Connect with us

TV & Movies

Review Film NAPOLEON, and Josephine??

Published

on

Review Film Napoleon, And Josephine??

www.gwigwi.com – Napoleon seorang tokoh yang penting namun kurang banyak yang memfilmkan kisah hidupnya secara penuh. Beberapa film yang sudah ada hanya mengambil peperangan yang penting saja seperti Waterloo (1970) atau Battle of Austerlitz (1960) atau seperti The Emperor’s New Clothes (2001) yang bertema komedi fiksi/teori konspirasi bahwa dia digantikan oleh orang lain saat dibuang di St.Helena.

Review Film Napoleon, And Josephine??

Review Film Napoleon, And Josephine??

Pada akhir tahun 2023 ini, Ridley Scott mencoba membawa Gwiple melihat bagaimana karir Napoleon menanjak terus dari yang tadinya hanya kopral artileri lalu menjadi Jendral hingga akhirnya menjadi Kaisar Prancis. Sayangnya karena durasi film hanya 150 menit jadinya adegan-adegan pertempuran yang ditayangkan hanya sebagian saja seperti di Toulon, Mesir, Austerlitz, dan Waterloo (yang entah kenapa kampanye di Italia hanya dinarasikan, padahal itu kampanye invasi pertama Napoleon yang mengangkat pamornya karena berhasil mengalahkan Austria yang sebagai penguasa de facto Italia) dan adegan-adegan itu terkesan lewat begitu saja tanpa menampilkan kepiawaian Napoleon berstrategi mengalahkan lawan-lawannya walaupun ia kalah jumlah; hanya Waterloo yang durasinya cukup panjang karena pertempuran itu yang mengakhiri karir Napoleon.

Review Film Napoleon, And Josephine??

Review Film Napoleon, And Josephine??

Yang juga mungkin di luar dugaan adalah terlalu banyak proporsi film berfokus pada hubungan antara Napoleon dan Josephine dimulai dari pertemuan pertama mereka di sebuah saloon, bagaimana Napoleon mencoba memenangkan hatinya Josephine, pernikahan mereka, perselingkuhan yang dilakukan oleh masing-masing , perceraian karena Josephine tidak dapat memberikan keturunan laki-laki, hingga saat-saat terakhir mereka. Lalu pemilihan Joaquin Phoenix sebagai Napoleon muda , walaupun ia aktor bertalenta namun mukanya lebih tua daripada Vanessa Kirby yang memerankan Josephine padahal realitanya Napoleon saat itu berumur 26 tahun sedangkan Josephine sekitar 32 tahun. Dan saat berinteraksi dengan Josephine, Napoleon digambarkan sedikit konyol, nafsuan, dan ada kalanya terlalu bergantung pada istrinya, yang tidak dapat diketahui sejauh mana kebenarannya.

Review Film Napoleon, And Josephine??

Review Film Napoleon, And Josephine??

Idealnya, Napoleon ini dibuat menjadi 3 atau 4 part agar momen-momen penting terutama pertempuran-pertempurannya dapat ditampilkan secara menyeluruh. Karena yang sekarang ini terasa terlalu terburu-buru dan kurang menampilkan para Marshals yang juga berperan besar dalam memastikan taktik Napoleon terlaksana dengan baik. Satu hal yang menarik, adanya seorang jenderal keturunan Afrika sering muncul dalam beberapa adegan, bagi yang awam bisa jadi bertanya-tanya siapa dia; namun bagi yang mengikuti kisah Napoleon tentu tahu bahwa ia adalah Thomas Alexandre Dumas yang berasal dari Haiti. Bagi penggemar Napoleon mungkin sebaiknya tidak menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap film ini, tonton saja sebagai suatu interpretasi Ridley Scott mengenai salah satu Jendral dan Kaisar Prancis yang masih menjadi inspirasi hingga saat ini.

Advertisement

TV & Movies

Review Film LILO & STITCH, Simple But Good

Published

on

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good

www.gwigwi.com – Lilo & Stitch versi live action akan tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai 21 Mei ini.

Film remake versi hidup ini yang sudah dinantikan banyak fansnya, menceritakan tentang Stitch atau eksperimen 626 yang dianggap berbahaya oleh Galactic Council sehingga ditahan dan akan diasingkan, namun ia berhasil kabur dan menuju bumi. Sementara itu di Hawaii, Lilo (Maia Kealoha) yang tinggal bersama kakaknya, Nani (Sydney Agudong) merasa kesepian karena tidak memiliki sahabat dan berdoa supaya dapat teman sejati.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good

Alien eksperimen 626 yang akhirnya crash land di bumi yang sempat membuat beberapa kekacauan berakhir di Shelter anjing dalam kondisi pingsan.

Lilo menemukan 626 di Shelter tersebut dan memutuskan untuk mengadopsinya, sejak saat itu 626 memiliki nama Stitch.

Ternyata keberadaan Stitch di bumi diketahui oleh pencipta Stitch, Dokter Jumba Jookiba (Zach Galifianakis) dan agen Pleakley (Billy Magnussen).

Mereka pun ditugasi oleh Galactic Council untuk menangkap Stitch, di sisi lain Cobra Bubbles (Courtney B. Vance) seseorang dari “Dinas Sosial” juga menyelidiki pesawat Stitch yang jatuh dan ingin menangkapnya.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good

Apakah Stitch akan ditangkap oleh salah satu dari pengejarnya atau ia tetap akan bersama Ohana nya? Gwiple bisa saksikan nanti.

Versi live action ini berbeda dengan versi kartun yang dulu kita tonton di tahun 2002, sehingga perlu sah-sah saja jika kita tonton versi yang lama sambil bernostalgia.

Design Stitch amat lucu di film ini dengan tingkah yang bandel namun menggemaskan dapat cepat menarik hati Gwiple.

Design alien-alien lainpun juga bagus dan terlihat dapat blend in dengan aktor-aktor manusia tidak seperti yang gue bayangkan bahwa akan terkesan nyeremin nyatanya tidak terjadi.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good

Seperti kartun originalnya, Lilo & Stitch 2025 ini adalah film keluarga yang ringan dan cukup menghibur.

Mungkin ketika selesai menyaksikan film ini kita merasa bahwa ini seperti TV movie di Disney+ namun itu tidak menjadi masalah karena prinsip Ohana menjadi pelajaran yang penting bagi audiens.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang

Published

on

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang

www.gwigwi.com – Final kata judulnya. Tidak salah menganggapnya Mission Impossible terakhirnya Tom Cruise, walau orangnya sendiri tidak menutup kemungkinan akan berlanjut. Bagaimana pun, inilah kerja sama terbaru Mas Tom dengan sutradara penulis Christopher McQuarrie.

Paska DEAD RECKONING, Ethan Hunt (Tom Cruise) memegang kunci yang dapat mengguncang seisi dunia. Entitas, AI super berbahaya, semakin menjalar ke pelbagai institusi nuklir di seluruh dunia. Hanya dia dan tim; Benji (Simon Pegg), Grace (Hayley Atwell), Luther (Ving Rhames), yang sanggup menghentikan amukannya…

Film ini ditunjukkan sebagai pamungkas dari semua film Mission Impossible sebelumnya. Refrensi, karakter lama, visual, etc untuk menegaskan hal itu. Sayangnya dengan cara yang kurang halus.

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang

Bila AVENGERS: ENDGAME menyajikan refrensi film sebelumnya secara halus atau membuat variasi dari itu, FINAL RECKONING begitu di wajah sekali. Dialog penuh eksposisi menjelaskan plot, refrensi dan adegan-adegan film lampau begitu menjejali penonton. Anehnya, gambar sama kadang diulang lagi seolah takut penonton lupa.

Dominasi dialog ini yang cukup mengherankan untuk franchise film MI yang biasanya jago menyeimbangkan dengan aksi. Film seakan lebih ke arah political thriller atau techno thriller. Tidak berarti dialog kosong karena memang berguna untuk membangun ketegangan untuk adegan aksi besarnya di paruh akhir.

Tetap saja, seluruh film tampaknya terlalu mendedikasikan diri untuk aksi di klimaks dibanding memberi porsi aksi yang rata untuk memecah kejenuhan di pertengahan. Tidak salah bila menganggap baik DEAD RECKONING dan FINAL RECKONING bisa saja dijahit jadi satu dengan menghilangkan lemaknya. Barangkali baiknya 2 film ini ditonton sekaligus supaya lebih nikmat.

Sekalinya ada aksi, meramu ketegangannya wah. Suspense bukan hanya pada protagonis Ethan tapi juga teman-temannya yang lebih besar kemungkinan tewas. Menjelang klimaks pun diberikan suspense berlapis yang dialami semua karakter dan itu sungguh tegang. Apa yang penonton harap dari film daripada aksi lidah. Coba saja lebih banyak lagi.

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang

2 aksi besarnya itu….gila dan sungguh menjual judul Impossible aka mustahil. Koreografi adegan Ethan bernavigasi di dalam kapal selam yang akan jatuh barangkali salah satu adegan Ethan menyusup terbaik sepanjang franchise. Tom Cruise bergelantungan di pesawat pun…wah. Ni orang gak takut mati.

Sampai-sampai bisa jadi orang memaafkan kejenuhan penuh omongan sepanjang film saking fantastisnya 2 adegan tersebut.

MISSION IMPOSSIBLE: FINAL RECKONING mungkin bukan Misi Mustahil yang diharapkan penonton untuk franchise yang biasanya paling tidak gak membuat pingin ngecek jam saat nonton. Semoga kerja sama Tom dan sutradara Q bisa lebih baik lagi dengan dialog yang lebih….sedikit.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Published

on

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang
Stefani (Kaitlyn Santa Juana) selama 2 bulan selalu memimpikan kematian tragis neneknya, Iris yang saat muda meninggal dalam sebuah kecelakaan di Menara Sky View.
Setelah menceritakan mimpi ini ke keluarganya, ia baru mengetahui bahwa Iris masih hidup namun dianggap gila dan hidup menyendiri lalu kenapa Stefani bisa memimpikan kematian neneknya itu?
Akhirnya ia berhasil melacak lokasi neneknya dan mengunjunginya berharap dapat penjelasan tentang mimpinya. Iris tua (Gabrielle Rose) menjelaskan bahwa mimpi itu merupakan sebuah penglihatan yang Iris muda dapatkan dan ia berhasil memperingatkan para pengunjung menara  sehingga mereka semua selamat dari kecelakaan tragis.
Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Namun kematian yang merasa dicurangi mulai mengincar para penyintas satu persatu bahkan hingga ke anggota keluarganya walaupun harus memakan waktu berpuluh puluh tahun.
Akhirnya giliran Iris tiba karena ia yang terakhir harusnya mati. Setelah Iris meninggal maka giliran selanjutnya adalah anak dan cucu Iris yang tidak seharusnya hidup.
Stefani harus membujuk keluarganya agar percaya bahwa mereka sedang diincar oleh kematian dan bersama-sama mencari cara menghindari kematian.
Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Formula yang dipakai masih sama dengan film-film sebelumnya, Gwiple akan dibuat tegang saat satu per satu faktor kecelakaan dimunculkan hingga akhirnya kecelakaan itu menimpa sang korban dengan adegan yang memilukan.
Kali ini pihak distributor meyakinkan bahwa film ini TANPA DI-CUT, TANPA DI-BLUR, dan TANPA DI-ZOOM.
Dari segi plot juga masih serupa, jika dahulu adalah sekelompok teman mencoba bertahan hidup dari incaran kematian; sekarang adalah dua keluarga dari 3 generasi yang mencoba mencurangi kematian.
Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Walaupun polanya tetap sama tapi Bloodlines masih tetap seru untuk ditonton, namun ini bukan film keluarga dengan rating 21+ dan pastikan tidak membawa penonton dibawah umur untuk menontonnya. Final Destination Bloodlines dapat ditonton di bioskop-bioskop mulai 14 Mei.
https://www.youtube.com/watch?v=UWMzKXsY9A4
Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending