TV & Movies
Teater Niyaniya gelar pementasan tunggal berjudul “Bangau Kertas: Perdamaian Tidak Sekejam Itu”

GwiGwi.com – Pada produksinya yang ke-9, Teater Niyaniya mengadakan pementasan tunggal berjudul “Bangau Kertas: Perdamaian Tidak Sekejam Itu” di Gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, 7 dan 8 Desember 2019. Pementasan ini merupakan perwujudan dari perseteruan antara klan ninja dengan klan samurai yang dikemas dengan gaya khas Teater Niyaniya.
Bangau Kertas adalah sebuah karya orisinal Ghina Khairunnisa yang mengusung isu perdamaian dunia. Bangau Kertas dikemas secara eksplisit dengan mengedepankan titik balik dua insan yang berasal dari dua klan yang saling berseteru demi memperebutkan kekuasaan. Pada akhirnya, perdamaian akan tercipta dari cara yang tidak terduga.
Produksi Bangau Kertas dikepalai oleh Leonard sebagai Pimpinan Produksi, Ghina Khairunisa sebagai Penulis Naskah, Carmelita Christie sebagai sutradara, Dimasyqi Haris Nugraha sebagai Penata Panggung, Alvin Takeshi sebagai Pengarah Musik, Raka Pratama sebagai Penata Cahaya, Qonita Khairunnisa sebagai Tata Rias dan Kostum, dan Niko Rulando sebagai Penasihat sekaligus Pendiri Teater Niyaniya.
Leonard sebagai Pimpinan Produksi mengatakan bahwa pementasan Baangau Kertas diawali dengan kendala dan derita namun diakhiri dengan bangga dan tertawa. Kepedulian teman-teman pemain, tim produksi, dan seluruh pihak yang terlibat telah menuntun langkah kami ke pementasan kali ini. Dengan pementasan Bangau Kertas ini, kami mengajak penonton sekalian untuk melihat dan berimajinasi mengenai seorang samurai dan harapannya akan kedamaian. Kedamaian yang dikatakan sebagai impian belaka diperjuangkan dengan nyata hingga tercapai impiannya. Dalam pementasan ini semoga para penonton dapat menikmati penampilan dan juga kisah yang dibawakan sepenuhnya.
Senada dengan Leonard, Carmelita Christie sebagai Sutradara juga menyatakan bahwa pementasan Bangau Kertas mengisahkan tentang klan ninja dan samurai yang sedang dalam keadaan perang. Cerita ini berfokus pada beberapa orang yang terkait kuat dengan kedua klan tersebut. Pada pementasan kali ini, kami telah berjuang sekuat yang kami bisa untuk menghadirkan hal-hal di luar ekspektasi. Selamat menyaksikan.
Pemesanan tiket dan pemilihan tempat duduk bisa dibeli secara online melalui layanan GO-TIX dengan mengetik “Bangau Kertas” di kolom pencarian atau dengan mengklik tautan berikut ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi nomor yang tertera di poster berikut.
TV & Movies
Review Film Perayaan Mati Rasa, Menangis lagi dan lagi dan lagi…

www.gwigwi.com – Sinemaku Pictures kembali dengan drama penuh air mata…Menariknya PH ini selang seling menelurkan karya horor dan drama menyentuh saja sejauh ini. Semoga bisa lebih variatif ke depannya.
Drama kali ini berjudul PERAYAAN MATI RASA yang dibintangi si Dilan, Iqbaal Ramadhan. Tentu disambut buanyak fansnya saat si aktor muda berjalan di karpet merah. Menariknya Iqbaal terlihat tidak mau larut dalam popularitas ini dan lebih senang bisa berakting lagi setelah 3 tahun.
Ian (Iqbaal) ingin sukses dalam karirnya ngeband bersama teman-temannya. Akibatnya dia menyampingkan waktunya dengan keluarga. Baik adiknya, Uta, (Umay Shahab) si streamer sukses dan Ibunya (Unique Priscilla) ingin si anak tertua lebih bisa hadir di rumah daripada di panggung.

Review Film Perayaan Mati Rasa, Menangis Lagi Dan Lagi Dan Lagi…
Si bapak lah, si pelaut Satya (Dwi Sasono) yang terus berpikiran positif soal pilihan karir Ian, tetapi justru anak tertuanya yang tidak senang si ayah karena kerap pergi lama dari rumah. Sekalinya pulang, menasihati Ian harus ABCD, membuat si anak muak dan menjaga jarak dengan bapaknya.
Si anak memiliki abandonment issue lantas menjauh dari keluarga. Meneruskan “luka” ditinggalkan ini yang masalah generasional.
Sampai suatu hari suatu kejadian naas menimpa yang membuatnya..mati rasa…tetapi keluarganya membutuhkannya…
PERAYAAN MATI RASA memiliki eksekusi yang sungguh cukup paten. Baik secara directing, editing dan akting. Semua engaging dan enak sekali “ngalirnya” dari adegan ke adegan.
Selalu dijaga daya tarik naratifnya untuk penasaran apa yang akan terjadi berikutnya pada Ian dan keluarga. Apalagi akting Dwi Sasono yang menjadi pondasi emosional keseluruhan film. Meski tak banyak porsi, beliau membekas sekali pengaruhnya sepanjang film.
Begitu pun Iqbaal yang sekali lagi pesona protagonisnya memancar. Apa pun yang dia coba deliver, hampir semuanya konek ke audiens. Apakah itu saat dia marah, sedih atau pun lemah. Sayangnya PERAYAAN MATI RASA kurang kuat di cerita lantaran penuh dengan klise yang sulit ditolong eksekusinya.

Review Film Perayaan Mati Rasa, Menangis Lagi Dan Lagi Dan Lagi…
Durasi yang cukup panjang rasanya tidak perlu untuk cerita yang alurnya mudah ditebak. Rasanya penonton hanya menunggu untuk sesuatu yang pasti terjadi hanya tinggal tunggu waktu. Tanda cerita kurang punya kejutan hingga rasa jemu datang.
Paruh akhir film menjadi sangat mendayu dayu. Sampai 4 kali ada adegan pengungkapan atau curhat sampai menangis. Sepertinya bisa lebih tidak terasa repetitif dan dipilah lagi mana adegan yang lebih menghujam dan kuatkan di situ.
Padahal sebelumnya Sinemaku Pictures cukup berhasil menyampaikan kepedihan dalam bentuk yang lebih halus dan efektif di BOLEHKAH SEKALI SAJA KUMENANGIS.
Bohong rasanya bila tidak ada adegan sungguh menyentuh atau lucu yang rada menyegarkan, tetapi semoga karya Sinemaku Pictures berikutnya lebih memiliki cerita lebih solid untuk mendukung eksekusi yang semakin berkembang.
TV & Movies
Review Film Companion, another it’s not you, but me

www.gwigwi.com – Iris, seorang wanita muda yang bucin banget dengan pacarnya Josh (Jack Quaid), seorang pria manipulatif yang mendominasi dirinya secara halus.
Singkat cerita, Iris dan Josh liburan ke sebuah mansion terpencil untuk akhir pekan bersama empat teman mereka.
Namun, dinamika dalam grup ini segera memicu ketegangan. Mantan pacar Josh, Kat (Megan Suri), dan gadun-nya yang misterius, Sergey (Rupert Friend), menambah lapisan kompleksitas dalam hubungan antar karakter.
Sementara itu, karakter-karakter pendukung seperti Eli (Harvey Guillén) dan pacarnya Patrick (Lukas Gage) memberikan momen humor yang sinis sekaligus tragis.

Review Film Companion, Another It’s Not You, But Me
Film yang digarap dan naskahnya ditulis oleh Drew Hancock ini, menggunakan treatment yang cukup fresh dan gue menyebut film ini romance-thriller. Awalnya manis-manis gak taunya wehhhhh…
Kenapa begitu? Awalnya, film ini terasa seperti drama interpersonal dengan sedikit sentuhan humor gelap, tetapi perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang tidak terduga.
Drew Hancock menyajikan pertanyaan menarik tentang batas-batas cinta, pengorbanan, dan kendali dalam hubungan, tanpa memberikan jawaban yang mudah. Komedi yang kelam juga muncul di sepanjang film memberikan kontras yang efektif dengan momen-momen horor yang mengganggu.
Hal ini juga didukung oleh performa para aktor dan aktrisnya. Sophie Thatcher sangat bersinar dalam memerankan Iris, perjalanan emosional digambarkan dengan total dari pengabdian penuh kasih hingga ketakutan dan keputusasaan dengan intensitas yang memikat.

Review Film Companion, Another It’s Not You, But Me
Jack Quaid, yang biasanya langganan jadi cowok yang apes dalam urusan percintaan. Awalnya kasihan, tapi kok seiring berjalan nya film malah pantas untuk di maki-maki.
Another cast seperti Megan Suri, Rupert Friend, Harvey Guillén, dan Lukas Gage menambah dimensi yang menarik di film ini, masing-masing membawa kepribadian yang ajaib dan hubungan yang kompleks.
Akhir kata, sebelum menyaksikan filmnya baiknya jangan cari tahu apapun soal film Companion. Disinilah daya tariknya, Ini adalah film yang menantang ekspektasi, memadukan horor, komedi gelap, dan drama psikologis menjadi pengalaman sinematik yang menggelitik.
Dengan tema yang berani dan eksekusi yang penuh gaya, Drew Hancock berhasil menciptakan karya yang akan berbekas di benak penonton setelah menyaksikan film ini.
TV & Movies
Review Film DARK NUNS, Biarawati yang Nyeleneh

Dark Nuns adalah sequel dari The Priests tahun 2015, kalau dulu ada Romo Kim dan Choi sekarang digantikan oleh biarawati Junia/Yunia (Song Hye-kyo) dan Michaela (Jeon Yeo-been) yang bertekad mengusir iblis dari dalam seorang anak Bernama Hee-Joon (Moon Woo-jin).
Posisi Yunia cukup menimbulkan kontroversi karena biasanya hanya pastor/romo yang bisa melakukan eksorsisme, apalagi Yunia belum ditahbiskan sebagai biarawati yang resmi. Namun kontroversi ini untungnya hanya dimunculkan sebentar saja sehingga tidak mengganggu plot utama cerita.

Review Film Dark Nuns, Biarawati Yang Nyeleneh
Kelakuan Yunia yang tidak mengikuti birokrasi dan sangat suka merokok sehingga dijuluki Dark Nuns, sering ditegur oleh keuskupan Korsel terutama Romo Paolo (Lee Jin-wook) yang merupakan mentor dan atasan dari Michaela. Paolo sangat skeptis terhadap konsep iblis yang merasuki manusia, ia berpendapat bahwa itu hanyalah kasus psikologis dan mental. Michaela pun menganut paham ini walaupun ia sendiri sering mendapatkan penglihatan-penglihatan.
Setelah dipaksa-paksa oleh Yunia dan melihat sendiri apa yang dialami oleh Hee-Joon makai a pun bertekad mengusir iblis yang merasuki sang anak dengan berbagai cara. Hal yang unik dari film ini karena selain ritual eksorsisme Katolik, juga menampilkan ritual shamanisme Korea dalam mengusir roh jahat. Hal ini cukup memberikan warna pada genre eksorsisme.

Review Film Dark Nuns, Biarawati Yang Nyeleneh
SHK terlihat menjiwai peran sebagai Yunia, bahkan ia juga belajar merokok untuk peran ini. Begitu juga Jeon Yeo-been yang harus berperan sebagai seorang wanita yang sebetulnya mengalami hal-hal supranatural namun dipaksa untuk mengabaikannya dengan alasan rasionalitas, sayangnya pengalaman masa kecil Michaela ini kurang didalami (mungkin perlu spin off).
Keberadaan Romo Paolo yang awalnya dianggap akan terus menjadi tokoh yang menghidupkan konflik benar-tidaknya kasus-kasus kerasukan ternyata pada 2/3 film sudah tidak relevan lagi terutama pada akhir film yang harusnya ia mengawasi ritual eksorsisme tapi ternyata menghilang begitu saja. Walau ada beberapa plothole, overall film Dark Nuns ini seru untuk ditonton di tengah-tengah serbuan film horror dan mistis asal Indo.
-
Music4 weeks ago
Aqours Finale LIVE Theme Song CD “Eikyuu hours” Tops the Oricon Chart!
-
Box Office4 weeks ago
Review Film Keajaiban Air Mata Wanita, Cobaan Berat yang Berbuah Manis
-
Smartphone3 weeks ago
Xiaomi Indonesia Akan Hadirkan Redmi Note 14 Series pada 24 Januari 2025
-
Music4 weeks ago
Rock Band Jepang Marcy Merilis Video Musik untuk Lagu Mereka “Make A Wish” yang Menjadi Lagu Penutup untuk Serial Anime “Anyway, I’m Falling in Love with You”!
-
Music3 weeks ago
VTuber Kurone Yousagi, “Sepupu” Nozomi Suzuhara, Debut dengan “Acchuu-Ma!” melalui Lantis dan Memulai Perilisan Tiga Bulan Berturut-turut
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Film About Family, Drama Komedi Penuh Makna
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Film Wolf Man, Teror dan Tragedi Manusia Serigala
-
Music2 weeks ago
Musik House Melodi yang Melampaui Batasan Lagu Anime! R×R (Reo/ReoNa & Rondo/R・O・N) Merilis “DEPARTURES” Secara Digital Bersamaan dengan Koleksi Vokal Anime untuk SYNDUALITY Noir !