TV & Movies
Review Film A Legend, aksi memukau menguak tabir misteri
www.gwigwi.com – Jackie Chan kembali hadir di layar lebar dengan film ‘A Legend’. Ternyata film ini merupakan sekuel dari film ‘The Myth’ yang rilis di tahun 2005.
Jackie Chan berperan sebagai seorang arkeolog yang bernama Fang Zhao Zhang yang menemukan sebuah liontin batu giok misterius yang memiliki hubungan dengan mimpinya.
Keyakınan akan mimpinya ini membawa ia dan tim pada sebuah ekspedisi menegangkan ke kedalaman gletser demi mengungkap rahasia di balik mimpi tersebut.
Di tengah perjalanan, mereka menemukan petunjuk yang mengarah pada sejarah kuno yang selama ini tersembunyi.
Penemuan ini membuka tabir misteri besar yang berkaitan dengan masa lalu dan masa depan umat manusia. Lantas, apa yang akan terungkap dalam ekspedisi mereka?
Film yang disutradarai oleh Stanley Tong ini. Selain Jackie Chan, film ini juga diramaikan oleh beberapa nama-nama beken seperti Gulnezer Bextiyar, Yixing Zhang, Aarif Lee, Chen Li, Kim Hee-seon, Max Huang, Shawn Dou, dan Yecheng Zheng. Masing-masing karakter memiliki peran penting dan menambah bumbu cerita film ini semakin seru.
Di film ini kita belajar sejarah negeri tirai bambu secara tıpis-tipis yaitu ketika dinasti Han berkuasa dan menghadapi ancaman dari Mongol.
Sedikit yang mengganggu mata gue di film ini adalah penggunaan AI untuk peran Jackie Chan sebagai jenderal perang di masa lalu dan sang aktor terlihat lebih muda.
Hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi perfilman Tiongkok, namun penggunaan AI yang disetujui oleh sang aktor terlihat tidak hidup dan kaku. Maksud hati ingin menyamakan teknik deaging yang dilakukan Hollywood namun menurut gue hasilnya malah kurang maksimal.
Lewat film ini, kita juga ditunjukkan secara tidak langsung bahwa Tiongkok ini adalah negara yang superior. They’re the best..they’re the great sementara untuk sosok antagonis nya adalah tipikal “musuh” mereka.
Hal ini terlihat dari film yang menggunakan bahasa mandarin, namun ketika villain nya muncul di film ini si karakter penjahatnya menggunakan dialog bahasa inggris.
Jikalau mereka tetap menggunakan formula seperti ini terus menerus bisa jadi industri hiburan nya akan makin tertinggal.
Secara keseluruhan, A Legend yang merupakan sekuel dari The Myth masih seru untuk dinikmati jika kalian ingin melihat sajian aksi yang memukau ditambah bumbu drama. Namun gue rasa The Myth tidak harus ada sekuelnya karena belom tentu sebuah sekuel bisa melampaui film pendahulunya.
TV & Movies
REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no
www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.
Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.
Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.
Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.
TV & Movies
Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM
www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).
Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…
Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.
Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.
Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?
Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.
Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.
Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.
Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak
Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.
BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.
Box Office
Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton
www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.
Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.
-
Event4 weeks ago
AVIOT Akan Tampil di Anime NYC 2024, Konvensi Anime Terbesar di Pantai Timur AS
-
News3 weeks ago
GwiGwi Merayakan Satu Dekade Kreativitas dan Kebersamaan “Always Together, Always Unique”
-
Event3 weeks ago
Get Ready! Pokémon GO City Safari: Jakarta Hadir dengan Pokémon Eksklusif dan Fitur Baru!
-
Music3 weeks ago
Anime Hub Spotify Akan Berkolaborasi Dengan Pihak Crunchyroll
-
News3 weeks ago
Manga Mattaku Saikin no Tantei to Kitara Mendapatkan Adaptasi Anime
-
News3 weeks ago
Webinar UNITY: Teknik Menjaga Mental dan Performa Saat Bermain Game
-
TV & Movies3 weeks ago
Review Film The Crow (2024), mencoba setia dengan komiknya
-
Event3 weeks ago
PENGGEMAR ANIME BERANGKAT KE FENWAY PARK RABU INI UNTUK “ONE PIECE NIGHT”