TV & Movies
Review Parasyte : Live Action, Saatnya Invasi Dimulai
[alert-warning]SPOILER ALERT[/alert-warning]
GwiGwi.com – Siapa yang tidak tahu Parasyte The Maxim? Sebuah anime yang diadaptasikan dari manga yang rilis pada tahun 1988. Anime ini rilis pada tahun 2014 lalu dan masih berlanjut sampai sekarang. Kini anime tersebut sudah mendapatkan adaptasi live action-nya yang rilis di Jepang pada 29 November 2014, dan akan tayang di biskop Indonesia pada 14 January 2015. Beruntung, GwiGwi mendapat undangan Moxienotion untuk dapat menyaksikan penayangan perdana film ini di Blitzmegaplex.
Synopsis
Film ini diawali dengan bola-bola yang jatuh dari langit yang berisikan sebuah mahluk yang berbentuk seperti cacing. Mahluk ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui lubang telinga dan kemudian memakan otak manusia yang ia targetkan dan mengontrol tubuh manusia tersebut.
Shinichi Izumi (Shota Sometani), seorang pelajar biasa dan yang sedang tertidur tiba-tiba diserang oleh mahluk tersebut. Tetapi mahluk tersebut tidak bisa masuk ke dalam telinga Shinichi dikarenakan telinga Shinichi ditutupi oleh earphone. Tapi mahluk tersebut memlih jalan lain yaitu melalui lubang hidung. Tetapi Shinichi terbangun dan kemudian menarik mahluk tersebut keluar dari hidungnya dan dilemparnya hingga membentur dinding. Shinichi terkejut mahluk apa yang berusaha memasuki hidungnya dan Shinichi mengambil sebuah buku dan bersiap membunuh mahluk tersebut. Tentu saja mahluk tersebut berusaha keras memasuki tubuh Shinichi, mahluk tersebut lompat dan memasuki tubuh shinichi dengan melubangi tangan kanannya dengan tujuan dapat bergerak menuju otaknya. Tetapi Shinichi menggunakan kabel earphonenya untuk mengikat tanganya agara mahluk tersebut tidak dapat bergerak menuju otaknya.
Kegaduhan tersebut membuat ibu Shinichi, Nobuko Izumi (Kimiko Yo) terbangun dan memasuki kamar Shinichi dan bertanya pakah yang terjadi. Shinichi menjelaskan bahwa ada mahluk aneh yang memasuki tanganya. Tapi ibunya tidak percaya dan kemudian mengambil earphone milik Shinichi dan mengatakan bahwa sepertinya ia mendapat mimpi buruk akibat lagu yang didengarkanya. Dan kemudian tangan kanannya dapat berbicara, berpikir dan dapat bergerak sesuka hati selayaknya mahluk hidup. Dan Shinichi memberi nama mahluk di tanganya tersebut Migi. Dan dimulailah petualangan Shinichi dan Migi dengan misi menghancurkan seluruh mahluk tersebut yang disebut sebagai Parasyte.
Pemikiran
Film live action ini mengikuti alur dengan anime dan manganya, tetapi sangat disayangkan beberapa karakter pendukung di film ini tidak ditampilkan. Banyak yang mungkin menyadari khusus para penikmat manga Parasyte yang asli, bahwa beberapa latar belakang didalam film ini tidak seperti dimanga mungkin karena terbatas didurasi.
Bagi para pemula atau yang belum mengetahui Parasyte, mungkin agak kesulitan memahami jalan cerita, karena alur begitu cepat, dan tidak begitu menceritakan pengembangan setiap karakter. Walaupun timeline di anime dengan live action sedikit berbeda tetapi masih berada dialur sesuai dengan manga maupun animenya.
CG dari film ini cukup keren, dan paling utama unsur gore dalam film ini cukup berasa. Seperti disaat para parasyte memotong korbanya atau tubuh mayat yang tergeletak dan efek terpotong/tertusuk, semuanya hampir seperti real dan tidak membuat jijik.
Film ini sangat saya rekomendasikan untuk ditonton. Menurut saya film ini merupakan salah satu film adaptasi manga terbaik. Durasi film ini sekitar 90 menit. Bagian kedua film ini akan tayang 25 April 2015 di Jepang, semoga saja film kedua ini dapat juga tayang di Indonesia.
Berikut trailer versi Indonesia.
[youtube id=”bUS8EoJkeqY” width=”600″ height=”340″ position=”left”]
TV & Movies
REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no
www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.
Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.
Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.
Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.
TV & Movies
Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM
www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).
Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…
Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.
Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.
Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?
Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.
Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.
Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.
Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak
Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.
BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.
Box Office
Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton
www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.
Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.
-
Event4 weeks ago
AVIOT Akan Tampil di Anime NYC 2024, Konvensi Anime Terbesar di Pantai Timur AS
-
News3 weeks ago
GwiGwi Merayakan Satu Dekade Kreativitas dan Kebersamaan “Always Together, Always Unique”
-
Event3 weeks ago
Get Ready! Pokémon GO City Safari: Jakarta Hadir dengan Pokémon Eksklusif dan Fitur Baru!
-
Music4 weeks ago
Anime Hub Spotify Akan Berkolaborasi Dengan Pihak Crunchyroll
-
News3 weeks ago
Manga Mattaku Saikin no Tantei to Kitara Mendapatkan Adaptasi Anime
-
News3 weeks ago
Webinar UNITY: Teknik Menjaga Mental dan Performa Saat Bermain Game
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Film The Crow (2024), mencoba setia dengan komiknya
-
Event3 weeks ago
PENGGEMAR ANIME BERANGKAT KE FENWAY PARK RABU INI UNTUK “ONE PIECE NIGHT”