Connect with us

TV & Movies

Temukan “Yang Hilang Dalam Cinta” di Disney+ Hotstar pada 30 Juli 2022

Published

on

GwiGwi.com – Ada banyak kisah cinta manis di sekitar kita, namun nyatanya, beberapa cerita justru dipenuhi luka. Ketika bersama dengan pasangan yang tidak tepat, ada banyak pengorbanan dan kehilangan – kehilangan kebebasan untuk membuat keputusan, menyuarakan pikiran, atau bahkan hati nurani untuk menentukan mana yang benar. Namun, bagaimana jika yang hilang adalah dirimu… benar-benar hilang, tak dapat terlihat oleh orang sekitar? Temukan jawabannya dalam “Yang Hilang Dalam Cinta”, sebuah serial original terbaru yang dirilis secara eksklusif di Disney+ Hotstar pada tanggal 30 Juli 2022.

Drama fantasi romantis  sepanjang 12 episode ini akan bercerita tentang kisah Satria (Dion Wiyoko), yang harus menyaksikan cinta pertamanya, Dara (Sheila Dara), mempersiapkan pernikahan di hotel tempatnya bekerja. Suatu hari, Dara dan tunangannya, Rendra (Reza Rahadian), bertengkar hebat. Kejadian ini bukan hal yang mengejutkan bagi Dara, ia telah berhadapan dengan Rendra dan sifat temperamennya selama lima tahun terakhir. Untuk mempertahankan hubungannya, Dara rela kehilangan kesempatan untuk membela dirinya, tapi kali ini, ia kehilangan sesuatu yang tak terduga…

Seketika, Dara kehilangan dirinya, ia menghilang. Ia menjadi tak kasat mata, tidak ada yang dapat melihat dirinya. Ia tidak dapat menyentuh apapun atau siapa pun. Hidupnya dalam bahaya, namun keajaiban terjadi. Hanya Satria yang dapat melihat, menyentuh dan berbicara dengannya. Satria menjadi sosok yang akhirnya menemani Dara dan membantunya untuk mengatasi setiap masalah.

Yandy Laurens, selaku sutradara dari “Yang Hilang Dalam Cinta”, memberikan pendapatnya mengenai serial ini, “Serial ini bercerita tentang toxic relationship dan self-love. Dua topik yang sangat relevan dengan banyak orang, terutama mereka yang terjebak dalam situasi serupa. Dampak dari toxic relationship dan keadaan yang terjadi sangat berpengaruh pada Dara ketika dirinya menjadi tak kasat mata. Kami ingin menunjukkan arti dari self-love kepada semua orang dan kita harus tahu bagaimana cara untuk menyayangi diri sendiri sebelum menyayangi orang lain.”

Disutradarai oleh Yandy Laurens berdasarkan cerita yang ditulis oleh Yandy Laurens bersama Suryana Paramita, “Yang Hilang Dalam Cinta” merupakan serial hasil produksi Starvision. Serial ini dibintangi oleh aktor dan aktris papan atas seperti Dion Wiyoko, Sheila Dara, Reza Rahadian, Dwi Sasono, Asri Welas, Ringgo Agus Rahman, Fazrie Permana, Rizky Hanggono, Maudy Koesnaedi, Maya Hasan, Maisha Kanna dan Daniel Mananta.

>>Klik untuk menyaksikan Trailer<<

 

 

Advertisement

TV & Movies

Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM

Published

on

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).

Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…

Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.

Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?

Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.

Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.

Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.

BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.

Continue Reading

Box Office

Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton

Published

on

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Ternyata gagalnya operasi tersebut dikarenakan Kolonel Hart (Robert Patrick) yang membelot dan memihak kepada warlord tersebut. Ryder pun berencana membalas dendam terhadap Hart dengan menculik presiden Amerika Serikat dan membongkar kemunafikan pemerintah AS dengan melakukan misi-misi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh negara lain.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Tema film yang standard dan tanpa adanya kreativitas malah menjadikan film aksi yang monoton. Entah faktor apa yang terjadi? Kemudian durası di film ini juga terkesan diulur-ulur  dengan adegan-adegan tidak perlu dengan ending yang juga antiklimaks.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Adegan aksi dalam film ini yang masih OK untuk dilihat walau tidak sampai terlalu berkesan.
Performa Frank Grillo cukup baik di film ini namun sangat disayangkan akting Robert Patrick terasa penampilannya kaku dan kurang mendukung secara keseluruhan film. Begitupun dengan pemeran pendamping lainnya juga tidaklah istimewa.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film The Crow (2024), mencoba setia dengan komiknya

Published

on

Review The Crow (2024), Mencoba Setia Dengan Komiknya

www.gwigwi.com – The Crow merupakan film adaptasi dari komik karangan James O’Barr. Di tahun 1994 sempat diadaptasi ke film oleh Alex Proyas diperankan oleh Brandon Lee dan mendapatkan status Cult Movie.

Di tahun 2024 ini, film tersebut mendapatkan remake/reboot yang digarap oleh Rupert Sanders dan dibintangi oleh Bill Skarsgard dan FKA Twiggs.

Dikisahkan Eric Draven (Bill Skarsgard) dan Shelly (FKA Twiggs) sepasang kekasih yang mati dibunuh.

Review The Crow (2024), Mencoba Setia Dengan Komiknya

Review The Crow (2024), Mencoba Setia Dengan Komiknya

Dipenuhi dengan rasa dendam dan amarah, Eric pun dibangkitkan oleh seekor burung gagak dan mendapatkan kekuatan supranatural untuk melakukan balas dendam kepada pembunuh kekasihnya.

Sudah pasti ada perbedaan signifikan antara versi 1994 dan 2024 ini. Narasi dan interpretasi sosok The Crow disini juga jelas berbeda.

Di versi 1994 kita disajikan dengan gaya gothic dan aksi memukau. Sedangkan versi terbarunya lebih menekankan pada sisi melodramatic dan membuat penonton peduli dengan karakternya dan terhanyut dengan duka.

Namun, menurut gue ada beberapa scene yang terkesan dipanjang-panjangin. Oke mungkin maksud hati ingin membuat penonton simpati dengan karakternya.

Menurut gue scene tersebut akan membuat penonton menguap ketika menyaksikan film ini.

Ada baiknya, scene tersebut gak ada juga tidak apa-apa. Atau mungkin digantikan dengan adegan lain misal.

Review The Crow (2024), Mencoba Setia Dengan Komiknya

Review The Crow (2024), Mencoba Setia Dengan Komiknya

Dari segi fisik pun sudah pasti berbeda, The Crow versi mendiang Brandon Lee lebih terkesan sangar.

Sementara versi Bill Skarsgard lebih terkesan kelam dengan riasan baroque dan penuh dengan tatoo. Namun tidak terkesan berlebihan malah sinkron dengan riasan wajahnya yg simple namun tetap sangar.

Bill Skarsgard pun berhasil membawakan sosok The Crow versinya sendiri tanpa bayang-bayang mendiang Brandon Lee yang lebih dulu memerankan tokoh ini.

Dari sisi musiknya di film terbarunya ini pas banget masuk dengan babak ceritanya dan menurut gue musik dan filmnya “kawin” banget.

Akhir kata, setelah menyaksikan film ini. Mungkin kalian akan terpecah menjadi dua kubu. Ada yang suka versi 1994, ada juga yg suka dengan versi terbaru yang diperankan oleh Bill Skarsgard.

So, kalian suka versi siapa?

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending