Connect with us

TV & Movies

Review : Lucy (2014)

Published

on

[alert-warning]SPOILER ALERT!!! Hanya untuk yang sudah nonton!![/alert-warning]

Berawal dari melihat trailer Lucy (2014) diawal sebelum menonton Kura Kura Ninja, kami (Sigma, Xi, Gamma, Upsilon) pun sepakat akan nonton Lucy kalau sudah rilis nanti . So rabu kemarin kami akhirnya nonton Lucy yang sudah resmi rilis di Indonesia sejak sabtu minggu lalu.

[youtube id=”-hpupbliDbk” width=”600″ height=”340″ position=”left”]

Film karya Luc Besson ini dimulai dengan Lucy (Scarlet Johansson) berbicara dengan temannya Richard (Pilou Asbæk) dimana si Richard berusaha membujuk Lucy untuk membawa sebuah koper kepada seseorang.

Saya bilang scene ini begitu membosankan terlalu lama percakapannya. Singkat cerita Lucy terpaksa mengantarkan koper itu kepada Mr. Jang (Min-sik Choi), dan Richard dibunuh didepan mata Lucy membuat Lucy ketakutan.

Kemudian Lucy dipaksa membuka koper dan melihat isinya, ternyata isinya sebuah obat-obatan terlarang aka narkoba yang baru saja diciptakan dan akan disebar di Eropa. Lucy pun dipaksa menjadi salahsatu pengantar narkoba dengan sebutan CPH4 itu. Narkoba itu ditanam diperutnya.

Ketika Lucy disekap sebuah ruangan dia ditendang dibagian perut secara tidak langsung mengenai bungkusan CPH4,

dan bungkusannya robek kemudian obat itu memasuki darah Lucy dan membuat Lucy keliatan seperti kesurupan. Skip. Lucy berusaha bertemu Prof. Norman yang diperankan oleh Morgan Freeman untuk mengetahui apa yang terjadi dengan otaknya.

 

Lucy pun menelpon polisi dan membocorkan semua rencana pengiriman narkoba itu ke Eropa. Lucy dibantu Polisi Pierre Del Rio mulai mencari Prof Norman dan berusaha kabur dari kejaran Mr. Jang.

Menurut film ini, manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya. Sebenarnya itu hanya karangan sang sutradara. Yang menarik menurut Luc Besson, CPH4 memang benar ada namun nama senyawa bukan nama sebenarnya, sengaja diganti oleh Luc Besson. Dalam scene di ruang operasi dimana si Lucy lagi dibedah untuk diambil CPH4 yang disembunyikan diperutnya dikatakan bahwa CPH4 ini berada dalam kandungan ibu hamil, hanya saja kuantitas sedikit sekali dan efek nya bagaikan bom atom untuk bayi dalam membentuk tulang, organ tubuh dan lain lain.

Sekilas film ini mirip Limitless (2011) dengan pemeran utama seorang wanita berbeda dengan Limitless yang diperankan Bradley Cooper. CPH4 bagaikan pil yang ada di Limitless. Yang membedakan diakhir film, Lucy yang telah mencapai 100% dalam penggunaan otaknya ‘berubah' menjadi komputer canggih dan akhirnya berbentuk USB Flashdisk. Jadi ending mirip Transcendence sedikit nih :D. Saya penasaran berapa kapasitas USB Flashdisk itu yang katanya menampung miliaran tahun pengetahuan yang telah dilihat oleh Lucy.

Saya berikan kredit untuk Scarlet Johansson dalam film ini. Sesuai dugaan akting dia dalam memerankan Lucy sangat baik terutama dalam scene action, seperti dejavu Avenger ketika dia memerankan Black Widow. Saya awalnya berharap Morgan Freeman akan banyak waktu tampil ternyata tidak juga, sehingga membuat film ini lebih ke cerita Scarlet Johansson. Luc Besson mengatakan tidak ada sekuel untuk film ini, karena memang dari awal tidak direncanakan untuk itu.

Advertisement

TV & Movies

Review Netflix Havoc, Kacau Balau yang Penuh Gaya

Published

on

By

Review Film Havoc, Kacau Balau Yang Penuh Gaya
www.gwigwi.com –

Kisahnya dimulai dari transaksi narkoba yang gagal, yang menyeret detektif Patrick Walker (Tom Hardy) ke dalam dunia kriminal bawah tanah. Tugasnya: menyelamatkan Charlie (Justin Cornwell), putra dari politisi korup Lawrence Beaumont (Forest Whitaker), yang terjebak dalam jaringan kejahatan dan pengkhianatan.

Dalam perjalanannya, Walker harus menghadapi Triad, polisi korup, dan masa lalunya sendiri yang kelam.

Review Film Havoc, Kacau Balau Yang Penuh Gaya
Review Film Havoc, Kacau Balau Yang Penuh Gaya

Alur cerita yang mencakup tema balas dendam, pengkhianatan, dan pencarian penebusan di tengah kekacauan.

Disutradarai dan ditulis oleh Gareth Evans (The Raid, Merantau, Apostle), dialog yang tajam dan atmosfer yang mencekam. Meskipun sajian utamanya aksi memukau dan brutal, film ini tidak mengabaikan character development.

Chemistry buddy cop antara Walker dan rekannya Ellie (Jessie Mei Li), yang tadinya sangat berbeda pandangan namun seiring cerita berjalan malah menarik untuk diikuti seiring berjalannya waktu. Meskipun hal ini bukan sesuatu yang baru untuk sebuah film dengan genre yang sama.

Review Film Havoc, Kacau Balau Yang Penuh Gaya
Review Film Havoc, Kacau Balau Yang Penuh Gaya

Seluruh penokohan di film ini gak ada yang bersih-bersih amat sangat mencerminkan kondisi di kehidupan nyata.

Dari segi sinematografi, tampilan kota yang gelap dan hujan, menciptakan suasana yang suram dan penuh ketegangan.

Pengambilan gambar yang dinahkodai oleh Matt Flannery yang dinamis dan koreografi aksi yang intens memberikan pengalaman visual yang mendalam.

Review Film Havoc, Kacau Balau Yang Penuh Gaya
Review Film Havoc, Kacau Balau Yang Penuh Gaya

Adegan perkelahian di klub malam dan pertempuran di pondok nelayan menjadi sajian yang bisa dikatakan ABSOLUTE CINEMA, menampilkan kekerasan yang brutal namun tetap estetik.

Film ini secara tersirat, menggambarkan bahwa setiap individu punya hak untuk membela dirinya meskipun nyawa taruhannya. Serta batas antara keadilan dan balas dendam, serta dampaknya dari tindakan individu terhadap sebuah sistem yang lebih besar.

Akhir kata, Havoc menjadi film aksi yang membawa spirit dari film THE RAID dengan level up dari segala sisi. Hingga performa asik dari Tom Hardy berhasil menyajikan pengalaman sinematik dan enjoyable bagi para penggemar film action.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film The Accountant 2, Kembalinya Si Pembunuh Autistik

Published

on

Review Film The Accountant 2, Kembalinya Si Pembunuh Autistik

www.gwigwi.com –

Ben Afleck, kembali lagi menjadi Christian Wolff , sang Akuntan yang ahli dalam membereskan berbagai hal di luar hukum. Dalam film ini Braxton (Jon Bernthal), Direktur FINCE Marybeth Medina (Cynthia Addai-Robinson), dan mantan Direktur FINCE Ray King (J.K. Simmons) juga kembali memerankan peran yang sama.

Christian dibantu oleh Braxton kali ini diminta Marybeth untuk menyelidiki kematian Ray King setelah ia bertemu dengan seorang pembunuh bernama Anais (Daniella Pineda) yang sangat misterius dan sulit dilacak. Mereka harus mengetahui siapa pelaku dan motifnya dalam membunuh Ray serta apa sih benang merah dengan Anais ini.

Semakin mereka menyelidiki lebih dalam, semakin jelas pula bahwa mereka sedang berhadapan dengan sindikat perdagangan manusia asal Mexico yang menyekap anak-anak di sebuah kamp di Juarez, Mexico. Kedua bersaudara inipun bertekad menyelamatkan anak-anak tersebut sebelum mereka menghilang.

Dalam sekuel ini pun Gwiple akan menyaksikan bagaimana Christian yang kaku mencoba memperbaiki hubungannya dengan Braxton yang merasa dia selalu harus melindungi kakaknya tapi tidak pernah merasa mendapatkan apresiasi dari saudaranya. Sebetulnya segmen ini bagus untuk menampilkan bahwa mereka tidaklah pembunuh berdarah dingin yang tidak punya empati namun rasanya terlalu panjang sehingga jadi membosankan.

Untuk aksi tembak menembaknya rasanya kurang intense dibandingkan yang pertama namun masih dapat memukau Gwiple karena terlihat professional dan bukan sekedar dar der dor. Humor humor yang ditampilkan banyak berkisar pada kecanggungan Christian dalam bersosialisasi dengan lawan jenis, banyak yang memang lucu tapi ada beberapa yang terasa cringe. Overall setelah 8 tahun penantian, Accountant 2 ini seru banget untuk ditonton di bioskop mulai 25 April 2025. Pastikan kalian dapat menontonnya.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Drop, Suspense Di Dalam Restoran Mahal

Published

on

Review Film Drop, Suspense Di Dalam Restoran Mahal
www.gwigwi.com –

Violet, adalah seorang janda beranak satu yang memiliki trauma KDRT mendiang suaminya. Setelah lama hidup single akhirnya ia memutuskan menemui seorang cowo, Henry yang dikenalnya di dating app. Anaknya, Toby pada malam itu dijaga oleh adiknya, Jenn dan Violet pun berangkat menuju Pallette, sebuah restoran mahal dan berkelas.

Sesampainya disana Violet akhirnya bertemu dengan Henry, cowo ganteng yang berprofesi sebagai fotografer . Setelah mereka berdua duduk di meja yang sudah dipesan, Violet mendapat pesan aneh dari DigiDrop nya. Awalnya ia acuhkan tapi pesan- pesan muncul terus hingga ia diancam harus mengikuti instruksi si pengirim pesan bila tidak ingin anak dan adiknya mati.

Review Film Drop, Suspense Di Dalam Restoran Mahal
Review Film Drop, Suspense Di Dalam Restoran Mahal

Violet yang tidak ingin melakukan perbuatan kriminal tanpa mengorbankan keluarganya harus mencari akal bagaimana mengulur waktu dan menemukan siapa yang mengancamnya serta kenapa dia yang dipilih.

Suspense yang dibangun dalam film ini amat menarik karena Gwiple akan dibuat menerka-nerka siapa pelaku yang meneror Violet dan menebak apa motif mereka memilih Violet dan kenapa. Gwiple juga akan dibuat gemes melihat tindakan-tindakan yang dilakukan Violet dalam memenuhi tuntutan si peneror sambil mempertahankan kencannya tetap berlangsung, dan meminta pertolongan dari pengunjung lain. Namun siapakah pengunjung yang bisa dipercaya? Karena bisa saja salah satu dari mereka merupakan peneror yang mengirimkan pesan-pesan via DigiDrop.

Review Film Drop, Suspense Di Dalam Restoran Mahal
Review Film Drop, Suspense Di Dalam Restoran Mahal

Overall, Drop merupakan film yang seru dan membuat Gwiple akan terus menebak-nebak bagaimana Violet dapat meloloskan diri dari si peneror. Film ini sudah dapat disaksikan di bioskop-bioskop.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending