Connect with us

Box Office

Review Film Angel has Fallen, aksi gila-gilaan dengan cerita yang standard

Published

on

Gwigwi.comMike Banning (Gerard Butler) tengah menghadapi dilema di jelang masa pensiun nya untuk menerima tawaran kenaikan pangkat sebagai direktur Secret Service dan bekerja di balik meja atau menerima tawaran rekannya Wade Jennings (Danny Huston) untuk tetap bekerja di lapangan di sebuah perusahaan keamanan swasta.

Situasi ini juga diperparah dengan sindrom PTSD (Post Traumatic Syndrome Disorder) yang ia sembunyikan dari rekan kerja dan Leah (Piper Perabo) istrinya, Banning merasakan tekanan besar dalam dirinya.

Belum lagi bad luck pada tugas lapangan terakhir baginya untuk menjaga Presiden Trumbull (Morgan Freeman) berbuah masalah ketika sebuah serangan drone mengincar nyawa Presiden.

Seluruh tim pengamanan presiden tewas, kecuali Banning yang di saat genting berhasil menyelamatkan Presiden.

Usahanya menjadi bumerang saat Banning menjadi kambing hitam dan dituduh merencanakan serangan tersebut, ditambah lagi bukti-bukti mengarah kepada Banning.

Di tengah kekalutan, Banning pun mencoba segala daya upaya untuk menyelamatkan diri dan mencari siapa yang menjebaknya dengan bantuan ayahnya Clay (Nick Nolte).

Mampukah Mike Banning mencuci nama nya di tugas terakhirnya?

Film aksi model trilogi “Fallen” ini memiliki ciri khas formula yang lazim dipakai di banyak film di genrenya.

Tidak terkecuali dengan Film Angel Has Fallen. Formula One Man Hero sebagai karakter utama yang saking jagonya tidak mudah mati dan selalu berhasil meraih tujuannya terpampang nyata dalam film ini.

Namun bagai pisau bermata dua tentunya bagi resepsinya di mata penonton. Penonton yang terbiasa dengan film action brainless atau tanpa mikir akan bersorak kegirangan dibandingkan dengan penonton kritis yang gampang bosan dan mengharapkan cerita yang rumit.

Sutradara Ric Roman Waugh (Felon, Snitch) memang tidak menghadirkan sesuatu yang baru di film ketiga trilogi Fallen ini, namun kemasannya cukup baik.

Suguhan ledakan demi ledakan yang luar biasa ekstrim. Sepertinya Michael Bay nampaknya memiliki saingan baru dalam menggarap adegan ledakan yang menggelegar.

Dari sisi naskah yang ditulis Robert Mark Kamen (Taken, The Transporter), Matt Cook (Patriots Day, Triple 9) dan Ric Roman Waugh (Felon, Snitch) sendiri memang tidak memiliki kedalaman cerita dan alur yang rumit.

Film serasa gampang ditebak sejak awal sampai akhir. Meskipun begitu kualitas produksi yang apik dibarengi kualitas akting ciamik mampu memberikan keunggulan sendiri bagi film Angel Has Fallen.

Dari segi kualitas akting dalam film ini tidak perlu diragukan lagi. Gerard Butler (Law Abiding Citizen, Machine Gun Preacher) masih tetap badass dan brutal. Morgan Freeman (Shawshank Redemption, Se7en) sebagai presiden masih mampu memberikan performa yang menawan walaupun dengan screentime yang minim.

Tim Blake Nelson (The Incredible Hulk), Piper Perabo (Coyote Ugly), Jada Pinkett-Smith (The Matrix Reloaded) dan Danny Huston (X-Men Origins: Wolverine, Wonder Woman) juga memberikan penampilan apik, walau tidak seepik Nick Nolte (48 Hrs., Warrior) tampil eksentrik dan nyaris alam batas gila.

Dari sisi efek spesial CGI juga menjadi kelemahan paling terlihat dalam film. Beberapa adegan yang memakai CGI terlihat “bohongan” dan kurang detail dalam penggarapannya.

Bagian ini mungkin akan sangat mengganggu bagi penonton yang memperhatikan detail, namun sepertinya tidak bagi penonton casual.

Selain kekurangan teknis dalam film dan naskah yang gampang ditebak, film ini juga memiliki kekurangan dari sisi musik yang kurang dapat menampilkan nada-nada patriotik dalam film ini. Rata-rata komposisi musik yang digarap oleh David Buckley(The Town, The Nice Guys) tidak mampu memberikan nilai lebih pada adegan yang ada di film.

Secara keseluruhan, Angel Has Fallen memberikan sebuah suguhan aksi yang menghibur bagi penikmat film bergenre aksi yang penuh momen ledakan, tembak-menembak dan pertunjukan drone menarik dari film yang menjadi film ketiga dalam trilogi Fallen ini.

Film Angel Has Fallen memang bukan film dengan misi menjadi film terbaik sepanjang masa, namun gue merekomendasikan jika lo semua pengen nikmatin durasi sepanjang 2 jam di dalam bioskop yang penuh momen aksi yang gokil.

Advertisement

Box Office

Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton

Published

on

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Ternyata gagalnya operasi tersebut dikarenakan Kolonel Hart (Robert Patrick) yang membelot dan memihak kepada warlord tersebut. Ryder pun berencana membalas dendam terhadap Hart dengan menculik presiden Amerika Serikat dan membongkar kemunafikan pemerintah AS dengan melakukan misi-misi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh negara lain.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Tema film yang standard dan tanpa adanya kreativitas malah menjadikan film aksi yang monoton. Entah faktor apa yang terjadi? Kemudian durası di film ini juga terkesan diulur-ulur  dengan adegan-adegan tidak perlu dengan ending yang juga antiklimaks.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Adegan aksi dalam film ini yang masih OK untuk dilihat walau tidak sampai terlalu berkesan.
Performa Frank Grillo cukup baik di film ini namun sangat disayangkan akting Robert Patrick terasa penampilannya kaku dan kurang mendukung secara keseluruhan film. Begitupun dengan pemeran pendamping lainnya juga tidaklah istimewa.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.

Continue Reading

Box Office

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Published

on

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

www.gwigwi.com –

Hijack 1971 dibuat berdasarkan kisah nyata pembajakan pesawat penumpang F27 Korean Airlines tahun 1971. Dalam film ini menceritakan Co-pilot Tae-in (Ha Jung Woo), yang mantan pilot AU Korsel dan pilot Gyu-sik (Sung Dong Il) mengendalikan pesawat penumpang tujuan Gimpo namun tidak lama setelah berangkat, Yong-dae (Yeo Jin-goo) seorang pemuda yang pernah masuk penjara karena dianggap simpatisan Korea Utara meledakkan granat homemade lalu membajak pesawat penumpang tersebut.
Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Gyu-sik terluka di salah satu matanya sehingga tanggung jawab mengendalikan pesawat sepenuhnya dipegang oleh Tae-in. Ketegangan pun sempat terjadi karena para penumpang mencoba melumpuhkan pembajak namun gagal, bahkan seorang penumpang pun terluka yang membuat situasi bertambah pelik.
Gyu-sik dihadapkan pada dilema antara mencegah pesawat menyebrangi perbatasan Korea Utara seperti permintaan si pembajak dan menjaga nyawa para penumpangnya.
Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Ketegangan demi ketegangan terus bermunculan sepanjang durasi film apalagi saat pesawat AU Korsel muncul untuk menghadang pesawat penumpang tersebut.
Banyaknya aktor dan aktris berpengalaman dalam film ini diantaranya Ha Jung-woo, Sung Dong-il, Kim Dong-wook menjadi salah satu faktor film ini seru ditonton, namun dari segi plot menurut gue memang tidak menampilkan keriuhan di kalangan pejabat dan militer Korsel, mungkin karena faktor menjaga durasi tidak terlalu lama dan agar lebih fokus pada ketegangan dan aksi heroik Ta-in di dalam pesawat.
Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Review Film Hijack 1971, Adu Nyali Pilot Dengan Pembajak

Film Hijack 1971 sudah tayang di Korsel sejak bulan lalu dengan jumlah penonton lebih dari satu juta ini sekarang dapat kita saksikan di bioskop-bioskop kesayangan kalian.
Continue Reading

Box Office

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge-Dilan

Published

on

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

www.gwigwi.com – Tahun 1960an, Kathy (Jodie Comer) diminta temannya untuk ke bar. Bar itu ramai dengan klub motor Vandals pimpinan Johnny (Tom Hardy). Di sana lah Kathy bertemu salah satu anggota Vandals yang kelak akan menjadi suaminya, Benny (Austin Butler).

Diadaptasi dari buku dokumentasi kehidupan biker pada rentang tahun 1965-1973 berjudul sama, THE BIKERIDERS memang kilasan kehidupan klub motor Vandals. Awal mulanya, rekrut anggota, konflik internal hubungan dengan gang lain dan turbulensi drama lainnya.

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

Maka penonton seolah diminta untuk menjadi pengamat lika-liku kehidupan mereka tanpa terikat plot film yang super dramatik.

Jodie Comer dengan aksen selatannya dan sikap cueknya membuatnya menonjol di antara maskulinnya anggota Vandals. She chews the scenes easily.

Mudah sekali membuat karakter bos seperti Johnny klise tapi Tom Hardy hanya dengan ekspresi minimal dan tatapannya, memberikan kedalaman nan dimensi yang berbobot. Apalagi saat Johnny sadar Vandals menghadapi zaman baru yang tak dikenalnya.

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

Review Film The Bikeriders, Ketika Austin Butler Nge Dilan

Bagaimana dengan Austin Butler? Cukup duduk atau jalan dengan tampang cool nya saja sudah bisa bikin penonton klepek. Sutradara Jeff Nichols sepertinya mempunyai misi membuat Austin Butler sekeren mungkin dan si aktor pemeran ELVIS (2023) itu sangat mampu membawakannya.

Akting para pemainnya inilah yang membuat THE BIKERIDERS begitu memikat, di saat plot “cinta segitiga” antara Benny-Kathy-Johnny ini sudah umum ditemui di kisah lain.

Itulah rasanya kekurangan filmnya; bila segalanya dibuat seotentik mungkin dan dramatisasi film kurang kental…kenapa penonton tidak nonton dokumenter tentang biker saja tak perlu filmnya?

THE BIKERIDERS seolah sedikit penggambaran kematian perlahan suatu zaman yang lebih terhormat digantikan masa yang lebih keras dan bagaimana para pelakunya beradaptasi dengan itu; tertinggal, turun dari motor atau terus tancap gas…

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending