Connect with us

TV & Movies

Moxienotion Akan Menggelar ‘Marathon’ Rurouni Kenshin

Published

on

Moxienotion selaku salah satu distributor film bioskop di Indonesia, kemarin malam (13/10) mengumumkan akan menggelar Rurouni Kenshin Marathon. Ini bukan marathon lari, tetapi marathon menonton film Rurouni Kenshin dari sekuel pertama yang sudah tayang tahun 2012, kemudian dilanjutkan dengan Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno, dan terakhir Rurouni Kenshin: The Legends End.

 

Loading

Rurouni Kenshin Marathon IDR 225.000 back to back: – Rurouni KenshinRurouni Kenshin: Kyoto Inferno – Rurouni Kenshin: The Legend Ends – also an official limited edition notebook Rurouni Kenshin The marathon starts from 3 pm on Sunday, October 19th 2014 at Blitzmegaplex – Grand Indonesia. GET YOUR ADVANCE TICKET RIGHT AWAY AT www.blitzmegaplex.com!

View on Instagram


Pengumuman yang disampaikan melalui akun Instagram @moxienotion ini, juga menuliskan bahwa marathon 3 film ini akan dilaksanakan di Blitzmegaplex Grand Indonesia Jakarta pada hari minggu 19 Oktober 2014. Tiket untuk menonton serial Rurouni Kenshin ini adalah Rp. 225.000. Spesialnya, untuk Rurouni Kenshin: The Legends End sendiri baru akan dibuka umum pada 22 Oktober 2014, tetapi sudah bisa kamu tonton minggu nanti. Kamu juga akan mendapatkan notebook spesial edisi terbatas Rurouni Kenshin. Untuk dapat mengikuti Acara ini kamu harus sudah disana sebelum pukul 3 sore waktu indonesia barat.

http://i1153.photobucket.com/albums/p504/gwigwicom/rurouni-kenshin-legends-end-poster_zpsbd06117d.jpg

 

 

Advertisement

TV & Movies

Review Film Elio, Apakah kita sendirian di semesta raya ini?

Published

on

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

www.gwigwi.com – Film dibuka dengan rekaman audio mendiang astronom Carl Sagan yang menyatakan bahwa ketertarikan manusia pada semesta raya bermula dari upaya mencari tahu apakah kita sendirian di alam semesta?

Pertanyaannya adalah apakah ada kehidupan di planet lain atau tidak? Selain itu kekhawatiran yang lebih dalam, yang berkaitan dengan film animasi ke-29 dari Disney dan Pixar yang berjudul Elio.

Apakah orang lain pernah merasakan hal yang sama seperti kita? Dan jika tidak, apakah mereka masih bisa mencintai dan menerima kita apa adanya dan bukan apa yang mereka inginkan? Menjadi premis penting di film ini.

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Kita akan bertemu dengan Elio Solis (Yonas Kibreab) yang mendapatkan teman di tempat yang tak terduga dan menjalin ikatan yang lebih kuat dengan bibinya Olga (Zoe Saldana) yang mengurusnya setelah kedua orang tuanya meninggal.

Ia pun jadi terobsesi dengan berbagai hal yang berbau alien, UFO, Planet. Hingga pada suatu ketika, ia mengetahui bahwa bibinya bekerja di pusat penelitian luar angkasa dan secara tidak sengaja berkomunikasi dengan entitas di luar angkasa.

Tidak disangka, Elio diterima di komunitas lintas galaksi Communiverse dan konflik muncul ketika Lord Grigon (Brad Garrett) alien yang ditolak keanggotaan nya ketika ingin bergabung di paguyuban tersebut.

Dari sisi animasinya sudah jangan ditanya lagi, yang paling mencolok dari Elio adalah bagaimana ia menggambarkan perasaan rindu yang tak menentu akan sesuatu yang mungkin tidak kita ketahui keberadaannya.

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Di sini, hasrat untuk bepergian melintasi galaksi dan menemukan dunia yang digambarkan dengan cemerlang dan bentuk kehidupan luar angkasa yang menyenangkan.

Kemudian perjalanan ini juga membuat Elio diuji kembali keyakinannya tentang apa itu rumah? Menurut gue hal ini merupakan kesimpulan yang bijaksana untuk sajian animasi yang menyenangkan ini.

Kehidupan di Bumi dan mungkin di planet lain pun pada dasarnya tidak sempurna, dan film ini sungguh mengejutkan serta memuaskan buat gue karena betapa dalamnya karakter Elio terlibat dengan gagasan itu.

Secara keseluruhan, film terbaru dari Disney dan Pixar yang terinspirasi tentang seorang anak laki-laki yang ingin meninggalkan Bumi demi kesempatan untuk tinggal di suatu tempat di antara bintang-bintang.

Dengan humor yang tajam, animasi yang megah dan menarik perhatian, serta karakter alien yang unik, Elio memiliki nilai hiburan yang cukup untuk memuaskan penonton yang seumuran dengan sang tokoh utama atau yang lebih muda.

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Review Film Elio, Apakah Kita Sendirian Di Semesta Raya Ini?

Namun, wawasan yang menyentuh hati tentang kesedihan dan kegembiraan universal inilah yang menjadikan film ini salah satu proyek studio yang paling menyentuh hingga saat ini.

Meskipun gue berharap konsep
Communiverse dan kumpulan alien nya punya porsi lebih banyak di sepanjang film.

Continue Reading

TV & Movies

Film Live Action Return to Silent Hill Akan Tayang Bulan Januari 2026 Nanti

Published

on

Film Live Action Return To Silent Hill Akan Tayang Bulan Januari 2026 Nanti

www.gwigwi.com – Ada sebuah video game yang akan mendapatkan adaptasi live actionnya tersebut berjudul “Return to Silent Hill” yang dimana akan tayang pada tanggal 23 Januari 2026 nantinya tersebut, yang dimana untuk film live action jadinya dari proses editing video dan berbagai macam hal lainnya diperkiraan akan selesai sebentar lagi, karena film “Return to Silent Hill” merupakan sebuah proyek live action film yang sudah direncakan dari tahun 2022 bulan Oktober kemarin tersebut.

Yang dimana menjadi perbicangan lainnya karena dengan beberapa karakter lainnya juga akan hadir seperti Jeremy Irvine mejadi James Sunderland, Hannah Emily Anderson menjadi Maria, Evie Templeton menjadi Laura, Robert Strange menjadi Red Pyramid, Eve Macklin menjadi Kaitlyn, dan Aktris dan Aktor lainnya juga akan mengisi peran pendukung lainnya tersebut.

Serta untuk ceritanya sendiri akan menceritakan tentang karakter bernama James Sunderland, yang kembali ke kota masa kecilnya tersebut yaitu “Silent Hill” dengan begitu juga membuat dirinya dengan beberapa kenangan pahit dan juga manis akan kembali dihadirkan pada dirinya tersebut, hal ini juga menjadi sebuah kejanggalan lainnya.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie ala British

Published

on

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

www.gwigwi.com – Setelah 28 hari, kemudian 28 minggu, loncat langsung ke 28 tahun. 28 YEARS LATER, film ketiga ini untung tak terasa lama karena memang sudah mulai menghilang dari ingatan publik. Tetiba muncul trailer yang menjanjikan dan langsung mengingatkan memori betapa ikoniknya film pertama (28 DAYS LATER).

Setelah meledaknya seri AMC THE WALKING DEAD, HBO THE LAST OF US dan tentunya sekian banyak film dan seri zombie lain selama hampir 2 dekade, apakah sutradara Danny Boyle mampu menunjukkan spesialnya wabah zombie di Inggris ini?

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

28 tahun sejak virus zombie merebak. Seantero Inggris dikarantina, menjadi kepulauan zombie yang terasingkan. Di sebuah koloni yang bertahan, Spike (Alfie Williams) diajak bapaknya, Jamie (Aaron Taylor Johnson) untuk berburu. Setelah harus berbohong pada ibunya, Isla (Jody Comer) yang sakit, berangkatlah si bapak anak ke daratan utama.

Mata Spike perlahan terbuka pada situasi bahaya yang ia hadapi dari wabah zombie..dan kenyataan buruk mengenai keluarganya….

28 YEARS LATER terasa….british. Baik dari settingnya berlatar alam britania yang indah dan tersebar reruntuhan kastil. Memberi kesan wild west paska kiamat ala Inggris. Jauh berbeda dengan setting film dan seri zombie lain yang menampilkan kehancuran, kelam dan menonjolkan keputus asaan.

Lalu dari bagaimana para filmmaker mengintrepretasi masyarakat modern yang justru kembali pada gaya bertahan hidup ala abad pertengahan; membuat “kastil”, balista dan anak panah.

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

Review Film 28 Years Later, Kiamat Zombie Ala British

Gaya penyutradaraan ala punk rock-nya Danny Boyle menambah aksen visual yang membuat 28 YEARS LATER spesial. Film terasa “pecah” seakan menabrak kaidah umum bahasa visual, raw, nyata, keras nan brutal, tapi juga memberi keindahan dan menjelajahi relung sisi gelap dan baik manusia.

Spike merepresentasikan POV polos dalam dunia kelam ini dengan baik. Dari dia, terlihat komunitasnya ternyata tidak sebaik yang terpikir sebelumnya. Membawa semangat 2 film sebelumnya di mana manusia di sebuah kelompok bisa jadi lebih kejam atau aneh dari para zombie.

28 YEARS LATER rasanya berhasil melakukan segala dasar sebuah franchise; setting unik yang indah dengan kegelapan menjalar di sela-selanya, plotting yang sering mengejutkan dan karakter berdimensi yang hidup. Semua itu dalam framework zombie yang sudah saaaangat tereksploitasi. Ternyata mayat hidup ala british itu belum mati….masih merangkak dan berlari maju…dan maju….dan maju….

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending