TV & Movies
Maeda Atsuko memperkenalkan Sayonara Kabukicho di festival film ’15th Annual Tokyo FILMeX’
GwiGwi.com – Pada 23 Oktober, Maeda Atsuko eks AKB48 tampil dalam ajang festival film “15th Annual Tokyo FILMeX” sebagai pemeran di film “Sayonara Kabukicho”. Di acara ini, Acchan, sapaan akrabnya, memperkenalkan film karya Hiroki Ryuichi yang akan tayang 24 Januari 2015 mendatang.
Sayonara Kabukicho merupakan film yang memiliki seting tempat di Kabukicho Love Hotel di Shinjuku.
“Secara pribadi, aku jarang mengunjungi tempat itu sendirian. Memang tempat itu adalah tempat dimana seseorang bisa merasa bebas, tp distrik itu memiliki suatu aura yg aneh.” kata Maeda Atsuko mengenai Kabukicho Shinjuku.
[youtube id=”eDfX15GwzUk” width=”600″ height=”340″ position=”left”]
via tokyohive
TV & Movies
Review Film GLADIATOR 2, Permainan baru di Koloseum yang cukup oke
www.gwigwi.com – 13 tahun setelah kematian Maximus Decimus Meridius (Russel Crowe), Roma tak juga berubah…
Di bawah tirani Kaisar Geta (Joseph Quinn) dan Kaisar Carracalla (Fred Hechinger), Roma telah melupakan bentuk ideal didambakan Maximus. Hanya Lucilla (Connie Nielsen) yang masih membawa semangat ayahnya itu.
Suaminya, Jenderal Acacius (Pedro Pascal) pergi berperang jauh di Afrika. Di sanalah dia bertemu seorang pria yang bisa jadi merubah roma selamanya, Lucius (Paul Mescal).
Lucius kemudian takluk dan harus menjadi budak petarung di bawah Matrinus (Denzel Washington), seorang cerdas yang memiliki ambisi berbahaya…
Akhirnya sekuel GLADIATOR (2000) yang selalu ingin dibuat Ridley Scott jadi juga. Kembalinya penonton ke Roma ini tak disiakan oleh beliau yang menghidupkan era tersebut dengan lebih real tapi tetap membuat takjub.
Penonton seakan bisa merasakan debu perjalanan kereta kuda dan megahnya arsitektur kota Roma lebih dekat. Penggunaan scoring minimal dan lebih menggunakan ambience seperti suara derap kuda, keramaian pesta berhasil membuat Roma mungkin lebih hidup dibanding film-film atau seri lain yang bersetting sama.
Membiarkan penonton perlahan meresapi dunianya tanpa banyak ucap. Dari cara mereka makan, bercanda dan sekedar mondar-mandir.
Secara audiovisual GLADIATOR 2 cukup memuaskan sampai malas memalingkan mata dari layar. Secara cerita, hmmm…
Lucius berhasil Paul Mescal hidupkan sebagai orang yang sudah mengetahui bagaimana pertarungan gladiator dilakukan dan sudah siap. Namun, ketika dia harus memimpin, rasanya belum bisa sekarismatik Russel Crowe.
Momen motivasinya dari mendendam sampai harus menerima takdirnya sebagai pangeran roma juga rasanya kurang dipoles lebih jauh. Maka perubahan drastis ini kurang terasa memuaskan.
Jadinya adegan speech mengenai masa depan roma yang lebih baik di klimaks tidak semenendang yang sepertinya diinginkan para filmmaker.
Adalah intrik politik Macrinus yang menarik dilihat dari bagaimana ia selalu jauh di depan dibanding yang lain dan bisa beradaptasi begitu ada masalah. Denzel Washington truly shine here.
GLADIATOR 2 sebenarnya memiliki naratif berbeda yang menarik sekaligus melanjutkan semangat film pertamanya, tapi rasanya kurang memiliki dentuman dramatis yang lebih kuat dan performa karismatik protagonis yang membekas kuat di hati penonton.
TV & Movies
Review Film Red One, aksi seru menyelamatkan Natal
www.gwigwi.com – Santa Claus diculik!! Callum Drift (Dwayne Johnson) yang merupakan bodyguard Santa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Natal tahun ini tetap ada dengan mencari siapa pelakunya.
Bersama Jack O’Malley (Chris Evans) seorang hacker yang cukup disegani. Mereka bekerja sama untuk menyelamatkan Natal. Maka dimulailah perjalanan lintas dimensi untuk menyelamatkan Santa dan perayaan Natal tetap terjadi.
Langsung aja ke filmnya, Duo Johnson dan Evans seharusnya bisa menjadi pasangan sempurna yang menghidupkan cerita ini.
Namun, sangat disayangkan karakter Callum Drift yang serius dan Jack O’Malley yang sinis menurut gue kurang menciptakan chemistry yang kuat.
Dialog mereka sering kali terasa hambar dan kurang tajam, bahkan tidak jarang berakhir dengan humor yang terpaksa lucu. Padahal, premis karakter yang kontras ini bisa menjadi daya tarik utama.
Seperti biasa setiap film yang dibintangi Dwayne Johnson menjadi ajang narsis dia yang dimana terdapat elemen “manly” yang sangat dominan di film ini.
Tokoh pendukung seperti Zoe Harlow (Lucy Liu) dan Santa Claus (J.K Simmons) pun hanya ditampilkan sekena nya saja tanpa diberikan kesempatan untuk berkembang.
Mereka tampil sekadar sebagai pelengkap saja dan tidak banyak menambah bobot cerita. Sehingga tokoh-tokoh tersebut sepertinya kurang membekas di hati audiens.
Kehadiran sosok antagonis seperti Krampus dan main villain di film ini yaitu Gryla juga kurang mampu meramaikan cerita. Ya they’re just a villain at the movie.
Namun dari segi sinematografi, Red One memiliki visual yang memanjakan mata. Kutub Utara yang futuristik, sebuah kota dengan kubah besar, kendaraan berteknologi tinggi, dan tim keamanan Santa yang disebut E.L.F.
Meskipun terlihat menarik secara visual, kadang efek CGI yang berlebihan malah membuat film ini terasa kaku dan jauh dari kesan humanis yang diharapkan dari film bertemakan Natal.
Mirip-mirip dengan film superhero rilisan Marvel dan DC yang megah namun sayang kurang hangat untuk ukuran film Natal.
Secara keseluruhan, film Red One yang niatnya menjadi film action-comedy bertemakan Natal. Namun dengan adanya beberapa elemen yang kurang seperti pesan moral dan kehangatan Natal dengan cerita yang menggugah, film ini hanya pamer aksi skala besar dan humor yang kurang menggigit.
Jika kalian mencari film spesial Natal yang memiliki esensi yang hangat dan penuh dengan keajaiban rasanya kurang ditemukan di film ini. Melainkan jika mencari hiburan yang pas untuk film musim liburan rasanya Red One adalah film yang pas.
TV & Movies
Review film Here, satu rumah berjuta cerita
www.gwigwi.com – Kalian pernah gak ketika duduk di suatu tempat, mungkin di kamar hotel atau bangku taman, dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi di sana sebelumnya? Berapa banyak orang yang jatuh cinta di tempat itu, bertengkar, atau bahkan mengekspresikan rasa yang sama?
Begitulah kisah yang disajikan lewat film terbaru garapan Robert Zemeckis berjudul Here.
Film yang merupakan adaptasi dari novel grafis karya Richard McGuire, membawa kita pada perjalanan lintas waktu di satu ruang yang sama, sebuah ruang keluarga di rumah tua di wilayah New England, Amerika Serikat yang berusia kurang lebih satu abad.
Kita akan bertemu dengan John dan Pauline Harter (Gwilym Lee dan Michelle Dockery) adalah pasangan pertama yang menghuni rumah ini pada tahun 1907. Pauline selalu khawatir akan suaminya yang sering berangan-angan, menjadi penerbang yang dia takutkan akan jatuh.
Kemudian ada karakter lain yang tampil yaitu Richard Young (Hanks), seorang seniman yang meninggalkan karirnya demi keluarganya. Ketika ayah Richard, Al (Paul Bettany), dan ibunya, Rose (Kelly Reilly), membeli rumah ini pada tahun 1945, itu menjadi simbol warisan mereka.
Sang sutradara Robert Zemeckis kembali bekerjasama dengan tim sukses yang sebelumnya membuat Forest Gump (1994) yaitu Eric Roth sebagai penulis naskah dan dibintangi oleh Tom Hanks dan Robin Wright.
Lewat film ini, Zemeckis mencoba mereplikasi gaya kamera tetap yang digunakan dalam novel grafisnya yang bukan menyajikan cerita linear. Namun mempertemukan waktu dan tindakan dari banyak tokoh asing dalam satu ruang yang sama.
Namun hal ini bisa menjadi pisau bermata dua, dikarenakan penggunaan teknik overlapping-frames terkadang mengaburkan garis di antara keluarga yang berbeda, dan juga pergantian musim secara virtual dan waktu bergerak maju melalui jendela bay yang luas. Sementara rumah tetangga depan tampak statis, impian para karakter tampak melampaui dinding-dinding rumah yang menjadi set cerita film ini.
Menurut gue ketika menonton film ini jangan sampai lengah sedetik pun. Karena mungkin saja kita akan kehilangan salah satu pesan yang ingin disampaikan oleh Zemeckis dan Eric Roth yaitu kecemasan berlebihan tentang memikirkan masa depan seringkali membuat kita kehilangan momen saat ini.
Secara keseluruhan, film Here menyajikan kisah haru biru yang menyentuh kita secara emosional bahwa orang bisa datang dan pergi, namun kenangan akan selalu tetap terukir.
-
TV & Movies3 weeks ago
Review Film VENOM: THE LAST DANCE, Konklusi Trilogi Alakadar
-
Tech & life4 weeks ago
ASUS Perkenalkan Motherboard ROG Maximus, ROG Strix, TUF Gaming, Prime, dan ProArt Z890
-
TV & Movies3 weeks ago
Review Film 1 Million Followers, Menukar Hidupmu Dengan Ketenaran
-
Music4 weeks ago
Single ke-35 Maaya Sakamoto “Nina” Dirilis sebagai Single Digital! Video Musik Berdurasi Penuh Juga Terungkap!
-
TV & Movies6 days ago
Review Film Red One, aksi seru menyelamatkan Natal
-
Esports1 week ago
Format Pertandingan M6 Mobile Legends Yang Akan Digelar Kuala Lumpur Malaysia Nanti
-
Esports1 week ago
Faker Menjadi Peraih Trofi League Of Legends World Championship Paling Banyak Pada Saat Ini
-
Berita Anime & Manga3 days ago
Light Novel Isshun de Chiryou shiteita noni Yakutatazu to Tsuihou sareta Tensai Chiyushi Yami Healer toshite Tanoshiku Ikiru Mendapatkan Adaptasi Anime