Connect with us

TV & Movies

Review Film Puss in Boots: The Last Wish, Logan Ala Puss

Published

on

GwiGwi.com – Sekian lamaa bioskop tak kedatangan Shrek mau pun teman-temannya. Terakhir kali adalah Puss in Boots (2011) yang mendapat resepsi yang lumayan. Setelah kurang lebih satu dekade, cukup mengagetkan saat diberitahukan sekuelnya akan datang yakni Puss in Boots: The Last Wish (2022). Bayangkan bila ada anak yang dulu menonton film pertamanya berumur 11 tahun berarti sekarang dia sudah kuliah bahkan siap-siap skripsi.

Rentang waktu yang panjang ini boleh jadi menimbulkan pertanyaan; apa maksud dari sekuel ini? Apakah hanya untuk sekedar cash in dari franchise Shrek dengan kualitas biasa saja? Melihat filmnya, tidak mengherankan bila ada yang mengatakan Puss in Boots: The Last Wish adalah salah satu film animasi terbaik dan mungkin kompetitor terberat Pinnochio (2022).

Puss (Antonio Banderas) sedang menikmati masa jayanya. Dia super jago dan orang-orang mengelu-elukannya. Tentu saja dia menikmati saat-saat itu, sampai saat kejadian mengancam nyawa ke 9nya dan kedatangan Big Bad Wolf (Wagner Moura) yang mengerikan (mungkin karakter villain paling seram tahun ini. Serius), Puss menyadari dia mungkin tidak sedigdaya yang dia kira. Mengetahui adanya bintang jauh yang bisa mengabulkan keinginannya untuk hidup lebih lama, Puss pun bertualang.

Ceritanya begitu menohok langsung ego Puss yang selalu merasa hebat. Saat Puss hampir terjatuh, untuk meminta tolong pada Kitty (Salma Hayek) saja dia bicara berputar-putar sambil terus berakting dia kuat. Plot memaksanya untuk menerima kenyataan kalau dia tak sedahsyat dan sebahagia yang dia pikirkan.

Bermodalkan dari tema eksistensial itu, plotting film ini selalu memiliki nilai dramatis dan berbobot. Puss yang putus asa, Kitty yang kesal karena ditinggal Puss yang katanya wah tapi tak berani berkomitmen dan Perro (Harvey Guillen), si anjing yang selalu ikhlas dengan situasi dan menjadi antitesis bagi ego Puss. Hebatnya storytellingnya membuat hampir seluruh momennya bermakna.

Karakter Goldilocks (Florence Pugh) dan 3 beruang yang jadi keluarganya, memberi bobot lebih pada plot bintang jatuh dan memperkaya tema; apakah lebih baik hidup untuk diri sendiri atau orang lain?

Dari ending rasanya pas saja bila petualangan Puss berakhir namun Hollywood tetap menjadi Hollywood. Menariknya sah saja rasanya dan membuka potensi cerita menarik walau mungkin tak sedramatis film ini. Mendengar teriakan penonton saat ending, ya penonton masih mau melihat Puss beraksi.

Memberi film solo yang memuaskan sekaligus kelanjutannya dinanti, DC bisa belajar dari PUSS IN BOOTS: THE LAST WISH.

© 2022 DreamWorks Animation. All Rights Reserved

 

Advertisement

TV & Movies

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Published

on

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

www.gwigwi.com – Film rilisan Sony ini merupakan spin off dari SpiderMan yang menceritakan asal usul Kraven alias Sergei Kravinoff (Aaron Taylor Johnson) yang merupakan anak pertama dari pemimpin mafia, Nikolai Kravinoff (Russel Crowe) dan merupakan kakak dari Dimitri Krevinoff (Fred Hechinger).

Sergei yang sudah ditinggal mati ibunya saat dia masih remaja merasa menderita harus hidup menjadi ahli waris Kerajaan mafianya .

Pada saat Nikolai mengajak kedua anaknya berburu singa yang dikenal sudah membunuh banyak pemburu di Tanzania, Sergei dan Dimitri tanpa sengaja bertemu sang singa legendaris itu dan akibatnya Sergei terluka parah namun ia diselamatkan oleh Calypso (Ariana DeBose) yang memberikan ramuan keabadian.

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Sergei pun lolos dari maut dan mengalami perubahan Dimana penglihatannya makin tajam, gerakannya makin cepat dan lihai, semakin kuat, dan dapat memahami para satwa.

Sergei akhirnya kabur dari cengkaraman ayahnya dan mulai meniti karir jadi Kraven The Hunter yang memburu para dalang kriminal. Namun aksinya berkonsekuensi harus berurusan dengan Aleksei Sytsevich (Alessandro Nivola) alias The Rhino yang ingin menguasai dunia kriminal.

Rhino menyuruh anak buahnya menculik Dimitri agar memancing Kraven keluar dari persembunyiannya serta mengutus The Foreigner (Christopher Abbot) untuk memburu Kraven. Maka dimulailah aksi perburuan dan saling bunuh antara si pemburu dengan yang memburunya.

Di komiknya, Kraven lebih dikenal sebagai seorang super villain yang kadang-kadang seperti anti-hero dan merupakan bagian dari Sinister Six, namun di film ini ia lebih ditampilkan sebagai seorang anti-hero yang menyayangi adiknya serta hanya memburu bos kriminal.

Dan demi menjadi Kraven, Aaron Taylor sudah baik dalam membentuk tubuhnya namun dalam beberapa angle, mukanya kurang menampilkan sosok pemburu yang ganas dan terlihat datar.

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Justru Fred Hechinger yang bagus dalam menampilkan ekspresi Dimitri yang pengecut namun pada akhirnya menampilkan diri sebagai seorang criminal mastermind.

Dari segi plot, satu hal yang janggal adalah Kraven kesulitan menelusuri jejak adiknya saat diculik, padahal di scene-scene lain dia selalu 100% menemukan mangsanya dan membanggakan diri sebagai pemburu yang ulung. Tapi hal ini bisa sedikit terobati dengan adegan-adegan pertarungan brutal karena film ini ratingnya D17+.

Overall film Kraven dapat menjadi tontonan menarik bagi para Gwiple yang ingin film action seru, yang sangat disayangkan ini menjadi film terakhir dari SSU atau Sony Spider-Man Universe.

Kalian bisa menyaksikan Kraven The Hunter ekslusif di bioskop mulai tanggal 11 Desember 2024.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Published

on

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

www.gwigwi.com – So-Mi (Lee Re) tergeletak kaku padahal pendeta Ban (Lee Min-Ki) sudah menyatakan eksorsisme berhasil. Si bapak, Dokter jantung Cha Seung-Do (Park Shin-Yang) tetap berusaha memijat jantung untuk menyelamatkan anaknya, namun gagal…

Saat pemakaman, banyak yang berbisik keanehan pada So-Mi saat hidup dan meragukan si ayah yang seorang dokter hebat dalam mengoperasinya. Pendeta Ban pun terus mencari jawaban; Salahnya di mana?

Sementara itu jasad So-Mi menunjukkan keanehan…

DEVILS STAY menariknya memulai cerita setelah umumnya film bergenre eksorsisme berakhir. Menguak misteri gagalnya inilah yang membuat film fresh dan terus memaku perhatian.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Karena diliputi misteri yang menarik, permainan ketegangannya pun mempunyai nilai ekstra. Setiap scare seakan semakin mempertebal pertanyaan. Hebatnya dimasukkan juga komedi dari reaksi penjaga ruang mayat yang bingung melihat kelakuan bapak edan dan pendeta entah dari mana.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Tak lupa akting si bapak yang terus menginjeksi emosi melihat putrinya yang entah masih hidup atau dirasuki. Usahanya berbuat segalanya yang bisa dipahami walau kadang cukup gila.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Saat film eksorsisme pertama Indonesia, KUASA GELAP, gagal memberi cerita fresh dan khas Indonesia, DEVILS STAY memberikan keduanya. Segar buat genre usang dan berasa korea sekali.

Bukan karena budget tinggi, tapi memang piawainya naratif dan eksekusi.

Continue Reading

TV & Movies

Review FIlm WEREWOLVES, All Bark No Bite

Published

on

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

www.gwigwi.com – Wes (Frank Grillo) harus bertahan hidup dari serangan para manusia yang bermutasi menjadi werewolves akibat super moon, untuk kembali pada keluarganya.

Sedatar dan se in the face itulah WEREWOLVES. Bila berharap akan ada barang sedikit variasi atau kedalaman atau dimensi, saaangat minim ada.

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Film berfokus pada aksi bertahan hidup ala serial gim RESIDENT EVIL, lengkap dengan set piece kota kacau berantakan ala Raccoon City. Memang ada beberapa ketagangan yang dimainkan tapi selain satu dua adegan mengejutkan, WEREWOLVES tak banyak, atau nihil, inovasi.

Para pemain, khususnya Katrina Law sebagai Dr. Chen, berperan dengan sepenuhnya. Justru Frank Grillo sendiri yang terlihat kurang maksimal. Barangkali karena karakternya sendiri yang datar maka si aktor yang tengah naik daun (bisa jadi makin nanjak setelah CREATURE COMMANDO nya DC rilis) ini memang tak diberi banyak hal untuk diaktingkan. Hanya beraksi saja kebanyakan.

Manusia serigalanya sendiri juga sayangnya kurang memiliki keunikan yang bisa menonjol dibanding werewolves di media lain. Memakai efek praktikal untuk aksinya, si manusia serigala justru sering terlihat kurang meyakinkan. Bukannya seram malah sebaliknya.

WEREWOLVES tampaknya butuh sentuhan spesial yang biasanya dimiliki sutradara seperti James Gunn atau Michael Bay. That little bit of touch to make em bite harder.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending