Connect with us

TV & Movies

Instalasi “Meg 2: The Trench” Dari Kubus Rubik Di Plaza Senayan Pecahkan Rekor Mosaik Kubus Rubik Terbesar

Published

on

Instalasi “meg 2: The Trench” Dari Kubus Rubik Di Plaza Senayan Pecahkan Rekor Mosaik Kubus Rubik Terbesar

www.gwigwi.com – Dalam rangka menyambut perilisan film laga petualangan “Meg 2: The Trench” pada tanggal 2 Agustus 2023 di Indonesia, Warner Bros. Pictures Indonesia menggandeng komunitas pecinta kubus rubik, Jakarta Speedcubing, untuk membangun instalasi bertemakan “Meg 2: The Trench” menggunakan kubus rubik dan bertempat di lantai dasar Plaza Senayan, Jakarta Pusat. Instalasi ini memiliki lebar 2,5 meter, panjang 5 meter, dan tinggi 3 meter dan dibuat dengan menggunakan 2.466 buah kubus rubik standar dan 780 buah kubus rubik kecil. Atas dasar penilaian tim ARI (Asosiasi Rekor Indonesia) maka Asosiasi Rekor Indonesia, di bawah Yayasan Prestasi dan Rekor Indonesia, menyatakan bahwa instalasi kubus rubik “Meg 2: The Trench” ini memecahkan rekor Mosaik Kubus Rubik Terbanyak di Indonesia, sekaligus tercatat sebagai rekor Mosaik Kubus Rubik Terbesar dengan bentuk Iregular, pada tanggal 1 Agustus 2023.

“Kami melihat dan mempertimbangkanbahwa instalasi “Meg 2: The Trench” yang terbuat dari kubus rubik ini telah memenuhi syarat untuk memecahkan rekor Mosaik Kubus Rubik Terbesar atas dasar penilaian dan pengukuran kami, di mana rekor ini tercatat sebagai yang terbesar saat ini, jauh mengalahkan rekor Mosaik Kubus Rubik sebelumnya di Indonesia yang menggunakan 1.700 buah Kubus Rubik. Kami, atas nama Asosiasi Rekor Indonesia dengan ini menyatakan instalasi “Meg 2: The Trench” sebagai (lengkapi) pada hari ini, 1 Agustus 2023,” ungkap Halim Sugiarto selaku ketua Asosiasi Rekor Indonesia.

Instalasi “meg 2: The Trench” Dari Kubus Rubik Di Plaza Senayan Pecahkan Rekor Mosaik Kubus Rubik Terbesar

Instalasi “meg 2: The Trench” Dari Kubus Rubik Di Plaza Senayan Pecahkan Rekor Mosaik Kubus Rubik Terbesar

Instalasi “Meg 2: The Trench” ini didesain oleh Abel Brata, seorang seniman dan speedcuber yang pernah memecahkan beberapa rekor dunia RHR dan rekor Indonesia versi MURI dan World Cube Association. Proses perancangan dan pembangunan instalasi ini memakan waktu sekitar 1 bulan. Dan dalam proses penyusunan gambar mosaiknya dilakukan oleh para speedcuber terlatih dari komunitas Jakarta Speedcubing selama kurang lebih 22 jam. “Kami mengerjakan mulai mengerjakan gambar mosaik instalasi ini pada tanggal 26 Juli dari pukul 12:00 hingga pukul 21:00, dilanjutkan keesokan harinya mulai jam 12:00 siang hingga selesai pada pukul 1 dini hari. Dalam acara seremonial pada tanggal 1 Agustus 2023, 20 orang speedcuber dari Jakarta Speedcubing, termasuk sang founder, Abel Brata, melakukan sentuhan akhir dengan menyusun 100 kubus rubik terakhir bersama-sama. Masing-masing kami memiliki kecepatan memecahkan kubus rubik rata-rata di bawah 15 detik, jadi jika serentak melakukan solving, dapat menyelesaikan 100 buah cube tersebut kurang dari 5 menit”, ucap Yusuf Abdul Qohar, perwakilan dari komunitas Jakarta Speedcubing.

“Karena Meg identik dengan besar dan raksasa, maka kami memiliki ide untuk membangun instalasi yang menggambarkan daya tarik tersebut. Kami sangat senang dengan antusiasme dari komunitas kubus rubik dalam membangun instalasi “Meg 2: The Trench” untuk turut membantu kami memecahkan rekor Mosaik Kubus Rubik Terbesar. Kami berharap semoga juga filmnya nanti bisa memecahkan rekor box office,” tutur Oscar Prajnaphalla, Head of Theatrical Marketing Warner Bros. Pictures Indonesia.

Instalasi mosaik kubus rubik “Meg 2: The Trench” ini dapat dilihat di mal Plaza Senayan dari tanggal 29 Juli hingga 13 Agustus 2023. Instalasi ini bisa digunakan juga sebagai spot foto oleh warga Jakarta. Film “Meg 2: The Trench” mengambil inspirasi dari Meg atau Megalodon, yakni hiu terbesar yang pernah ada, diperkirakan dengan berat mencapai 50 ton dan panjang lebih dari 60 kaki, menjadikannya sekitar tiga kali lebih besar daripada hiu putih besar saat ini. Mereka hidup antara 23 hingga 3,6 juta tahun yang lalu.

Film “Meg 2: The Trench” merupakan sekuel dari blockbuster tahun 2018, “The Meg”. Film kedua ini berjanji menjadi pemacu adrenalin pamungkas musim panas ini dan membawa laga aksi ke ketinggian yang lebih tinggi dan bahkan lebih dalam dengan menghadirkan beberapa Meg besar sekaligus dan juga banyak lagi! Bintang laga Jason Statham kembali berperan dalam sekuel ini dan didampingi oleh kehadiran ikon aksi global Wu Jing. Mereka berdua akan memimpin tim peneliti yang berani dalam penyelaman eksplorasi ke kedalaman samudra terdalam. Perjalanan mereka berubah menjadi kekacauan ketika operasi penambangan jahat mengancam misi mereka dan memaksa mereka ke dalam pertempuran berisiko tinggi untuk bertahan hidup. Diadu dengan Meg-Meg raksasa dan juga para penjarah lingkungan, para pahlawan kita harus berlari lebih cepat, mengakali, dan mengakali predator tanpa ampun mereka dalam perlombaan yang mendebarkan melawan waktu. Benamkan diri Anda dalam pengalaman sinematik paling menggetarkan tahun ini dengan “Meg 2: The Trench” – di mana kedalaman samudra hanya bisa ditandingi oleh ketinggian kegembiraan yang tak terbendung!

Warner Bros. Pictures dan CMC Pictures mempersembahkan “Meg 2: The Trench”, dengan Statham dan Jing sebagai pemeran utama. Pemeran lain di antaranya Sophia Cai (“The Meg”), Page Kennedy (“The Meg”), Sergio Peris-Mencheta (“Rambo: Last Blood”), Skyler Samuels (“The Gifted”), dan Cliff Curtis (“Avatar” franchise).

Film ini diproduksi oleh Lorenzo di Bonaventura (“The Meg,” “Bumblebee”) dan BELLE Avery (“The Meg,” “Before the Devil Knows You’re Dead”), dan di kursi produser eksekutif ada Jason Statham, Cate Adams, Ruigang Li, Catherine Xujun Ying, Wu Jing, E. Bennett Walsh, Erik Howsam, Gerald R. Molen, dan Randy Greenberg.

Bergabung dengan sutradara Wheatley di belakang kamera adalah direktur fotografi Haris Zambarloukous (“Belfast,” “Murder on the ORIENT Express”), desainer produksi Chris Lowe (“The Grey Man,” “No Time to Die”) dan editor Jonathan Amos (“Baby Driver,” “Paddington 2”). Pengawas efek visualnya adalah Pete Bebb (“Fantastic Beasts and Where to Find Them,”“Inception”), dan desainer kostumnya adalah Lindsay Pugh (“The Matrix Resurrections,” “Krypton”). Musiknya oleh Harry Gregson-Williams (“The Meg,” “The Martian”).

Film “Meg 2: The Trench” didistribusikan ke seluruh dunia oleh Warner Bros. Pictures dan akan tayang di bioskop-bioskop di Amerika Utara pada 4 Agustus 2023 dan di bioskop-bioskop Indonesia mulai 2 Agustus 2023. LSF Indonesia memberikan rating 13+ bagi film “Meg 2: The Trench”.

Advertisement

TV & Movies

Review Film Bring Her Back, Very Bloody Heart Warming Tragedy

Published

on

Review Film Bring Her Back, Very Bloody Heart Warming Tragedy

www.gwigwi.com – Setelah kecelakaan naas, Andy (Billy Barratt) bersama adik tirinya yang penglihatannya terbatas, Piper (Sora Wong), diasuh oleh seorang konselar berpengalaman bernama Laura (Sally Hawkins). Di rumah Laura, mereka bertemu seorang anak yang katanya bisu selektif, Olliver (Jonah Wren Phillips).

Meski nyentrik, Andy dan Piper bisa menikmati hidup dengan Laura…sampai pelbagai kejadian aneh terjadi.

BRING HER BACK mungkin bukan film horror dengan cerita ter-orisinil, tapi duo sutradara yang dulu sukses dengan TALK TO ME mampu membawakan cerita yang biasanya terbalur klise Hollywood, menjadi pengalaman berbeda.

Review Film Bring Her Back, Very Bloody Heart Warming Tragedy

Review Film Bring Her Back, Very Bloody Heart Warming Tragedy

Para filmmaker tetap setia menonjolkan sisi rapuh dan kuat karakternya. Mau itu sifat baik atau buruk si protagonis atau antagonis. Maka BRING HER BACK tak pernah kehilangan modal emosi dramatis itu dan film tidak jatuh menjadi pertunjukan pertumpuhan darah tanpa makna.

Dan wew, banyaknya darah.

Gore dan violence yang ditampilkan banyak terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari hingga tidak asing dan mungkin saja bisa terjadi. Itulah yang bikin adegan membekas di ingatan dan bikin ngilu, meskipun adegan demikian tak sebanyak horror lain. Bukti juga duo sutradara tidak sembarangan menampilkannya, hanya saat dibutuhkan cerita saja.

Review Film Bring Her Back, Very Bloody Heart Warming Tragedy

Review Film Bring Her Back, Very Bloody Heart Warming Tragedy

Barangkali karena kisahnya yang cukup familiar, rasanya filmmaker tidak bermain seliar TALK TO ME dalam memainkan tema tragedi kehilangan keluarga ini. Sebagaimana film duo sutradara itu sebelumnya dengan cerdas mensimulasikan horor bertemu roh seakan narkoba yang adiktif.

Review Film Bring Her Back, Very Bloody Heart Warming Tragedy

Review Film Bring Her Back, Very Bloody Heart Warming Tragedy

Seusai film, justru film yang ajegile gore nya ini membuat batin terasa hangat. Mungkin karena suksesnya para filmmaker memanusiakan para karakter secara lenhkap. Membuat kita memahami, bahkan iba dengan si antagonis. Jarang rasanya sutradara horror lain mampu menyajikan tragisnya kisah di balik seram-seraman, seahli duo Danny dan Michael Philippou.

Be warned, the movie includes very gory, triggering and unsettling scenes.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Ballerina, Spin Off Yang Brutal

Published

on

Review Film Ballerina, Spin Off Yang Brutal

www.gwigwi.com – Ana De Armas, sang Bond Girl akhirnya masuk dalam John Wick Universe sebagai Eve, seorang yatim piatu yang bertekad membalaskan kematian ayahnya. Eve yang masih kecil ditolong oleh Winston (Ian McShane) untuk menemui The Director (Anjelica Huston) sebagai pemimpin tertinggi Ruska Roma.

Eve akhirnya bergabung dengan Ruska Roma dan dilatih untuk menjadi pembunuh yang efisien. Bertahun-tahun kemudian dalam sebuah misi, Eve dihadang oleh seorang pembunuh lainnya namun berhasil ia bunuh.

Eve yang mengenali tanda yang dimiliki si pembunuh sama dengan para pembunuh ayahnya mencoba mencari informasi dari Director namun ia dilarang untuk mencari tahu lebih lanjut. Eve tidak mengindahkan perintah itu dan terus mencari tahu hingga menemui titik terang untuk memburu Daniel Pine (Norman Reedus), seorang anggota dari kelompok misterius itu.

Review Film Ballerina, Spin Off Yang Brutal

Review Film Ballerina, Spin Off Yang Brutal

Ternyata Pine sudah meninggalkan kelompok itu demi menyelamatkan seorang anak Bernama Ella; sayangnya mereka disergap oleh para anggota kelompok dan Ella pun diculik sedangkan Pine luka parah.

Eve terpaksa harus mencari petunjuk lain yang setelah membunuh sebagian anggota kelompok tersebut membuatnya mengunjungi sebuah kota kecil di pegunungan Prague, dimana seluruh penduduknya adalah anggota pembunuh yang dipimpin oleh The Chancelor (Gabriel Byrne).

Dimulailah pertarungan akhir Eve untuk membalaskan dendamnya, namun usahanya tidaklah mudah apalagi keadaan semakin rumit dengan kehadiran sang Baba Yaga, John Wick yang diperintahkan oleh Director untuk menghalangi Eve.

Buat Gwiple yang penasaran dengan akhir pertarungan ini dapat segera menontonnya di bioskop.

Review Film Ballerina, Spin Off Yang Brutal

Review Film Ballerina, Spin Off Yang Brutal

Plot dalam film Ballerina ini sebetulnya standard saja namun dikemas dengan pacing yang baik dan Gwiple dapat melihat pertumbuhan Eve menjadi ahli dalam membunuh. Dan tim produksi cukup pintar dalam menyisipkan adegan saat John Wick mencari suaka ke Ruska Roma agar dapat berinteraksi dengan Eve muda.

Sayangnya kemunculan Norman Reedus sebagai Pine hanya sebentar , apalagi ternyata ia adalah anak dari The Chancelor yang berarti adalah pamannya Eve.

Mungkin demi durasi film agar tidak terlalu Panjang maka perlu mengorbankan detil tentang Pine. Harapannya sih spin off berikutnya memunculkan Pine agar kisahnya bisa dieksplorasi lebih jauh.

Review Film Ballerina, Spin Off Yang Brutal

Review Film Ballerina, Spin Off Yang Brutal

Untuk aksi dalam film ini tidak usah diragukan kebrutalannya. Memang di awal film kurang terlihat intense dan brutal namun makin lama, aksinya hampir non stop dan serunya ada pertarungan memakai flame thrower yang hampir menyamai keseruan aksi tembak-tembakan di John Wick 4 yang memakai amunisi Dragon’s Breath.

Overall, movie spinoff dari John Wick ini tidaklah mengecewakan untuk ditonton. Tapi jangan ajak anak-anak karena ini tontonan untuk Dewasa.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Karate Kid Legends, Sebuah Warisan yang Terus Berlanjut

Published

on

Review Film Karate Kid Legends, Sebuah Warisan Yang Terus Berlanjut

www.gwigwi.com – Kisah klasik Karate Kid kembali berlanjut di film ini, dikisahkan Li Fong (Ben Wang) murid dan juga keponakan dari Mr. Han (Jackie Chan) yang sudah memiliki perguruan di beberapa cabang di Beijing pasca kejadian di film versi 2010.

Karena ibunya (Ming-Na Wen) akan pindah ke New York mau tidak mau Li harus ikut hijrah ke kota besar tersebut.

Disana, Li Fong mengalami culture shock yang sangat drastis. Ia pun harus beradaptasi hingga bertemu dengan Mia (Sadie Stanley) anak seorang pemilik kedai Pizza yang sedang mengalami Survival Mode di kota Big Apple tersebut.

Konflik pun mulai muncul ketika Connor Day (Aramis Knight) mantan pacar Mia yang gamon alias gagal move on mulai mengganggu dan Li Fong pun berusaha membela diri.

Review Film Karate Kid Legends, Sebuah Warisan Yang Terus Berlanjut

Review Film Karate Kid Legends, Sebuah Warisan Yang Terus Berlanjut

Momen ini lah yang menjadi pertaruhan soal harga diri di kejuaraan bela diri di Five Boroughs Tournament.

Dalam mempersiapkan hal tersebut, Li tidak sendirian. Karena bukan cuma Shifu Han yang membimbing, ada seorang rekan lama yang juga akan membentuk Li untuk menghadapi berbagai hal yang bukan cuma sekedar menang kejuaraan.

Film yang disutradarai oleh Jonathan Entwistle (series The End of F**king World) disini ia memiliki tugas yang menurut gue cukup berat yaitu bagaimana meng-canon-kan seluruh kisah Karate Kid yang dimulai sejak tahun 1984 ini menjadi sebuah kontinuitas yang bisa dinikmati lintas generasi.

Dengan teknik tambal sulam yang dilakukan di film ini, menurut gue hal ini berhasil dan relasi antara Mr. Han dan sahabat lamanya adalah hal yang sangat cerdas dan kita bisa menerima dan “memaafkan” film Karate Kid versi 2010.

Dengan timeline pasca serial Cobra Kai yang sukses dari segi kualitas, membuat film ini juga menyajikan sesuatu yang lebih segar dan juga nostalgia bagi penonton film lawasnya.

Review Film Karate Kid Legends, Sebuah Warisan Yang Terus Berlanjut

Review Film Karate Kid Legends, Sebuah Warisan Yang Terus Berlanjut

Ben Wang sebagai Li Fong emang punya bakat dan berhasil tampil solid dan membawa energi baru.

He’s not a zero to hero, tapi memang sudah punya bekal namun ia belum bisa menerima apa yang terjadi pada dirinya di masa lalu.

Secara visual dan koreografi, film cukup baik. Adegan pertarungan disusun rapi dan tetap menyenangkan untuk diikuti.

Meskipun bukan yang terbaik dalam franchise ini, keseruan adegan pertarungan tetap menghibur dan membuat martial arts terlihat keren dan tetap kekinian.

Dinamika “two branch, one tree” pun juga cukup menarik untuk diikuti bayangkan saja satu murid dua guru yang memiliki prinsip dan treatment mengajar yang berbeda dan Li Fong harus bisa adaptif untuk mencerna semuanya.

Review Film Karate Kid Legends, Sebuah Warisan Yang Terus Berlanjut

Review Film Karate Kid Legends, Sebuah Warisan Yang Terus Berlanjut

Esensi film ini pun juga tetap dijaga bahwa bela diri bukan untuk gagah-gagahan namun untuk lebih mawas diri dan melindungi yang lemah tanpa terlihat pongah. Karena martial arts it’s a way of life too.

Akhir kata, Karate Kid Legends berhasil menjembatani keseluruhan kisah franchise Karate Kid dan melanjutkan sebuah warisan tanpa terkesan klise dan mampu menyajikan sesuatu yang baru hingga mampu dinikmati lintas generasi.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending