Connect with us

TV & Movies

Review Film The Offering, Horor Religi yang Mengerikan

Published

on

GwiGwi.com – Arthur (Nick Blood) yang tumbuh di keluarga Yahudi Ortodoks memiliki hubungan yang kurang akur dengan sang Ayah yang berprofesi sebagai pemilik rumah duka.

Keputusan Arthur untuk memilih pasangan bukan dari keturunan Yahudi menjadi salah satu alasan pertengkaran mereka.

Namun, saat sang istri Claire hamil, Arthur merasa ini momen yang tepat untuk berdamai dengan sang ayah.

Di saat Art dan Claire datang, lingkungan Yahudi ini tengah dihebohkan dengan hilangnya seorang anak perempuan bernama Sarah Scheindal.

Tanpa disadari oleh Art dan Saul, hilangnya Sarah ternyata memiliki hubungan dengan mayat Yosille yang baru dibawa ke rumah duka.

Sejak saat itulah jenazah Yosille, Saul, Art dan Claire diteror berbagai hal menyeramkan yang turut mengancam keselamatan bayi di kandungan Claire.

Langsung ke filmnya, Mengambil latar kehidupan keluarga Yahudi Ortodoks, film ini menawarkan kisah horor konvensional di mana sang iblis bertarung dengan kekuatan religi.

Namun, gak cuman vibe horor yang dijual, film ini juga mengangkat drama hubungan ayah dan anak yang terasa cukup menghangatkan di beberapa adegan.

Meski begitu drama ayah anak ini perlahan akan mereda di paruh kedua film dan beralih pada teror iblis Abyzou, yang dikenal sebagai iblis perenggut anak.

Desain produksi dan visual adalah sesuatu yang patut diacungi jempol ini, buat yang nungguin jump scare mungkin akan merasa terhibur dengan film ini, karena The Offering cukup rajin membuat penonton tersentak kaget.

Namun, ada kalanya saya merasa jump scare yang dihadirkan begitu klise dan muncul dari hal yang terasa remeh alih-alih teror sang iblis. Di samping itu penggunaan audio yang mencekam dan bernada tinggi banyak digunakan untuk menambah kesan horor.

Namun menurut gue, di beberapa adegan hal ini terasa berlebihan dan sekadar memancing rasa kaget, bukan memicu rasa mencekam.

Secara keseluruhan film The Offering cukup menghibur. Menyebut kelemahan film, The Offering tidak membawa hal baru untuk sebuah sajian horor. Tetapi buat yang suka film horor supernatural, film ini bisa jadi pilihan.

 

Advertisement

TV & Movies

REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no

Published

on

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM

Published

on

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).

Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…

Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.

Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?

Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.

Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.

Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.

BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.

Continue Reading

Box Office

Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton

Published

on

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Ternyata gagalnya operasi tersebut dikarenakan Kolonel Hart (Robert Patrick) yang membelot dan memihak kepada warlord tersebut. Ryder pun berencana membalas dendam terhadap Hart dengan menculik presiden Amerika Serikat dan membongkar kemunafikan pemerintah AS dengan melakukan misi-misi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh negara lain.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Tema film yang standard dan tanpa adanya kreativitas malah menjadikan film aksi yang monoton. Entah faktor apa yang terjadi? Kemudian durası di film ini juga terkesan diulur-ulur  dengan adegan-adegan tidak perlu dengan ending yang juga antiklimaks.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Adegan aksi dalam film ini yang masih OK untuk dilihat walau tidak sampai terlalu berkesan.
Performa Frank Grillo cukup baik di film ini namun sangat disayangkan akting Robert Patrick terasa penampilannya kaku dan kurang mendukung secara keseluruhan film. Begitupun dengan pemeran pendamping lainnya juga tidaklah istimewa.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending