TV & Movies
Review Film Suzzanna: Bernafas dalam kubur, penghargaan yang manis untuk sang ratu film horror Indonesia

GwiGwi.com – Suzzanna (Luna Maya) dan Satria (Herjunot Ali) pasangan suami istri yang telah menikah selama tujuh tahun tapi belum punya anak.
Ketika Suzzanna dikabarkan sedang hamil tapi sayang Satria harus dinas keluar negeri.
Namun momen kepergian Satria dimanfaatkan oleh empat karyawannya; Jonal (Verdi Solaiman), Umar (Teuku Rifnu Wikana), Dudun (Alex Abbad), dan Gino (Kiki Narendra).
Mereka sakit hati kepada Satria dan berniat merampok rumahnya ketika si tuan rumah tak ada. Rencana perampokan itupun berujung kematian Suzzanna.
Kawanan perampok panik dan mengubur jenazah istri majikannya di belakang rumah.
Anehnya pada keesokan hari Suzzanna beraktivitas seperti biasa, seperti tak terjadi apa-apa.
Apa yang sebenarnya terjadi? Benarkah Suzzanna menjadi arwah penasaran dan Berniat membalas dendam??
Film produksi Soraya Intercine Films Ini disutradarai oleh Rocky Soraya dan Anggy Umbara bisa dibilang film Ini bukan remake dari film Sundel Bolong rilisan tahun 1981 yang membuat nama almarhumah Suzzanna Martha Frederika van Osch melejit dan mendapatkan gelar sebagai ratu film horror Indonesia.
Formula kisah yang disajikan di film Ini merupakan kisah baru tanpa melupakan formula yang lama.
Banyak Easter egg serta gimmick yang mengingatkan kita akan sang aktris legenda lewat film Ini.
Proyek film Ini memiliki proses pengembangan yang cukup lama karena cukup sulit untuk mencari aktris yang pas untuk “menghidupkan” kembali sang ratu horror.
Sampai akhirnya terpilih Luna Maya sebagai sosok Suzzanna untuk film Ini. Lalu hasilnya?? Mbak Lunmay berhasil melakukan performa yang luar biasa dari mimik, suara, dsb sangat mirip dibantu dengan jasa tata rias dari Russia ditambah tutor akting yang mumpuni berhasil membuat Suzzanna seolah olah hidup kembali.
Begitu juga dengan cast yang lain seperti Herjunot Ali yang membuat film Ini. Ada bumbu drama yang pas gak terlalu menye-menye.
Buat pemeran pembantu seperti Opie Kumis, Asri Welas, dan Ence Bagus berhasil menambahkan bumbu komedi yang memancing gelak tawa penonton di tengah atmosfer horror yang disajikan.
Film Ini juga tetap menjaga sajian gore ala film-film horror Suzzanna jaman dulu yang memang mengumbar kesadisan dan sempat membuat pemerintah gerah di masa itu.
Secara keseluruhan, film Ini memiliki genre horror, drama, dan komedi yang sangat Indonesia banget gak harus ala-ala horror luar negeri untuk membuat film horror yang bagus.
Serta menjadi tribute yang manis untuk sang ratu horror Indonesia Suzzanna.
Kayak gini dong Kalo bikin film tribute Buat legenda film Indonesia.
TV & Movies
Review Film LILO & STITCH, Simple But Good

www.gwigwi.com – Lilo & Stitch versi live action akan tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai 21 Mei ini.
Film remake versi hidup ini yang sudah dinantikan banyak fansnya, menceritakan tentang Stitch atau eksperimen 626 yang dianggap berbahaya oleh Galactic Council sehingga ditahan dan akan diasingkan, namun ia berhasil kabur dan menuju bumi. Sementara itu di Hawaii, Lilo (Maia Kealoha) yang tinggal bersama kakaknya, Nani (Sydney Agudong) merasa kesepian karena tidak memiliki sahabat dan berdoa supaya dapat teman sejati.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good
Alien eksperimen 626 yang akhirnya crash land di bumi yang sempat membuat beberapa kekacauan berakhir di Shelter anjing dalam kondisi pingsan.
Lilo menemukan 626 di Shelter tersebut dan memutuskan untuk mengadopsinya, sejak saat itu 626 memiliki nama Stitch.
Ternyata keberadaan Stitch di bumi diketahui oleh pencipta Stitch, Dokter Jumba Jookiba (Zach Galifianakis) dan agen Pleakley (Billy Magnussen).
Mereka pun ditugasi oleh Galactic Council untuk menangkap Stitch, di sisi lain Cobra Bubbles (Courtney B. Vance) seseorang dari “Dinas Sosial” juga menyelidiki pesawat Stitch yang jatuh dan ingin menangkapnya.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good
Apakah Stitch akan ditangkap oleh salah satu dari pengejarnya atau ia tetap akan bersama Ohana nya? Gwiple bisa saksikan nanti.
Versi live action ini berbeda dengan versi kartun yang dulu kita tonton di tahun 2002, sehingga perlu sah-sah saja jika kita tonton versi yang lama sambil bernostalgia.
Design Stitch amat lucu di film ini dengan tingkah yang bandel namun menggemaskan dapat cepat menarik hati Gwiple.
Design alien-alien lainpun juga bagus dan terlihat dapat blend in dengan aktor-aktor manusia tidak seperti yang gue bayangkan bahwa akan terkesan nyeremin nyatanya tidak terjadi.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good
Seperti kartun originalnya, Lilo & Stitch 2025 ini adalah film keluarga yang ringan dan cukup menghibur.
Mungkin ketika selesai menyaksikan film ini kita merasa bahwa ini seperti TV movie di Disney+ namun itu tidak menjadi masalah karena prinsip Ohana menjadi pelajaran yang penting bagi audiens.
TV & Movies
Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang

www.gwigwi.com – Final kata judulnya. Tidak salah menganggapnya Mission Impossible terakhirnya Tom Cruise, walau orangnya sendiri tidak menutup kemungkinan akan berlanjut. Bagaimana pun, inilah kerja sama terbaru Mas Tom dengan sutradara penulis Christopher McQuarrie.
Paska DEAD RECKONING, Ethan Hunt (Tom Cruise) memegang kunci yang dapat mengguncang seisi dunia. Entitas, AI super berbahaya, semakin menjalar ke pelbagai institusi nuklir di seluruh dunia. Hanya dia dan tim; Benji (Simon Pegg), Grace (Hayley Atwell), Luther (Ving Rhames), yang sanggup menghentikan amukannya…
Film ini ditunjukkan sebagai pamungkas dari semua film Mission Impossible sebelumnya. Refrensi, karakter lama, visual, etc untuk menegaskan hal itu. Sayangnya dengan cara yang kurang halus.

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang
Bila AVENGERS: ENDGAME menyajikan refrensi film sebelumnya secara halus atau membuat variasi dari itu, FINAL RECKONING begitu di wajah sekali. Dialog penuh eksposisi menjelaskan plot, refrensi dan adegan-adegan film lampau begitu menjejali penonton. Anehnya, gambar sama kadang diulang lagi seolah takut penonton lupa.
Dominasi dialog ini yang cukup mengherankan untuk franchise film MI yang biasanya jago menyeimbangkan dengan aksi. Film seakan lebih ke arah political thriller atau techno thriller. Tidak berarti dialog kosong karena memang berguna untuk membangun ketegangan untuk adegan aksi besarnya di paruh akhir.
Tetap saja, seluruh film tampaknya terlalu mendedikasikan diri untuk aksi di klimaks dibanding memberi porsi aksi yang rata untuk memecah kejenuhan di pertengahan. Tidak salah bila menganggap baik DEAD RECKONING dan FINAL RECKONING bisa saja dijahit jadi satu dengan menghilangkan lemaknya. Barangkali baiknya 2 film ini ditonton sekaligus supaya lebih nikmat.
Sekalinya ada aksi, meramu ketegangannya wah. Suspense bukan hanya pada protagonis Ethan tapi juga teman-temannya yang lebih besar kemungkinan tewas. Menjelang klimaks pun diberikan suspense berlapis yang dialami semua karakter dan itu sungguh tegang. Apa yang penonton harap dari film daripada aksi lidah. Coba saja lebih banyak lagi.

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang
2 aksi besarnya itu….gila dan sungguh menjual judul Impossible aka mustahil. Koreografi adegan Ethan bernavigasi di dalam kapal selam yang akan jatuh barangkali salah satu adegan Ethan menyusup terbaik sepanjang franchise. Tom Cruise bergelantungan di pesawat pun…wah. Ni orang gak takut mati.
Sampai-sampai bisa jadi orang memaafkan kejenuhan penuh omongan sepanjang film saking fantastisnya 2 adegan tersebut.
MISSION IMPOSSIBLE: FINAL RECKONING mungkin bukan Misi Mustahil yang diharapkan penonton untuk franchise yang biasanya paling tidak gak membuat pingin ngecek jam saat nonton. Semoga kerja sama Tom dan sutradara Q bisa lebih baik lagi dengan dialog yang lebih….sedikit.
TV & Movies
Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang


Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang
-
News4 weeks ago
“Ai♡Scream!” dari AiScReam Menggemparkan Dunia!
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Film THUNDERBOLTS*, Kelompok Terapi “SUPERHERO”?
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Netflix Havoc, Kacau Balau yang Penuh Gaya
-
Smartphone3 weeks ago
Xiaomi Padukan Mobile Photography dan Gaya Hidup Aktif melalui Bundling Xiaomi 14T & Xiaomi Smart Band 9
-
TV & Movies3 weeks ago
Review Film Shadow Force, Action Kelas C
-
Laptop4 weeks ago
Lenovo Resmikan Produksi Lenovo K14 Gen 3 dan ThinkCentre Neo 50a Gen 5 di Indonesia
-
TV & Movies3 weeks ago
Review Film Holy Night: Demon Hunters (2025), Tim Pemburu Iblis yang Menghadirkan Aksi Memikat Penuh Ketegangan
-
Music3 weeks ago
SixTONES Rilis 66 Lagu di Platform Global