Connect with us

TV & Movies

THE JOURNEY OF CHRISTINE HAKIM, PERAYAAN SETENGAH ABAD KIPRAH CHRISTINE HAKIM DI INDUSTRI FILM

Published

on

The Journey Of Christine Hakim, Perayaan Setengah Abad Kiprah Christine Hakim Di Industri Film

www.gwigwi.com – Merayakan kiprah Christine Hakim di industri perfilman, program bertajuk The Journey of Christine Hakim diluncurkan dalam sebuah konferensi pers yang bertempat di Plaza Senayan pada 30 Agustus 2023 pukul 15.00 WIB. Program ini menjadi momen penanda bagi Christine Hakim yang telah berkiprah selama setengah abad. Lahir di Kuala Tungkal, Jambi pada 25 Desember 1956, Christine Hakim memulai debutnya dengan berperan di film Cinta Pertama (1973) yang disutradarai Teguh Karya.

Karier Christine Hakim membentang dari era analog hingga digital dan membintangi film-film karya sutradara-sutradara besar dan ternama Indonesia lintas generasi. Tidak hanya di depan kamera, ia juga melebarkan kiprahnya dengan menjadi produser, juri di berbagai festival besar dunia, termasuk Festival Film Cannes. Keterlibatannya di serial HBO The Last of Us mendapat pujian dan menjadi pembicaraan media hingga sinefil.

Program The Journey of Christine Hakim yang mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI akan berupa rangkaian kegiatan pemutaran film yang pernah dibintangi dan diproduksinya, pameran, dan peluncuran buku. Pemutaran beserta diskusi film akan dilakukan di beberapa kampus di Jakarta, komunitas film di lima kota, program retrospektif di beberapa festival dalam dan luar negeri, pameran, dan peluncuran buku yang menjadi menutup program ini.

Ditemui secara terpisah, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek RI, Ahmad Mahendra, menuturkan program the Journey of Christine Hakim merupakan program yang sangat penting dalam mengapresiasi perjalanan seorang sineas selama masa karirnya, termasuk Christine Hakim. “Melalui program seperti ini, kita dapat mengetahui bagaimana perjalanan aktor atau aktris Indonesia dalam mengharumkan perfilman tanah air dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media sangat mendukung kegiatan ini,” tutur Mahendra.

Sementara itu, Christine Hakim selaku tuan rumah dari program ini mengungkapkan rasa syukurnya atas perjalanan karier yang telah ia lewati selama 50 tahun ini. “Saya hanya dapat mensyukuri dan meyakini bahwa Allah SWT sudah mengatur, menentukan, dan menulis cerita dari kehidupan hamba-hambanya. Begitu juga kehidupan perjalanan saya, khususnya di dunia film dengan segala dinamika yang telah dilalui. Semuanya menjadi pembelajaran hidup yang luar biasa sampai saat ini dan sampai waktu yang juga sudah di tentukan Tuhan,” tutur Christine Hakim. “Saya tidak ingin berangan. Saya lebih senang merenungkan apa yang harus dipersiapkan setelah saya meyakini bahwa ada tugas dan amanat yang Tuhan telah berikan kepada saya. Keyakinan ini yang membuat saya harus terus berkarya.”

Lebih lanjut, Christine Hakim menyampaikan harapannya, “Harapan saya dan juga saya yakin harapan semua pembuat film di Indonesia. Jika film blockbuster negeri Tiongkok bisa mencapai Rp6,3 trilyun (RMB 3M), maka dengan pasar yang juga besar dan penduduk Indonesia yang sudah mencapai 270 juta lebih, film Indonesia menjadi Tuan di Negeri sendiri dapat tercapai. Amin.”

“Christine Hakim adalah perempuan yang menghidupi era global peta sejarah perfilman Indonesia pasca 1965. Mampu menghidupkan sinema di tengah krisis mati suri lewat film Daun di Atas Bantal (1997) yang tayang di Festival Film Cannes pada 1998, bertepatan dengan era reformasi. Christine Hakim tak kenal menyerah, punya energi dan statement pribadi atas karya. Ia juga contoh daya hidup seorang aktris/seniman/budayawan yang mampu melewati segala zaman dengan ruang hidup luas dan terus tumbuh adaptif ke generasi lebih muda. Filmnya telah jadi harapannya pada setiap anak muda: kepahlawanan, remaja dengan sikap diri, ibu yang mengasuh pertumbuhan, dan sosok karakter yang out of the box,” ujar Garin Nugroho tentang Christine Hakim.

Advertisement

TV & Movies

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Published

on

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

www.gwigwi.com – Film rilisan Sony ini merupakan spin off dari SpiderMan yang menceritakan asal usul Kraven alias Sergei Kravinoff (Aaron Taylor Johnson) yang merupakan anak pertama dari pemimpin mafia, Nikolai Kravinoff (Russel Crowe) dan merupakan kakak dari Dimitri Krevinoff (Fred Hechinger).

Sergei yang sudah ditinggal mati ibunya saat dia masih remaja merasa menderita harus hidup menjadi ahli waris Kerajaan mafianya .

Pada saat Nikolai mengajak kedua anaknya berburu singa yang dikenal sudah membunuh banyak pemburu di Tanzania, Sergei dan Dimitri tanpa sengaja bertemu sang singa legendaris itu dan akibatnya Sergei terluka parah namun ia diselamatkan oleh Calypso (Ariana DeBose) yang memberikan ramuan keabadian.

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Sergei pun lolos dari maut dan mengalami perubahan Dimana penglihatannya makin tajam, gerakannya makin cepat dan lihai, semakin kuat, dan dapat memahami para satwa.

Sergei akhirnya kabur dari cengkaraman ayahnya dan mulai meniti karir jadi Kraven The Hunter yang memburu para dalang kriminal. Namun aksinya berkonsekuensi harus berurusan dengan Aleksei Sytsevich (Alessandro Nivola) alias The Rhino yang ingin menguasai dunia kriminal.

Rhino menyuruh anak buahnya menculik Dimitri agar memancing Kraven keluar dari persembunyiannya serta mengutus The Foreigner (Christopher Abbot) untuk memburu Kraven. Maka dimulailah aksi perburuan dan saling bunuh antara si pemburu dengan yang memburunya.

Di komiknya, Kraven lebih dikenal sebagai seorang super villain yang kadang-kadang seperti anti-hero dan merupakan bagian dari Sinister Six, namun di film ini ia lebih ditampilkan sebagai seorang anti-hero yang menyayangi adiknya serta hanya memburu bos kriminal.

Dan demi menjadi Kraven, Aaron Taylor sudah baik dalam membentuk tubuhnya namun dalam beberapa angle, mukanya kurang menampilkan sosok pemburu yang ganas dan terlihat datar.

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Review Film Kraken The Hunter, Lahirnya Sang Pemburu

Justru Fred Hechinger yang bagus dalam menampilkan ekspresi Dimitri yang pengecut namun pada akhirnya menampilkan diri sebagai seorang criminal mastermind.

Dari segi plot, satu hal yang janggal adalah Kraven kesulitan menelusuri jejak adiknya saat diculik, padahal di scene-scene lain dia selalu 100% menemukan mangsanya dan membanggakan diri sebagai pemburu yang ulung. Tapi hal ini bisa sedikit terobati dengan adegan-adegan pertarungan brutal karena film ini ratingnya D17+.

Overall film Kraven dapat menjadi tontonan menarik bagi para Gwiple yang ingin film action seru, yang sangat disayangkan ini menjadi film terakhir dari SSU atau Sony Spider-Man Universe.

Kalian bisa menyaksikan Kraven The Hunter ekslusif di bioskop mulai tanggal 11 Desember 2024.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Published

on

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

www.gwigwi.com – So-Mi (Lee Re) tergeletak kaku padahal pendeta Ban (Lee Min-Ki) sudah menyatakan eksorsisme berhasil. Si bapak, Dokter jantung Cha Seung-Do (Park Shin-Yang) tetap berusaha memijat jantung untuk menyelamatkan anaknya, namun gagal…

Saat pemakaman, banyak yang berbisik keanehan pada So-Mi saat hidup dan meragukan si ayah yang seorang dokter hebat dalam mengoperasinya. Pendeta Ban pun terus mencari jawaban; Salahnya di mana?

Sementara itu jasad So-Mi menunjukkan keanehan…

DEVILS STAY menariknya memulai cerita setelah umumnya film bergenre eksorsisme berakhir. Menguak misteri gagalnya inilah yang membuat film fresh dan terus memaku perhatian.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Karena diliputi misteri yang menarik, permainan ketegangannya pun mempunyai nilai ekstra. Setiap scare seakan semakin mempertebal pertanyaan. Hebatnya dimasukkan juga komedi dari reaksi penjaga ruang mayat yang bingung melihat kelakuan bapak edan dan pendeta entah dari mana.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Tak lupa akting si bapak yang terus menginjeksi emosi melihat putrinya yang entah masih hidup atau dirasuki. Usahanya berbuat segalanya yang bisa dipahami walau kadang cukup gila.

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Review Film Devil Stays, Paska Eksorsime Gagal

Saat film eksorsisme pertama Indonesia, KUASA GELAP, gagal memberi cerita fresh dan khas Indonesia, DEVILS STAY memberikan keduanya. Segar buat genre usang dan berasa korea sekali.

Bukan karena budget tinggi, tapi memang piawainya naratif dan eksekusi.

Continue Reading

TV & Movies

Review FIlm WEREWOLVES, All Bark No Bite

Published

on

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

www.gwigwi.com – Wes (Frank Grillo) harus bertahan hidup dari serangan para manusia yang bermutasi menjadi werewolves akibat super moon, untuk kembali pada keluarganya.

Sedatar dan se in the face itulah WEREWOLVES. Bila berharap akan ada barang sedikit variasi atau kedalaman atau dimensi, saaangat minim ada.

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Review Film Werewolves, All Bark No Bite

Film berfokus pada aksi bertahan hidup ala serial gim RESIDENT EVIL, lengkap dengan set piece kota kacau berantakan ala Raccoon City. Memang ada beberapa ketagangan yang dimainkan tapi selain satu dua adegan mengejutkan, WEREWOLVES tak banyak, atau nihil, inovasi.

Para pemain, khususnya Katrina Law sebagai Dr. Chen, berperan dengan sepenuhnya. Justru Frank Grillo sendiri yang terlihat kurang maksimal. Barangkali karena karakternya sendiri yang datar maka si aktor yang tengah naik daun (bisa jadi makin nanjak setelah CREATURE COMMANDO nya DC rilis) ini memang tak diberi banyak hal untuk diaktingkan. Hanya beraksi saja kebanyakan.

Manusia serigalanya sendiri juga sayangnya kurang memiliki keunikan yang bisa menonjol dibanding werewolves di media lain. Memakai efek praktikal untuk aksinya, si manusia serigala justru sering terlihat kurang meyakinkan. Bukannya seram malah sebaliknya.

WEREWOLVES tampaknya butuh sentuhan spesial yang biasanya dimiliki sutradara seperti James Gunn atau Michael Bay. That little bit of touch to make em bite harder.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending