TV & Movies
TALK TO ME, metafora adiksi dengan horor yang sungguh ngeri nan efektif

www.gwigwi.com – GwiGwi.com – Sebelum film tayang di press screening, terdapat experience room ‘TALK TO ME‘ yang bebas dicoba pengunjung. Saya mencobanya dan…untungnya filmnya berhasil menawarkan horor yang lebih efektif.
Mia (Sophie Wilde) kehilangan ibunya. Merasa ayahnya bersalah, Mia memilih menghabiskan waktu dengan temannya Jade (Alexandra Jensen) dan keluarganya; si adik, Riley (Joe Bird) dan si ibu, Sue (Miranda Otto).
Merasa trauma dan kesepian ditambah ingin diakui teman-temannya, Mia nekat mencoba ritual kerasukan yang viral. Memegang tangan berkekuatan gaib dan mengucap, “Talk to Me.” Karena sebuah kesalahan, hidup Mia berubah selamanyaa…
Talk To Me, Metafora Adiksi Dengan Horor Yang Sungguh Ngeri Nan Efektif
Melihat premisnya, mudah sekali menafikan TALK TO ME sebagai tipikal film anak muda bermain gaib berefek fatal pada umumnya. Nyatanya film ini lebih menekankan metafora dari ritual tersebut pada isu universal yang akan selalu relevan buat anak muda; pelarian dari trauma kehilangan dan kecewanya pada sosok mentor, yang film ini adalah ayah Mia, Max (Marcus Johnson).
Tak sulit menyamakan tangan gaibnya sebagai zat adiktif, mau itu alkohol atau narkotik, sebagai media nimbrung Mia dengan temannya. Ujungnya untuk mencari kenyamanan dengan orang lain yang tak bisa ia dapat dari si bapak.
Cerdasnya memainkan luka batin untuk jadi inti masalahnya, sementara horornya sebagai penguat itu. Bukan sekedar jedar jeder eksploitasi jump scare saja.
Dari eksekusi teknis, filmmakernya mantap betul menaikkan tensi adegan yang sudah umum di horor mau itu pintu terbuka sendiri, kerasukan, kedatangan syaiton, etc. Kalau pun mereka adaptasi skenario horor alakadar, gaya mereka tampaknya tetap bisa membuatnya menghibur.
Nah, dengan cerita sedalam dan sekelam TALK TO ME, filmmaker membawanya ke level yang lain lagi. Horor yang beneran membuat menyesakkan dan menusuk ngerinya. This is seriously one messed up movie.
Mungkin bila teman atau anak anda lebih tertarik ngobrol dengan roh tersesat/orang asing daripada anda, sepertinya masalahnya bukan di gaib dan syaitonnya. Apalagi kalau anda cuek dengannya dan situasi berbalik jadi anda yang sulit mencari teman bicara dan hanya orang asing berniat buruk yang bersedia. Akhirnya, hanya jadi orang “tersesat” yang merintih, “Talk to Me.”
TV & Movies
Review Film LILO & STITCH, Simple But Good

www.gwigwi.com – Lilo & Stitch versi live action akan tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai 21 Mei ini.
Film remake versi hidup ini yang sudah dinantikan banyak fansnya, menceritakan tentang Stitch atau eksperimen 626 yang dianggap berbahaya oleh Galactic Council sehingga ditahan dan akan diasingkan, namun ia berhasil kabur dan menuju bumi. Sementara itu di Hawaii, Lilo (Maia Kealoha) yang tinggal bersama kakaknya, Nani (Sydney Agudong) merasa kesepian karena tidak memiliki sahabat dan berdoa supaya dapat teman sejati.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good
Alien eksperimen 626 yang akhirnya crash land di bumi yang sempat membuat beberapa kekacauan berakhir di Shelter anjing dalam kondisi pingsan.
Lilo menemukan 626 di Shelter tersebut dan memutuskan untuk mengadopsinya, sejak saat itu 626 memiliki nama Stitch.
Ternyata keberadaan Stitch di bumi diketahui oleh pencipta Stitch, Dokter Jumba Jookiba (Zach Galifianakis) dan agen Pleakley (Billy Magnussen).
Mereka pun ditugasi oleh Galactic Council untuk menangkap Stitch, di sisi lain Cobra Bubbles (Courtney B. Vance) seseorang dari “Dinas Sosial” juga menyelidiki pesawat Stitch yang jatuh dan ingin menangkapnya.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good
Apakah Stitch akan ditangkap oleh salah satu dari pengejarnya atau ia tetap akan bersama Ohana nya? Gwiple bisa saksikan nanti.
Versi live action ini berbeda dengan versi kartun yang dulu kita tonton di tahun 2002, sehingga perlu sah-sah saja jika kita tonton versi yang lama sambil bernostalgia.
Design Stitch amat lucu di film ini dengan tingkah yang bandel namun menggemaskan dapat cepat menarik hati Gwiple.
Design alien-alien lainpun juga bagus dan terlihat dapat blend in dengan aktor-aktor manusia tidak seperti yang gue bayangkan bahwa akan terkesan nyeremin nyatanya tidak terjadi.

Review Film Lilo & Stitch, Simple But Good
Seperti kartun originalnya, Lilo & Stitch 2025 ini adalah film keluarga yang ringan dan cukup menghibur.
Mungkin ketika selesai menyaksikan film ini kita merasa bahwa ini seperti TV movie di Disney+ namun itu tidak menjadi masalah karena prinsip Ohana menjadi pelajaran yang penting bagi audiens.
TV & Movies
Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang

www.gwigwi.com – Final kata judulnya. Tidak salah menganggapnya Mission Impossible terakhirnya Tom Cruise, walau orangnya sendiri tidak menutup kemungkinan akan berlanjut. Bagaimana pun, inilah kerja sama terbaru Mas Tom dengan sutradara penulis Christopher McQuarrie.
Paska DEAD RECKONING, Ethan Hunt (Tom Cruise) memegang kunci yang dapat mengguncang seisi dunia. Entitas, AI super berbahaya, semakin menjalar ke pelbagai institusi nuklir di seluruh dunia. Hanya dia dan tim; Benji (Simon Pegg), Grace (Hayley Atwell), Luther (Ving Rhames), yang sanggup menghentikan amukannya…
Film ini ditunjukkan sebagai pamungkas dari semua film Mission Impossible sebelumnya. Refrensi, karakter lama, visual, etc untuk menegaskan hal itu. Sayangnya dengan cara yang kurang halus.

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang
Bila AVENGERS: ENDGAME menyajikan refrensi film sebelumnya secara halus atau membuat variasi dari itu, FINAL RECKONING begitu di wajah sekali. Dialog penuh eksposisi menjelaskan plot, refrensi dan adegan-adegan film lampau begitu menjejali penonton. Anehnya, gambar sama kadang diulang lagi seolah takut penonton lupa.
Dominasi dialog ini yang cukup mengherankan untuk franchise film MI yang biasanya jago menyeimbangkan dengan aksi. Film seakan lebih ke arah political thriller atau techno thriller. Tidak berarti dialog kosong karena memang berguna untuk membangun ketegangan untuk adegan aksi besarnya di paruh akhir.
Tetap saja, seluruh film tampaknya terlalu mendedikasikan diri untuk aksi di klimaks dibanding memberi porsi aksi yang rata untuk memecah kejenuhan di pertengahan. Tidak salah bila menganggap baik DEAD RECKONING dan FINAL RECKONING bisa saja dijahit jadi satu dengan menghilangkan lemaknya. Barangkali baiknya 2 film ini ditonton sekaligus supaya lebih nikmat.
Sekalinya ada aksi, meramu ketegangannya wah. Suspense bukan hanya pada protagonis Ethan tapi juga teman-temannya yang lebih besar kemungkinan tewas. Menjelang klimaks pun diberikan suspense berlapis yang dialami semua karakter dan itu sungguh tegang. Apa yang penonton harap dari film daripada aksi lidah. Coba saja lebih banyak lagi.

Review Film Mission: Impossible – The Final Reckoning, Misi Mustahil Pamungkas Sangat Setengah Matang
2 aksi besarnya itu….gila dan sungguh menjual judul Impossible aka mustahil. Koreografi adegan Ethan bernavigasi di dalam kapal selam yang akan jatuh barangkali salah satu adegan Ethan menyusup terbaik sepanjang franchise. Tom Cruise bergelantungan di pesawat pun…wah. Ni orang gak takut mati.
Sampai-sampai bisa jadi orang memaafkan kejenuhan penuh omongan sepanjang film saking fantastisnya 2 adegan tersebut.
MISSION IMPOSSIBLE: FINAL RECKONING mungkin bukan Misi Mustahil yang diharapkan penonton untuk franchise yang biasanya paling tidak gak membuat pingin ngecek jam saat nonton. Semoga kerja sama Tom dan sutradara Q bisa lebih baik lagi dengan dialog yang lebih….sedikit.
TV & Movies
Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang


Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang

Review Film Final Destination Bloodlines, Kematian Pasti Datang
-
News4 weeks ago
“Ai♡Scream!” dari AiScReam Menggemparkan Dunia!
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Film THUNDERBOLTS*, Kelompok Terapi “SUPERHERO”?
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Netflix Havoc, Kacau Balau yang Penuh Gaya
-
Smartphone3 weeks ago
Xiaomi Padukan Mobile Photography dan Gaya Hidup Aktif melalui Bundling Xiaomi 14T & Xiaomi Smart Band 9
-
TV & Movies3 weeks ago
Review Film Shadow Force, Action Kelas C
-
Laptop4 weeks ago
Lenovo Resmikan Produksi Lenovo K14 Gen 3 dan ThinkCentre Neo 50a Gen 5 di Indonesia
-
TV & Movies3 weeks ago
Review Film Holy Night: Demon Hunters (2025), Tim Pemburu Iblis yang Menghadirkan Aksi Memikat Penuh Ketegangan
-
Music3 weeks ago
SixTONES Rilis 66 Lagu di Platform Global