Connect with us

TV & Movies

Review Rurouni Kenshin: The Legend Ends (2014)

Published

on

Kalau kamu sudah menonton sekuel kedua Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno, diakhir cerita, Kenshin lompat ke laut untuk menyelamatkan Kaoru dari kapal milik Shishio. Di scene terakhir, Kenshin sudah terdampar di pantai, kemudian ada seseorang yang menemukannya dan menggendongnya pergi. Diawal film terakhir dari trilogi Kenshin Series, Rurouni Kenshin: The Legend Ends, diceritakan siapa itu orang yang membawa Kenshin, dia adalah seorang guru yang mengajari Kenshin hingga menjadi battousai.

[youtube id=”4rx4mmN_JpE” width=”600″ height=”340″ position=”left”]

Kenshin yang bangun dari pingsannya yang lama, kaget menemukan dirinya sudah tempat tinggal gurunya, Hiko Seijuro. Dipikiran Kenshin saat itu hanya ingin mempelajari jurus pamungkas untuk mengalahkan Shishio. Disisi lain, Kaoru yang dikhawatirkan oleh semua orang baik Kenshin sendiri, ternyata berada dirumah sakit. Balik lagi ke Kenshin, Kenshin dilatih dan dia pun pergi dari kediaman gurunya.

Film ini, diawal terasa lama dengan tempo yang sangat lambat, namun kebosanan kamu akan hal itu akan mulai hilang ketika memasuki scene Kenshin melawan Aoshi. Jika sekuel sebelumnya, kita melihat adegan pertempuran antara Kenshin dengan pasukan Shishio yang banyak, kali ini kamu akan disajika pertarungan satu lawan satu yang membuat mungkin kamu terperangah.

Jujur, terlalu banyak narasi dan percakapan yang diselingi keheningan yang gwimin bilang tidak perlu dilakukan. Memang masih ada beberapa flash back ke cerita sebelumnya untuk tidak banyak dan masih ketutup sama adegan perkelahian yang keren. Banyak juga perkelahian yang dilakukan dengan cepat, mungkin agar pertempuran utama Kenshin dengan Shishio bisa lebih fokus, contonya adalah pertempuran satu lawan satu Hajime Saito dari polisi dan Usui Uonuma dari Juppongatana, bisa dibilang hanya beberapa detik saja adegan ini. Tetapi ada juga adegan yang dilakukan dengan hanya sekali shot. Walaupun banyak adegan yang cepat, namun tidak meninggalkan detail keunikkan jurus masing-masing karakter seperti, Saito dalam jurus Gatotsu, Double kodachi dari Aoshi Shinomori, Shukuchi dari Sojiro Seta, dan Homura Dama oleh Shishio yang lengkap dengan api di pedangnya.

Kenshin Himura yang diperankan Takeru Satoh memang sangat pas memerankannya. Apalagi dalam jurus pamungkas yang diajarkan gurunya, Amakakeru Ryu no Hirameki. Jurus yang diajarkan ke Kenshin ini terkenal dengan kecepatan dan kekuatannya. Kalau di anime biasanya ada efek cahayanya, ya di filmnya mirip-mirip lah. Tidak hanya itu, Kenshin di film itu juga berhasil menampilkan jurus Kuzuryusen yang diajar oleh sang guru Hiko Seijuro.

Sebagian dari penonton film khususnya para fans Kenshin pasti sebelum menonton film ini, pasti akan berpemikiran kalau Kenshin pasti akan bertemu dan bertempur, mengalahkan Shishio. Namun kalau kamu sudah menonton film ini, justri sang sutradara Keishi Otomo, member plot yang berbeda. Di sekuel kedua, Kenshin Himura dikirim oleh kepolisian untuk menyingkirkan Shishio, namun cerita di film cukup berbeda, namun tetap membuat film ini lebih seru bagi fans yang sudah mengetahui ceritanya dan untuk non fans yang baru saja menontonnya.

Dibalik semua keseriusan pertempuran diatas, Sanosuke Sagara yang diperankan oleh Munetaka Aoki, memberi bumbu humor yang membuat ketegangan nonton menjadi pecah. Dari kesan lugu ditambah akting bodohnya, cukup membuat kamu akan tertawa kecil. Dari mulai awal hingga pertarungan melawan Yukyukan Anji, walaupun sudah berdarah-darah masih saja Sano melawak.

Sayangnya, memang di film ketiga ini, tidak banyak penjelasan soal anggota Juppongatana, yang kalau dilihat difilm kedua dan ketiga sering bermunculan disisi Shishio, namun ketika pertempuran kemana mereka semua. Yang gwimin tahu ada 10 orang, 1 sudah mati di kyoto inferno, sisanya cuman diperlihatkan beberapa orang saja.

Kaoru Kamiya juga tidak banyak screen time, mungkin karena mau difokuskan ke adegan adu pedangnya saja. Kaoru cuman terlihat bangun dari pingsannya, kemudian bertemu Kenshin diakhir cerita, tidak banyak adegan romantis juga.

Overall, Rurouni Kenshin: The Legend Ends sangat layak ditonton bagi fans berat Kenshin di anime dan manganya. Tetapi untuk kamu yang belum paham sangat direkomendasikan menonton film ini, karena kenshin series mungkin film live-action terbaik yang pernah ada.

Advertisement

TV & Movies

Review Film Elio, Apakah kita sendirian di semesta raya ini?

Published

on

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

www.gwigwi.com – Film dibuka dengan rekaman audio mendiang astronom Carl Sagan yang menyatakan bahwa ketertarikan manusia pada semesta raya bermula dari upaya mencari tahu apakah kita sendirian di alam semesta?

Pertanyaannya adalah apakah ada kehidupan di planet lain atau tidak? Selain itu kekhawatiran yang lebih dalam, yang berkaitan dengan film animasi ke-29 dari Disney dan Pixar yang berjudul Elio.

Apakah orang lain pernah merasakan hal yang sama seperti kita? Dan jika tidak, apakah mereka masih bisa mencintai dan menerima kita apa adanya dan bukan apa yang mereka inginkan? Menjadi premis penting di film ini.

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Kita akan bertemu dengan Elio Solis (Yonas Kibreab) yang mendapatkan teman di tempat yang tak terduga dan menjalin ikatan yang lebih kuat dengan bibinya Olga (Zoe Saldana) yang mengurusnya setelah kedua orang tuanya meninggal.

Ia pun jadi terobsesi dengan berbagai hal yang berbau alien, UFO, Planet. Hingga pada suatu ketika, ia mengetahui bahwa bibinya bekerja di pusat penelitian luar angkasa dan secara tidak sengaja berkomunikasi dengan entitas di luar angkasa.

Tidak disangka, Elio diterima di komunitas lintas galaksi Communiverse dan konflik muncul ketika Lord Grigon (Brad Garrett) alien yang ditolak keanggotaan nya ketika ingin bergabung di paguyuban tersebut.

Dari sisi animasinya sudah jangan ditanya lagi, yang paling mencolok dari Elio adalah bagaimana ia menggambarkan perasaan rindu yang tak menentu akan sesuatu yang mungkin tidak kita ketahui keberadaannya.

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Di sini, hasrat untuk bepergian melintasi galaksi dan menemukan dunia yang digambarkan dengan cemerlang dan bentuk kehidupan luar angkasa yang menyenangkan.

Kemudian perjalanan ini juga membuat Elio diuji kembali keyakinannya tentang apa itu rumah? Menurut gue hal ini merupakan kesimpulan yang bijaksana untuk sajian animasi yang menyenangkan ini.

Kehidupan di Bumi dan mungkin di planet lain pun pada dasarnya tidak sempurna, dan film ini sungguh mengejutkan serta memuaskan buat gue karena betapa dalamnya karakter Elio terlibat dengan gagasan itu.

Secara keseluruhan, film terbaru dari Disney dan Pixar yang terinspirasi tentang seorang anak laki-laki yang ingin meninggalkan Bumi demi kesempatan untuk tinggal di suatu tempat di antara bintang-bintang.

Dengan humor yang tajam, animasi yang megah dan menarik perhatian, serta karakter alien yang unik, Elio memiliki nilai hiburan yang cukup untuk memuaskan penonton yang seumuran dengan sang tokoh utama atau yang lebih muda.

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Namun, wawasan yang menyentuh hati tentang kesedihan dan kegembiraan universal inilah yang menjadikan film ini salah satu proyek studio yang paling menyentuh hingga saat ini.

Meskipun gue berharap konsep
Communiverse dan kumpulan alien nya punya porsi lebih banyak di sepanjang film.

Continue Reading

TV & Movies

Film Live Action Return to Silent Hill Akan Tayang Bulan Januari 2026 Nanti

Published

on

Film Live Action Return To Silent Hill Akan Tayang Bulan Januari 2026 Nanti

www.gwigwi.com – Ada sebuah video game yang akan mendapatkan adaptasi live actionnya tersebut berjudul “Return to Silent Hill” yang dimana akan tayang pada tanggal 23 Januari 2026 nantinya tersebut, yang dimana untuk film live action jadinya dari proses editing video dan berbagai macam hal lainnya diperkiraan akan selesai sebentar lagi, karena film “Return to Silent Hill” merupakan sebuah proyek live action film yang sudah direncakan dari tahun 2022 bulan Oktober kemarin tersebut.

Yang dimana menjadi perbicangan lainnya karena dengan beberapa karakter lainnya juga akan hadir seperti Jeremy Irvine mejadi James Sunderland, Hannah Emily Anderson menjadi Maria, Evie Templeton menjadi Laura, Robert Strange menjadi Red Pyramid, Eve Macklin menjadi Kaitlyn, dan Aktris dan Aktor lainnya juga akan mengisi peran pendukung lainnya tersebut.

Serta untuk ceritanya sendiri akan menceritakan tentang karakter bernama James Sunderland, yang kembali ke kota masa kecilnya tersebut yaitu “Silent Hill” dengan begitu juga membuat dirinya dengan beberapa kenangan pahit dan juga manis akan kembali dihadirkan pada dirinya tersebut, hal ini juga menjadi sebuah kejanggalan lainnya.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie ala British

Published

on

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

www.gwigwi.com – Setelah 28 hari, kemudian 28 minggu, loncat langsung ke 28 tahun. 28 YEARS LATER, film ketiga ini untung tak terasa lama karena memang sudah mulai menghilang dari ingatan publik. Tetiba muncul trailer yang menjanjikan dan langsung mengingatkan memori betapa ikoniknya film pertama (28 DAYS LATER).

Setelah meledaknya seri AMC THE WALKING DEAD, HBO THE LAST OF US dan tentunya sekian banyak film dan seri zombie lain selama hampir 2 dekade, apakah sutradara Danny Boyle mampu menunjukkan spesialnya wabah zombie di Inggris ini?

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

28 tahun sejak virus zombie merebak. Seantero Inggris dikarantina, menjadi kepulauan zombie yang terasingkan. Di sebuah koloni yang bertahan, Spike (Alfie Williams) diajak bapaknya, Jamie (Aaron Taylor Johnson) untuk berburu. Setelah harus berbohong pada ibunya, Isla (Jody Comer) yang sakit, berangkatlah si bapak anak ke daratan utama.

Mata Spike perlahan terbuka pada situasi bahaya yang ia hadapi dari wabah zombie..dan kenyataan buruk mengenai keluarganya….

28 YEARS LATER terasa….british. Baik dari settingnya berlatar alam britania yang indah dan tersebar reruntuhan kastil. Memberi kesan wild west paska kiamat ala Inggris. Jauh berbeda dengan setting film dan seri zombie lain yang menampilkan kehancuran, kelam dan menonjolkan keputus asaan.

Lalu dari bagaimana para filmmaker mengintrepretasi masyarakat modern yang justru kembali pada gaya bertahan hidup ala abad pertengahan; membuat “kastil”, balista dan anak panah.

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

Gaya penyutradaraan ala punk rock-nya Danny Boyle menambah aksen visual yang membuat 28 YEARS LATER spesial. Film terasa “pecah” seakan menabrak kaidah umum bahasa visual, raw, nyata, keras nan brutal, tapi juga memberi keindahan dan menjelajahi relung sisi gelap dan baik manusia.

Spike merepresentasikan POV polos dalam dunia kelam ini dengan baik. Dari dia, terlihat komunitasnya ternyata tidak sebaik yang terpikir sebelumnya. Membawa semangat 2 film sebelumnya di mana manusia di sebuah kelompok bisa jadi lebih kejam atau aneh dari para zombie.

28 YEARS LATER rasanya berhasil melakukan segala dasar sebuah franchise; setting unik yang indah dengan kegelapan menjalar di sela-selanya, plotting yang sering mengejutkan dan karakter berdimensi yang hidup. Semua itu dalam framework zombie yang sudah saaaangat tereksploitasi. Ternyata mayat hidup ala british itu belum mati….masih merangkak dan berlari maju…dan maju….dan maju….

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending