kalau kamu pecinta animasi berkualitas, episode ini wajib ditonton berulang-ulang.

Strategi Jinwoo yang Cerdas dan Menegangkan

Cerita di episode ini gak cuma soal aksi, tapi juga strategi cerdas Jinwoo. Awalnya, dia datang dengan pasukan bayangan yang kuat, termasuk Igris dan Tank yang sudah naik level. Tapi, Baran bukan lawan sembarangan. Dengan kekuatan sihirnya yang dahsyat dan naga raksasa sebagai tunggangan, dia langsung menghancurkan pasukan Jinwoo dalam sekejap. Di sinilah kita lihat Jinwoo dipaksa berpikir cepat. Mana yang harus dia prioritaskan? Naga atau Baran? Keputusannya untuk fokus menjatuhkan naga terlebih dahulu bikin pertarungan jadi lebih seru, karena setelah itu dia harus duel satu lawan satu tanpa mana tersisa.

Momen paling bikin takjub adalah ketika Jinwoo kehabisan senjata dan cuma pakai tangan kosong buat nahan serangan Baran. Bayangin, dia pegang lengan Baran biar gak kena sabetan pedang, sementara mulut Baran nyaris ngelepasin sinar maut ke wajahnya! Untungnya, Esil, iblis wanita yang jadi sekutunya, lempar senjata di saat genting. Dari situ, Jinwoo balik menyerang, robek lengan Baran, dan akhiri pertarungan dengan pukulan telak yang bikin hujan berhenti. Ini bukti bahwa Jinwoo bukan cuma kuat, tapi juga punya insting bertahan hidup yang luar biasa.

Penutup yang Memuaskan dan Awal Jeju ISLAND Arc

Setelah pertarungan selesai, episode ini gak langsung mati gitu aja. Jinwoo berhasil dapatkan bahan terakhir untuk Elixir of Life, tujuannya sejak awal masuk Demon Castle. Dia suruh Esil bilang ke klan Radiru bahwa mereka sekarang yang terkuat, nunjukin sisi santai tapi penuh wibawa dari Jinwoo. Tapi, yang bikin penasaran adalah adegan penutupnya. Kita diperkenalkan sama Goto Ryuji, pemburu S-Rank dari Jepang, yang ketemu Go Gunhee buat bahas Jeju ISLAND Raid. Ini jadi pembuka buat arc berikutnya yang udah ditunggu-tunggu penggemar, dan bikin kita bertanya-tanya: apa yang bakal Jinwoo hadapi selanjutnya?

Continue Reading

Daftar Anime

Mengenal Daftar Kelas Pemburu di Solo Leveling

Published

on

Mengenal Daftar Kelas Pemburu Di Solo Leveling
www.gwigwi.com –

Solo Leveling adalah salah satu manhwa populer yang kini telah diadaptasi menjadi anime, mengisahkan petualangan Sung Jinwoo dalam dunia penuh monster dan pemburu. Salah satu elemen menarik dalam cerita ini adalah sistem kelas pemburu yang membagi para karakter berdasarkan kemampuan dan peran mereka. Bagi kamu yang baru mengenal Solo Leveling, artikel ini akan membahas daftar kelas pemburu secara lengkap dan mudah dipahami. Yuk, simak sampai habis!

1. Fighter: Petarung Jarak Dekat yang Tangguh

Kelas fighter adalah tipe pemburu yang paling sering kita lihat bertarung di garis depan. Mereka ahli dalam pertempuran jarak dekat dan mengandalkan kekuatan fisik serta kemampuan manipulasi Mana untuk meningkatkan serangan. Fighter biasanya memiliki daya tahan yang baik dan gerakan yang lincah, membuat mereka sulit dikalahkan oleh monster biasa.

Bayangkan saja, seorang fighter bisa menghajar musuh dengan pukulan telak atau bahkan menggunakan Mana untuk menciptakan serangan yang lebih mematikan. Beberapa fighter kelas atas bahkan punya jurus khusus yang membuat mereka semakin berbahaya. Kelas ini cocok untuk kamu yang suka aksi penuh adrenalin di Solo Leveling.

2. Tank: Benteng Hidup dalam Pertempuran

Selanjutnya ada tank, kelas pemburu yang jadi tameng bagi timnya. Mereka mungkin tidak secepat fighter, tapi keunggulan mereka ada pada kemampuan bertahan dari serangan musuh. Tank menggunakan tubuh mereka untuk melindungi rekan satu tim, sering kali menahan serangan monster besar agar yang lain bisa menyerang dengan aman.

Meski fokusnya pada pertahanan, tank bukan berarti tak bisa menyerang. Mereka mampu memberikan damage besar jika diberi kesempatan, apalagi saat bekerja sama dengan kelas lain. Di Solo Leveling, tank adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang membuat misi berbahaya jadi lebih terkendali.

3. Mage: Penguasa Sihir Jarak Jauh

Mage adalah kelas pemburu yang mengandalkan sihir dan Mana untuk bertarung dari jarak jauh. Mereka bisa mengubah Mana menjadi elemen seperti api atau es, menciptakan serangan yang menghancurkan banyak musuh sekaligus. Namun, kelemahan mereka terletak pada pertahanan yang lemah saat musuh mendekat.

Pernahkah kamu membayangkan betapa kerennya melihat mage melempar bola api ke gerombolan monster? Di Solo Leveling, kelas ini sering jadi penutup serangan dengan kekuatan destruktif mereka. Tapi, mereka butuh perlindungan dari fighter atau tank agar bisa bertahan di medan perang.

4. Healer: Penyelamat Nyawa Tim

Healer adalah tulang punggung setiap tim dalam Solo Leveling. Mereka mungkin tidak ikut bertarung langsung, tapi kemampuan mereka untuk menyembuhkan luka—baik fisik maupun efek sihir—sangat krusial. Tanpa healer, sebuah tim bisa dengan mudah kalah saat menghadapi monster kuat.

Bayangkan healer sebagai dokter darurat di dunia penuh bahaya ini. Mereka harus cepat bertindak dan selalu dilindungi, karena musuh sering menargetkan mereka lebih dulu. Peran mereka memang sederhana tapi tak tergantikan, membuat cerita Solo Leveling makin seru.

5. Assassin: Bayangan yang Mematikan

Assassin adalah kelas pemburu paling lincah dan mematikan. Mereka menyerang dari kegelapan dengan kecepatan tinggi dan ketepatan yang luar biasa. Cocok untuk mengincar musuh lemah seperti mage, assassin punya serangan kritis yang bisa mengakhiri pertarungan dalam sekejap.

Namun, assassin punya kelemahan di pertahanan. Jika musuh berhasil mendekat, mereka bisa kesulitan bertahan. Di Solo Leveling, kelas ini menambah ketegangan dengan aksi stealth mereka yang bikin kita tak bisa berpaling dari halaman atau layar.

6. Ranger: Penembak Jitu dari Jarak Jauh

Terakhir, ada ranger, pemburu yang bertarung dengan senjata jarak jauh seperti busur atau panah. Mereka mengisi proyektil dengan Mana untuk menciptakan serangan mematikan dan punya persepsi tajam untuk mendeteksi musuh dari kejauhan. Ranger sangat berguna untuk melindungi tim.

Meski lelet di pertarungan jarak dekat, ranger tetap jadi aset berharga. Dalam Solo Leveling, mereka sering jadi penutup yang sempurna untuk strategi tim, membuat cerita makin kaya dengan dinamika pertarungan.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending