Connect with us

Box Office

Review Satria Dewa Gatotkaca, Sebuah Permulaan yang Cukup Baik

Published

on

GwiGwi.com – Kalau dilihat-lihat perkembangan IP atau Intelectual Property di Indonesia sedang berkembang pesat. Hal ini bisa dibilang adalah permulaan yang baik di industri kreatif nasional. Salah satunya adalah film pertama dari Satria Dewa Semesta yang merupakan garapan dari Satria Dewa Studio yaitu Satria Dewa Gatotkaca.

Dikisahkan Yuda (Rizky Nazar), seorang pemuda yang hidup cukup memprihatinkan tinggal bersama ibunya yaitu Arimbi (Sigi Wimala) yang hilang ingatan akibat teror di masa lalu oleh pihak Kurawa yang sangat berambisi untuk membangkitkan perang yang terjadi di masa lalu dan berkuasa. Di sisi lain, terjadi teror pembunuhan berantai yang mengincar orang-orang cerdas dan memiliki potensi yang luar biasa di kota Astina, hal ini juga dilakukan oleh para Kurawa untuk membangkitkan sebuah entitas jahat di masa lampau. Semua kejadian ini membuat suratan takdir Yuda untuk bangkit dan melawan Kurawa untuk mencegah perang Bharatayudha di masa kini.

Langsung saja ke filmnya. Film garapan sutradara Hanung Bramantyo yang melakukan proses produksi di awal pandemi covid-19, memang bukan perkara mudah dimulai dari keterbatasan set, semua orang yang terlibat wajib melakukan protokol kesehatan yang cukup ketat. Namun hasilnya cukup memuaskan dan terbukti upaya kerja keras semua cast dan crew terbayar lunas. Naskah yang juga ditulis oleh mas Hanung, terlihat singkat, padat, dan on point dalam membangun origin dari sebuah semesta. Visi misi yang dilakukan beliau dalam melestarikan salah satu budaya Indonesia di era modern saat ini menurut saya cukup tersampaikan. Memang terkesan sedikit kelam dan memiliki unsur drama yang berat namun mudah dicerna.

Untuk yang belom tahu kisah pewayangan, saya rasa aman-aman saja jika ingin menikmati film ini. Memang tim Satria Dewa melakukan riset yang mendalam tentang kisah pewayangan bersama budayawan dan akademisi, namun saya memberikan sedikit masukan yaitu dengan adanya keterlibatan dalang wayang mungkin hasilnya akan lebih maksimal kelak dalam pengembangan dan kontinuitas sebuah franchise yang mengadaptasi kisah pewayangan.

Film ini juga diramaikan oleh Omar Daniel, Yasmin Napper, Ali Fikry, ZsaZsa Utari, Yati Surachman, Yayan Ruhiyan, dan Cecep Arief Rahman, Aghniny Haque, Jerome Kurnia. Mereka berhasil memberikan performa dan porsinya pas.

Dari segi sinematografi cukup baik, namun ada beberapa momen yang di shoot terlalu dekat terutama dalam adegan pertarungan hal ini cukup mengganggu dikarenakan kita tidak terlalu melihat jelas fighting choreography yang harusnya bisa terlihat indah. Kemudian dari sisi visual efek dan scoring film, ini menjadi bagian favorit saya. Visual efek disini terlihat sangat mewah untuk ukuran film Indonesia karena memang bagian paling krusial namun berhasil dieksekusi dengan baik, good job!!

Saya tadinya skeptis ketika melihat trailernya, namun ketika melihatnya di format layar lebar hasilnya cukup baik dan scoring filmnya juga mendukung keseluruhan film ini. Saya datang dengan ekspektasi serendah-rendah nya namun hasilnya cukup baik, memang masih banyak kekurangan namun team Satria Dewa tetap memberikan yang terbaik.

Secara keseluruhan, film Satria Dewa Gatotkaca memberikan sajian hiburan yang cukup baik dan sudah menjadi kewajiban kita untuk mendukung jerih payah salah satu karya anak bangsa.

So Gwiples jangan lupa untuk menyaksikan film Satria Dewa Gatotkaca yang mulai tayang di bioskop tanggal 9 Juni 2022 di bioskop kesayangan kalian ya!.

 

Advertisement

Box Office

Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton

Published

on

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Ternyata gagalnya operasi tersebut dikarenakan Kolonel Hart (Robert Patrick) yang membelot dan memihak kepada warlord tersebut. Ryder pun berencana membalas dendam terhadap Hart dengan menculik presiden Amerika Serikat dan membongkar kemunafikan pemerintah AS dengan melakukan misi-misi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh negara lain.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Tema film yang standard dan tanpa adanya kreativitas malah menjadikan film aksi yang monoton. Entah faktor apa yang terjadi? Kemudian durası di film ini juga terkesan diulur-ulur  dengan adegan-adegan tidak perlu dengan ending yang juga antiklimaks.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Adegan aksi dalam film ini yang masih OK untuk dilihat walau tidak sampai terlalu berkesan.
Performa Frank Grillo cukup baik di film ini namun sangat disayangkan akting Robert Patrick terasa penampilannya kaku dan kurang mendukung secara keseluruhan film. Begitupun dengan pemeran pendamping lainnya juga tidaklah istimewa.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.

Continue Reading

Box Office

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Published

on

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

www.gwigwi.com –

Hijack 1971 dibuat berdasarkan kisah nyata pembajakan pesawat penumpang F27 Korean Airlines tahun 1971. Dalam film ini menceritakan Co-pilot Tae-in (Ha Jung Woo), yang mantan pilot AU Korsel dan pilot Gyu-sik (Sung Dong Il) mengendalikan pesawat penumpang tujuan Gimpo namun tidak lama setelah berangkat, Yong-dae (Yeo Jin-goo) seorang pemuda yang pernah masuk penjara karena dianggap simpatisan Korea Utara meledakkan granat homemade lalu membajak pesawat penumpang tersebut.
Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Gyu-sik terluka di salah satu matanya sehingga tanggung jawab mengendalikan pesawat sepenuhnya dipegang oleh Tae-in. Ketegangan pun sempat terjadi karena para penumpang mencoba melumpuhkan pembajak namun gagal, bahkan seorang penumpang pun terluka yang membuat situasi bertambah pelik.
Gyu-sik dihadapkan pada dilema antara mencegah pesawat menyebrangi perbatasan Korea Utara seperti permintaan si pembajak dan menjaga nyawa para penumpangnya.
Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Ketegangan demi ketegangan terus bermunculan sepanjang durasi film apalagi saat pesawat AU Korsel muncul untuk menghadang pesawat penumpang tersebut.
Banyaknya aktor dan aktris berpengalaman dalam film ini diantaranya Ha Jung-woo, Sung Dong-il, Kim Dong-wook menjadi salah satu faktor film ini seru ditonton, namun dari segi plot menurut gue memang tidak menampilkan keriuhan di kalangan pejabat dan militer Korsel, mungkin karena faktor menjaga durasi tidak terlalu lama dan agar lebih fokus pada ketegangan dan aksi heroik Ta-in di dalam pesawat.
Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Film Hijack 1971 sudah tayang di Korsel sejak bulan lalu dengan jumlah penonton lebih dari satu juta ini sekarang dapat kita saksikan di bioskop-bioskop kesayangan kalian.
Continue Reading

Box Office

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge-Dilan

Published

on

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

www.gwigwi.com – Tahun 1960an, Kathy (Jodie Comer) diminta temannya untuk ke bar. Bar itu ramai dengan klub motor Vandals pimpinan Johnny (Tom Hardy). Di sana lah Kathy bertemu salah satu anggota Vandals yang kelak akan menjadi suaminya, Benny (Austin Butler).

Diadaptasi dari buku dokumentasi kehidupan biker pada rentang tahun 1965-1973 berjudul sama, THE BIKERIDERS memang kilasan kehidupan klub motor Vandals. Awal mulanya, rekrut anggota, konflik internal hubungan dengan gang lain dan turbulensi drama lainnya.

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

Maka penonton seolah diminta untuk menjadi pengamat lika-liku kehidupan mereka tanpa terikat plot film yang super dramatik.

Jodie Comer dengan aksen selatannya dan sikap cueknya membuatnya menonjol di antara maskulinnya anggota Vandals. She chews the scenes easily.

Mudah sekali membuat karakter bos seperti Johnny klise tapi Tom Hardy hanya dengan ekspresi minimal dan tatapannya, memberikan kedalaman nan dimensi yang berbobot. Apalagi saat Johnny sadar Vandals menghadapi zaman baru yang tak dikenalnya.

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

Bagaimana dengan Austin Butler? Cukup duduk atau jalan dengan tampang cool nya saja sudah bisa bikin penonton klepek. Sutradara Jeff Nichols sepertinya mempunyai misi membuat Austin Butler sekeren mungkin dan si aktor pemeran ELVIS (2023) itu sangat mampu membawakannya.

Akting para pemainnya inilah yang membuat THE BIKERIDERS begitu memikat, di saat plot “cinta segitiga” antara Benny-Kathy-Johnny ini sudah umum ditemui di kisah lain.

Itulah rasanya kekurangan filmnya; bila segalanya dibuat seotentik mungkin dan dramatisasi film kurang kental…kenapa penonton tidak nonton dokumenter tentang biker saja tak perlu filmnya?

THE BIKERIDERS seolah sedikit penggambaran kematian perlahan suatu zaman yang lebih terhormat digantikan masa yang lebih keras dan bagaimana para pelakunya beradaptasi dengan itu; tertinggal, turun dari motor atau terus tancap gas…

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending