Connect with us

TV & Movies

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Published

on

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

www.gwigwi.com – Di luar kamar Tari Prilly Latuconsina) terdengar gaduh sang ayah, Pras (Surya Saputra) memarahi ibunya (Dominique Sanda). Begitu suasana semakin pecah, Tari menutup telinganya dengan headset, mendengarkan lagu yang tenang tapi tak berhasil menenangkan hatinya.

Untuk mengatasi gejolak hidupnya, Tari disarankan mengikuti grup konsultasi yang berisikan orang-orang yang juga memiliki beragam masalah batin di bawah naungan Nina (Widi Mulia), namun ia tak kunjung merasa nyaman dan bisa berbagi cerita dengan yang lain.

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Saat naik lift menuju kantornya, Tari bertemu dengan Baskara (Dikta Wicaksono) yang ternyata memiliki isu dalam mengontrol emosi. Keduanya kemudian jadi lebih dekat sejak suatu kejadian, mengerjakan proyek bersama dan sama-sama harus menghadapi “luka” masing-masing.

BOLEHKAH SEKALI SAJA KUMENANGIS memiliki depiksi yang hebat perihal trauma yang berasal dari bermacam kejadian; penyesalan, hubungan toxic, malu akan kejadian masa lalu, dll. Film mampu luwes menghadirkan beragam “luka” tersebut dan bagaimana para penderita mengatasinya atau hidup dengannya, di mana keterbukaan pada orang lain adalah salah satu kunci pertama.

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Review Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Good Looking People Menghadapi Trauma

Mudah saja film jatuh pada eksploitasi kesedihan dengan sound efek menggelegar ketika konflik terjadi macam sinetron. Berkat pengadeganan yang mumpuni, ramuan antara akting, blocking pemain, kamera dan framing yang tahu betul cara menghidupkan bermacam emosi tanpa harus over the top, maka adegan terasa real nan otentik. Mampu menyentuh hati penonton yang saya lihat sampai belum mau meninggalkan kursi saat kredit berputar.

Menariknya meski tema cukup berat, film tak terasa suram. Komedi dan kehangatan yang diberikan membuat tak jemu. Malahan mewarnai emosi film hingga saat momen haru dan sedih datang, rasanya lebih menghantam. Tidak merusak esensi filmnya.

Karena emosinya dapat dan pengadeganan rapih, maka editing yang terkadang suka jumping (cth: karakter tetiba di posisi B padahal shot sebelumnya di A) itu cukup terasa. Noda kecil yang sedikit mengganggu halusnya penceritaan.

Barangkali rasa otentik film ini yang bisa dipelajari film lokal lain dan bisa menjadi kekuatan film Indonesia. Hal yang sulit ditemukan film horror penuh jump scare yang kaya akan dibuat-buat.

Advertisement

TV & Movies

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Published

on

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

www.gwigwi.com – Film rilisan Sony ini merupakan spin off dari SpiderMan yang menceritakan asal usul Kraven alias Sergei Kravinoff (Aaron Taylor Johnson) yang merupakan anak pertama dari pemimpin mafia, Nikolai Kravinoff (Russel Crowe) dan merupakan kakak dari Dimitri Krevinoff (Fred Hechinger).

Sergei yang sudah ditinggal mati ibunya saat dia masih remaja merasa menderita harus hidup menjadi ahli waris Kerajaan mafianya .

Pada saat Nikolai mengajak kedua anaknya berburu singa yang dikenal sudah membunuh banyak pemburu di Tanzania, Sergei dan Dimitri tanpa sengaja bertemu sang singa legendaris itu dan akibatnya Sergei terluka parah namun ia diselamatkan oleh Calypso (Ariana DeBose) yang memberikan ramuan keabadian.

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Sergei pun lolos dari maut dan mengalami perubahan Dimana penglihatannya makin tajam, gerakannya makin cepat dan lihai, semakin kuat, dan dapat memahami para satwa.

Sergei akhirnya kabur dari cengkaraman ayahnya dan mulai meniti karir jadi Kraven The Hunter yang memburu para dalang kriminal. Namun aksinya berkonsekuensi harus berurusan dengan Aleksei Sytsevich (Alessandro Nivola) alias The Rhino yang ingin menguasai dunia kriminal.

Rhino menyuruh anak buahnya menculik Dimitri agar memancing Kraven keluar dari persembunyiannya serta mengutus The Foreigner (Christopher Abbot) untuk memburu Kraven. Maka dimulailah aksi perburuan dan saling bunuh antara si pemburu dengan yang memburunya.

Di komiknya, Kraven lebih dikenal sebagai seorang super villain yang kadang-kadang seperti anti-hero dan merupakan bagian dari Sinister Six, namun di film ini ia lebih ditampilkan sebagai seorang anti-hero yang menyayangi adiknya serta hanya memburu bos kriminal.

Dan demi menjadi Kraven, Aaron Taylor sudah baik dalam membentuk tubuhnya namun dalam beberapa angle, mukanya kurang menampilkan sosok pemburu yang ganas dan terlihat datar.

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Justru Fred Hechinger yang bagus dalam menampilkan ekspresi Dimitri yang pengecut namun pada akhirnya menampilkan diri sebagai seorang criminal mastermind.

Dari segi plot, satu hal yang janggal adalah Kraven kesulitan menelusuri jejak adiknya saat diculik, padahal di scene-scene lain dia selalu 100% menemukan mangsanya dan membanggakan diri sebagai pemburu yang ulung. Tapi hal ini bisa sedikit terobati dengan adegan-adegan pertarungan brutal karena film ini ratingnya D17+.

Overall film Kraven dapat menjadi tontonan menarik bagi para Gwiple yang ingin film action seru, yang sangat disayangkan ini menjadi film terakhir dari SSU atau Sony Spider-Man Universe.

Kalian bisa menyaksikan Kraven The Hunter ekslusif di bioskop mulai tanggal 11 Desember 2024.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Published

on

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

www.gwigwi.com – So-Mi (Lee Re) tergeletak kaku padahal pendeta Ban (Lee Min-Ki) sudah menyatakan eksorsisme berhasil. Si bapak, Dokter jantung Cha Seung-Do (Park Shin-Yang) tetap berusaha memijat jantung untuk menyelamatkan anaknya, namun gagal…

Saat pemakaman, banyak yang berbisik keanehan pada So-Mi saat hidup dan meragukan si ayah yang seorang dokter hebat dalam mengoperasinya. Pendeta Ban pun terus mencari jawaban; Salahnya di mana?

Sementara itu jasad So-Mi menunjukkan keanehan…

DEVILS STAY menariknya memulai cerita setelah umumnya film bergenre eksorsisme berakhir. Menguak misteri gagalnya inilah yang membuat film fresh dan terus memaku perhatian.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Karena diliputi misteri yang menarik, permainan ketegangannya pun mempunyai nilai ekstra. Setiap scare seakan semakin mempertebal pertanyaan. Hebatnya dimasukkan juga komedi dari reaksi penjaga ruang mayat yang bingung melihat kelakuan bapak edan dan pendeta entah dari mana.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Tak lupa akting si bapak yang terus menginjeksi emosi melihat putrinya yang entah masih hidup atau dirasuki. Usahanya berbuat segalanya yang bisa dipahami walau kadang cukup gila.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Saat film eksorsisme pertama Indonesia, KUASA GELAP, gagal memberi cerita fresh dan khas Indonesia, DEVILS STAY memberikan keduanya. Segar buat genre usang dan berasa korea sekali.

Bukan karena budget tinggi, tapi memang piawainya naratif dan eksekusi.

Continue Reading

TV & Movies

Review FIlm WEREWOLVES, All Bark No Bite

Published

on

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

www.gwigwi.com – Wes (Frank Grillo) harus bertahan hidup dari serangan para manusia yang bermutasi menjadi werewolves akibat super moon, untuk kembali pada keluarganya.

Sedatar dan se in the face itulah WEREWOLVES. Bila berharap akan ada barang sedikit variasi atau kedalaman atau dimensi, saaangat minim ada.

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Film berfokus pada aksi bertahan hidup ala serial gim RESIDENT EVIL, lengkap dengan set piece kota kacau berantakan ala Raccoon City. Memang ada beberapa ketagangan yang dimainkan tapi selain satu dua adegan mengejutkan, WEREWOLVES tak banyak, atau nihil, inovasi.

Para pemain, khususnya Katrina Law sebagai Dr. Chen, berperan dengan sepenuhnya. Justru Frank Grillo sendiri yang terlihat kurang maksimal. Barangkali karena karakternya sendiri yang datar maka si aktor yang tengah naik daun (bisa jadi makin nanjak setelah CREATURE COMMANDO nya DC rilis) ini memang tak diberi banyak hal untuk diaktingkan. Hanya beraksi saja kebanyakan.

Manusia serigalanya sendiri juga sayangnya kurang memiliki keunikan yang bisa menonjol dibanding werewolves di media lain. Memakai efek praktikal untuk aksinya, si manusia serigala justru sering terlihat kurang meyakinkan. Bukannya seram malah sebaliknya.

WEREWOLVES tampaknya butuh sentuhan spesial yang biasanya dimiliki sutradara seperti James Gunn atau Michael Bay. That little bit of touch to make em bite harder.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending