Connect with us

TV & Movies

PENGEPUNGAN DI BUKIT DURI, langkah baru Joko Anwar

Published

on

Pengepungan Di Bukit Duri, Langkah Baru Joko Anwar

www.gwigwi.com – 10 film sudah sutradara Joko Anwar (Jokan) yang bisa dibilang top of the top nya Indonesia, karena seringkali memenangkan festival dan sukses secara box office, berkarya. Abang Jokan kembali dengan film ke 11nya. Angka yang menurut dia penting karena menandakan melangkah ke jalan baru, keluar dari comfort zone. Arah baru itu adalah PENGEPUNGAN DI BUKIT DURI atau judul internasionalnya, THE SIEGE OF DURI HIGH.

Tanpa basa basi produser Come and See Pictures, Tia Hasibuan muncul dan menjelaskan riwayat karya Jokan. Dia lanjut berkata kalau PH ini akan terus mencoba hal baru, berbobot dan menghibur.

Setelah montage karya-karya Jokan, masuklah si sutradara yang disambut riuh media dan cast. Jokan pun membuka rumah produksi yang kali ini menjadi partner. Ruangan menggelap dan di layar perlahan muncul logo studio yang sudah sangat ikonik dengan sosok singanya. Ya, Jokan untuk film ke 11-nya, akan bekerja sama dengan AMAZON MGM STUDIOS.

Pengepungan Di Bukit Duri, Langkah Baru Joko Anwar

Pengepungan Di Bukit Duri, Langkah Baru Joko Anwar

Darin Darakananda selaku head of Central Scripted Series and Movies International Originals AMAZON MGM STUDIOS, mengaku yakin dengan karya Jokan yang bisa diterima lokal dan internasional.

“They (Tia dan Jokan) could deliver project that is entertaining, wild, an experience, but also something that’s gonna touch us and be meaningful to us after the movies wrapped up (selesai)..”

Darin juga berkata Amazon MGM Studios juga ingin bekerja sama dan mendorong pekerja sinema lokal untuk lebih maju.

Mengusung genre action thriller, Jokan tak ingin film jatuh pada eksploitasi tapi juga memiliki kritik akan kekerasan. Untuk bisa mewujudkannya, Jokan berkata ia butuh menjadi lebih dewasa. Makanya skrip yang sudah beres sejak tahun 2007 itu baru berani dia visualkan sekarang setelah banyak rembukan dengan tim mengenai berbagai elemen di skenario.

Ia percaya diri dengan konfirmasi dari Tia Hasibuan, kalau PENGEPUNGAN DI BUKIT DURI ini adalah produksi yang paling ia banggakan secara kualitas.

Pengepungan Di Bukit Duri, Langkah Baru Joko Anwar

Pengepungan Di Bukit Duri, Langkah Baru Joko Anwar

Setelahnya, Jokan menampilkan teaser cast PENGEPUNGAN DI BUKIT DURI; Morgan Oey; Omara Esteghal; Endy Barfian; Fatih Unru; Satine Zoneta; Dewa Dayana; Hana Malasan; Raihan Khan; Sandy pradana; Florian rutters; Fariz Fajar.

Semua cast setuju kalau mereka menikmati masa syuting dengan Jokan yang seperti tidak syuting.

“Vacancy bersama Jokan,” Kata Morgan Oey yang disambut tawa sesama cast.

Jokan juga membekali pemain dengan character sheet yang menginformasikan karakter dari lahir sampai di awal film.

Proses casting kata Jokan sangat sulit karena para karakternya memiliki banyak dimensi. Saat syuting, Jokan menerapkan policy di mana di set pemain sudah melebur menjadi karakter.

Mendengar dikotomi menyinggung kekerasan tapi ingin menampilkan aksi menghibur, penulis bertanya pada Jokan; bagaimana dia akan meramu aksi sehingga tidak terkesan mengglorifikasi?

Jokan mengaku pertanyaan yang sama diajukan oleh Tia Hasibuan di awal proses. Langkah yang dilakukan adalah menyentuh psyche penonton dan aksi itu dilandasi dari karakter. Tentunya tetap dibalut dengan menghibur.

“Itu pertanyaan yang bagus banget. I love it, karena itu yang menjadi kunci kita ‘Oke. Let’s do this as long as kita tidak mengglorifikasi kekerasan.”

Ucap Jokan setelah menjawab pertanyaan penulis.

PENGEPUNGAN DI BUKIT DURI akan dirilis tahun 2025.

Advertisement

TV & Movies

Review FIlm WEREWOLVES, All Bark No Bite

Published

on

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

www.gwigwi.com – Wes (Frank Grillo) harus bertahan hidup dari serangan para manusia yang bermutasi menjadi werewolves akibat super moon, untuk kembali pada keluarganya.

Sedatar dan se in the face itulah WEREWOLVES. Bila berharap akan ada barang sedikit variasi atau kedalaman atau dimensi, saaangat minim ada.

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Film berfokus pada aksi bertahan hidup ala serial gim RESIDENT EVIL, lengkap dengan set piece kota kacau berantakan ala Raccoon City. Memang ada beberapa ketagangan yang dimainkan tapi selain satu dua adegan mengejutkan, WEREWOLVES tak banyak, atau nihil, inovasi.

Para pemain, khususnya Katrina Law sebagai Dr. Chen, berperan dengan sepenuhnya. Justru Frank Grillo sendiri yang terlihat kurang maksimal. Barangkali karena karakternya sendiri yang datar maka si aktor yang tengah naik daun (bisa jadi makin nanjak setelah CREATURE COMMANDO nya DC rilis) ini memang tak diberi banyak hal untuk diaktingkan. Hanya beraksi saja kebanyakan.

Manusia serigalanya sendiri juga sayangnya kurang memiliki keunikan yang bisa menonjol dibanding werewolves di media lain. Memakai efek praktikal untuk aksinya, si manusia serigala justru sering terlihat kurang meyakinkan. Bukannya seram malah sebaliknya.

WEREWOLVES tampaknya butuh sentuhan spesial yang biasanya dimiliki sutradara seperti James Gunn atau Michael Bay. That little bit of touch to make em bite harder.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film MOANA 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Published

on

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

www.gwigwi.com – Sejalan dengan inisiatif baru Disney untuk berfokus pada franchise yang sudah ada, maka muncullah MOANA 2. Apakah bisa menciptakan ombak sebesar dulu atau malah yang tak perlu?

Moana (Auli’i Cravalho) bertambah dewasa dan tidak berhenti berlayar untuk menemukan suku lain di horizon. Akhirnya dia mengetahui sebuah entitas jahat bernama Nalo mengutuk pulau Motefatu yang dahulu pernah menyatukan berbagai manusia di lautan.

Maka berangkatlah Moana ke Motefatu disertai berbagai karakter baru untuk membantunya. Sementara Maui (Dwayne Johnson) sedang terjebak di suatu tempat…

Seperti halnya supporting karakter baru/teman-teman Moana yang tidak jelas perkembangan karakternya, MOANA 2 terkesan tak mempunyai alasan kuat untuk ada ataupun urgensi sangat mendesak bagi Moana harus bertualang.

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Motivasi petualangannya tidak sekuat dulu yang mendobrak kutukan generasional. Maka jadinya beragam elemen lain pun terdampak; musik yang tidak terlalu catchy, banyak karakter baru kurang menarik, emosi cerita yang sekenanya dan rasanya lagu-lagu yang tak perlu yang seakan demi mengisi kuota saja karena ini animasi musikal.

Aneh rasanya saat nyanyian di film live action WICKED bisa lebih emosional dan WONKA bisa lebih memberi nuansa magis sedari pada animasi dengan segala triknya.

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Meski demikian para penyumbang suara baik Auli’i, The Rock dan lainnya memberi 100% hasrat mereka dan memang mengena.

MOANA 2 mungkin pertanda yang kurang baik bagi Disney akan inisiatif barunya walau INSIDE OUT 2 sudah memulai lebih baik. Barangkali para pemangku rumah tikus bisa mendapat inspirasi dari James Gunn, Co-CEO DC STUDIOS, yang berkata baru akan green light proyek bila puas dengan naskahnya.

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

Review Film Moana 2, Sekuel Sekedar Mengambang

ELIO terlihat menarik sih. Semoga pesan persatuan MOANA 2 bisa mengena para pembuat kekacuan di Palestina dan Lebanon.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film We Live in Time, setiap menit yang penuh arti

Published

on

By

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

www.gwigwi.com – Tobias (Andrew Garfield) seorang pegawai IT, sedang apes soal percintaan setelah ia diceraikan oleh istrinya yang memilih mengejar kariernya di Swedia dan mengabaikan mimpi mereka.

Saat momen akan menandatangani surat cerai, ternyata pulpennya macet membuatnya harus keluar kamar hotel dan membeli pulpen baru. Di perjalanan kembali ia justru malah ditabrak mobil yang dikemudikan oleh Almut (Florence Pugh) yang kemudian membawanya ke rumah sakit.

Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta pun muncul diantara mereka berdua. Namun nasib lagi-lagi tak berpihak pada Tobias, usut punya usut Almut ogah punya anak dan berkeluarga seperti yang didambakan olehnya.

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

Tobias pun harus merelakan mimpinya demi hidup bersama cinta sejatinya, Almut pun mulai tersentuh dan berpikir untuk menjadi seorang ibu, namun hubungan asmara mereka kembali diuji di mana ia justru didiagnosa mengidap kanker ovarium stadium 3.

Film yang disutradarai oleh John Crowley mungkin sering kita lihat seperti film-film dengan genre yang sejenis. Namun penyajian dengan alur maju-mundurnya yang membuat film ini berbeda.

Dengan alur yang berjalan dengan acakadut but in a good way, sehingga menjadi sebuah sajian yang sangat menyentuh dan membuat para penonton juga ikut merasakan emosi yang berantakan.

Permainan emosi ini juga didukung oleh kemampuan cast yang mumpuni dari Andrew Garfield dan Florence Pugh.

Kepiawaian sang aktor yang menampilkan sosok Tobias dengan kekakuannya sebagai pegawai kantoran dan Almut yang diperankan Florence Pugh yang cukup energik, liar dan juga penuh hasrat untuk mengejar kariernya sebagai chef seolah menjadi dua kutub yang berlawanan namun disatukan dengan cinta.

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

Review Film We Live In Time, Setiap Menit Yang Penuh Arti

Bagaimana tokoh Tobias yang jarang sekali menampilkan emosinya hampir di sepertiga film membuat penonton makin simpati padanya yang berkali-kali harus mengalah.

Apalagi momen di mana ia harus merelakan acara pernikahan yang diaturnya sedemikian rupa setelah Florence Pugh justru lebih memilih tampil di ajang bergengsi di dunia kuliner.

Adegan tersebut cukup “nyesss” buat gue sebuah kondisi dilema antara membahagiakan pasangan dan memuaskan ego menjadi pergumulan batin yang menarik untuk disaksikan.

Di menit akhir film justru Florence Pugh yang mencuri hati para penonton di mana ia melakukan perpisahan yang sangat berkesan untuk menutup kisah ini yang membuat kita mungkin akan nangis jelek.

Secara keseluruhan, film We Live in Time seolah menjadi refleksi untuk para pasangan, bagaimana terkadang kita lupa untuk bersyukur dan menatap terlalu jauh hingga lalai bahwa kita hidup di saat ini yang setiap menitnya sangat berarti.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending