Connect with us

TV & Movies

ASUS Republic of Gamers Umumkan Ketersediaan ROG Falchion RX Low Profile

Published

on

Asus Republic Of Gamers Umumkan Ketersediaan Rog Falchion Rx Low Profile

www.gwigwi.com – ASUS Republic of Gamers (ROG) mengumumkan ketersediaan keyboard gaming ROG Falchion RX Low Profile. Keyboard 65% ini baru saja diresmikan di gelaran CES 2024 dan terpilih sebagai penerima penghargaan CES Innovation Award 2024. ROG Falchion RX Low Profile memiliki ukuran ultra tipis yaitu 26,5 mm serta menggabungkan tombol panah dan navigasi secara cerdas ke dalam bingkai 60% yang ringkas.

Falchion RX Low Profile dibekali optical switch berpelumas ROG RX Red atau Blue Low-profile yang menampilkan pencahayaan terpusat serta menyuguhkan keystroke stabil yang konsisten dengan debounce delay mendekati nol. Tombol multifungsi dan touch panel interaktif pada Falchion RX Low Profile dapat digunakan untuk menyesuaikan volume serta memutar/menjeda media atau pencahayaan keyboard secara intuitif dengan perintah yang dapat disesuaikan melalui Armoury Crate. Dengan konektivitas tri-mode, pengguna dapat menghubungkan tiga perangkat secara bersamaan melalui Bluetooth ®, menggunakan teknologi nirkabel ROG SpeedNova 2.4 GHz, atau koneksi USB berkabel. Di sisi lain, ROG Omni Receiver dapat menghubungkan beberapa perangkat yang didukung melalui satu receiver, sehingga pengguna tidak perlu menggunakan port USB tambahan. Di bagian internal keyboard, dua lapisan busa

berbahan silikon akan menghilangkan bunyi pantul dan suara “ping”, sehingga menghadirkan akustik yang luar biasa untuk meningkatkan pengalaman mengetik.

Untuk tambahan fleksibilitas, Falchion RX Low Profile mendukung MacOS sekaligus dapat beralih antara mode Windows dan MacOS dengan mudah. Falchion RX Low Profile memiliki penutup untuk perlindungan sehari-hari dari debu, goresan, serta pengikisan sehingga dapat dipakai di dalam perjalanan.

Desain ringkas dan ramping

ROG Falchion RX Low Profile mempertahankan tata letak 65% dari model sebelumnya untuk memberikan lebih banyak ruang bagi pergerakan mouse saat bermain game. Lebih lanjut, tombol panah dan navigasi disuguhkan ke dalam bingkai aluminium 60%. Keyboard ini juga dapat dibawa selama dalam perjalanan karena hanya berukuran 26,5 mm. Ukuran ramping tersebut dapat terwujud karena keyboard ini menggunakan switch RX Low-profile.

Low-profile Optical Switch

Optical Switch model RX Low-profile menghadirkan keycaps ABS berlapis UV dengan ketahanan terhadap noda dan goresan yang lebih baik dibandingkan keycaps ABS standar. Switch tersebut mempertahankan struktur ROG RX yang sudah dikenal, yaitu hollow-square stem yang unik, empat corner latch, dan desain X-stabilizer. Dengan varian linear Red dan clicky Blue, switch ini sudah berpelumas serta memberikan keystroke yang konsisten dan bebas goyangan dengan debounce delay mendekati nol. Selain itu, switch berwarna merah dan biru ini masing-masing menawarkan travel distance sebesar 1,0 mm dan 1,5 mm.

Asus Republic Of Gamers Umumkan Ketersediaan Rog Falchion Rx Low Profile

Asus Republic Of Gamers Umumkan Ketersediaan Rog Falchion Rx Low Profile

Konektivitas tri-mode

ROG Falchion RX Low Profile memiliki konektivitas tri-mode melalui Bluetooth, teknologi ROG SpeedNova 2,4 GHz, atau USB berkabel. Mode Bluetooth memungkinkan koneksi hingga tiga perangkat secara bersamaan sekaligus kemampuan bertukar koneksi antar perangkat. Sementara itu, mode nirkabel 2,4 GHz menggunakan ROG Omni Receiver untuk menghubungkan beberapa perangkat ROG yang didukung ke PC melalui satu USB receiver, sehingga pengguna dapat memasangkan Falchion RX Low Profile dengan mouse ROG Harpe Ace atau Keris II tanpa perlu menggunakan dongle kedua.

Touch panel dan lampu LED

Switch multifungsi yang dipasangkan dengan touch panel interaktif memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan volume, mengontrol pemutaran media, dan menyesuaikan pencahayaan keyboard. Kontrol ini dapat disesuaikan melalui software Armoury Crate untuk melakukan beragam aksi seperti

memperbesar/memperkecil gambar/halaman. Selain itu, fitur LED akan menyala setiap kali touch panel digunakan.

Fitur yang praktis

ROG Falchion RX Low Profile menawarkan dukungan MacOS serta dibekali tombol yang memudahkan pengguna untuk beralih antara mode Windows dan Mac. Kompatibilitas Aura Sync menyuguhkan spektrum warna yang luas dan efek pencahayaan yang dinamis. Setiap tombol dapat menyala secara individual untuk menciptakan tampilan yang benar-benar unik. Lebih dari itu, Armoury Crate menyatukan kontrol sistem dan pencahayaan untuk mempermudah pengguna dalam membuat, menentukan dan menyesuaikan profil, memetakan kunci, serta merekam makro.

Advertisement

TV & Movies

Review Film NEVER LET GO, Horor ala dongeng kelam

Published

on

Review Film Never Let Go

www.gwigwi.com – Junebug (Halle Berry) dan kedua anaknya; Sam (Anthony B. Jenkins) dan Nolan (Percy Daggs IV) pergi keluar rumahnya di tengah hutan antah berantah untuk pergi mencari makan. Ketiganya mengenakan tali yang terhubung dengan rumah. Mereka berjanji dengan sepenuh hati untuk tidak melepaskannya. Tali yang mengamankan mereka dari godaan iblis di hutan…

NEVER LET ME GO memilliki premis high concept sederhana yang tampaknya mudah sekali dibuat menjadi horror klise nan mudah ditebak. Menariknya, sedari pada membuatnya film horror biasa, film memiliki nuansa layaknya cerita dongeng yang kelam.

Review Film Never Let Go

Review Film Never Let Go

Mulai dari penggunaan chapter, setting hutan yang seperti kisah Hensel and Gretel dan nuansa mistis supranatural non abrahamic religius yang menyelimuti. Momen terbaiknya adalah saat film berasa seperti kisah folk tale ala amerika bagian selatan. Menjadikan NEVER LET GO berasa unik dan punya identitas sendiri.

June tampak paranoid berlebihan akan iblis di hutan. Samuel mau mempercayainya tapi Nolan mulai meragukan ibunya. Apalagi saat Koda, anjingnya, menjadi taruhan.

Apakah si iblis benar ada atau hanya godaan dari situasi mereka yang penuh putus asa? Film memainkan suspense tersebut dan sebagian besar cukup berhasil hingga membuat NEVER LET GO menjadi pengalaman unik dibanding horror lain.

Review Film Never Let Go

Review Film Never Let Go

Hanya saja begitu sampai pada jawabannya, boleh jadi kurang memuaskan. Agak membuat bingung apa kesimpulan film ini; ingin bicara soal konflik psikologis kah? Selamat dari monster? Atau keduanya?

Rasanya jawaban dari klimaksnya terlalu ingin meraup semua tapi justru berakhir gamang. Tidak dengan pembangunan ketegangannya yang diadegankan dengan efektif dan diakhiri dengan scare yang menghantam.

NEVER LET GO barangkali eksperimen menarik dari tipikal premis high concept yang biasanya ambil jalur aman saja. Film ini mau melangkah lebih jauh di luar zona aman dan serius menghadirkan sesuatu yang berbeda.

Continue Reading

TV & Movies

REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no

Published

on

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM

Published

on

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).

Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…

Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.

Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?

Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.

Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.

Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.

BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending