Connect with us
Maaf Anda Melihat Iklan

TV & Movies

Serial Live-Action “Kodoku no Gourmet” Mendapat Spesial Tahun Baru ke-6

Published

on

GwiGwi.com –  TV Tokyo mengumumkan pada hari Selasa, bahwa adaptasi serial live-action dari manga Kodoku no Gourmet (Solitary Gourmet) karya Masayuki Kusumi dan Jiro Taniguchi akan mendapatkan spesial Tahun Baru keenam berturut-turut yang berjudul “Kodoku no Gourmet 2022 Ōmisoka Special Toshi Wasure, Shoku no Kakutōgi. Kani. no Tsukai wa Ara Taihen” (Solitary Gourmet 2022 New Year's Eve Special: Let Go of the Year's Troubles, Food Duel. My, Handling a Crab is a Handful) pada tanggal 31 Desember pukul 10:00 malam. JST.

Yutaka Matsushige (live-action Death Note, Sukiyaki Western Django, Crows Zero) sekali lagi akan mengulangi perannya sebagai protagonis Gorō Inagashira. Spesial Malam Tahun Baru tahun ini akan menampilkan perjalanan dua hari Gorō ke Hokkaido. Ceritanya berlanjut dari serial spesial Malam Tahun Baru 2021.

Pemeran tamu spesial termasuk Ryō Iwamatsu, Kie Kitano, Kenta Tokui, Shin Takuma, Shōno Hayama, dan Kunihiro Matsumura.

Baik serial live-action Kodoku no Gourmet dan manga orisinal mengikuti seorang penjual soliter bernama Gorō Inagashira saat dia melakukan perjalanan ke seluruh Jepang dan mencicipi masakan lokal yang ditemukan di sudut jalan. Musim ke-10 acara live-action ini tayang perdana pada 7 Oktober.

Waralaba baru-baru ini memiliki proyek mini-seri live-action enam episode berjudul Kodoku no Gourmet ~Oishii kedo Horo Nigai… Inagashira Gorō no Sainan~ (Solitary Gourmet ~It's Tasty But Slightly Bitter… Gorō Inagashira's Misfortune~) yang memulai debutnya di layanan streaming TV Paravi dan Hikari pada 31 Maret dan 1 April.

Masayuki Kusumi dan Jiro Taniguchi pertama kali membuat serial manga Kodoku no Gourmet dari tahun 1994 hingga 1996 di majalah Panja Bulanan Fusosha (sekarang sudah tidak ada). Kusumi menangani ceritanya, dan Taniguchi menggambar seninya. Fusosha menerbitkan volume kumpulan pertama pada tahun 1997. Kusumi dan Fusosha menerbitkan volume kedua manga pada September 2015. Taniguchi meninggal dunia pada Februari 2017.

Fanfare dan Ponent Mon akan merilis manganya dalam bahasa Inggris. Perusahaan telah mengatakan manga tersebut “kemungkinan besar” akan debut pada musim semi 2021, tetapi serial tersebut sekarang terdaftar sebagai debut pada Juli 2023.

Manga ini juga menginspirasi anime net yang memulai debutnya di aplikasi smartphone “Tate Anime” (Anime Vertikal) Production I.G pada November 2017.


Source:
ANN

 

Advertisement

TV & Movies

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, nunchuks and Lots, Lots of Guns

Published

on

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

GwiGwi.com – Terakhir kali penonton melihat John Wick (Keanu Reeves), dia tertembak dan jatuh dari atas hotel Continental New York. Dijemput oleh anak buah Bowery King (Laurence Fishburne), baik si King dan John terlihat siap membalas dendam pada High Table, kelompok penguasa dunia assassin John Wick.

Bertahun setelahnya dan telah pulih, King bertanya pada John,

“Are you ready John?”

Keanu Reeves dengan intonasi khasnya menjawab,

“Yeah”

Barangkali penonton mengira film ini begitu cut and dry revenge movie. Nope. Mengejutkannya JOHN WICK CHAPTER 4 terasa lebih personal dari 2 film sebelumnya dan memiliki tema kuat soal duka para pembunuh ini hidup di dunia penuh darah dan akibatnya pada diri, sahabat dan keluarga mereka.

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

Baik karakter Koji Shimazu (Hiroyuki Sanada); Mr Nobody (Shamier Anderson) seorang pencari jejak/tracker yang disewa anggota High Table pengincar John, Marchese (Bill Skarsgard) yang hanya ingin membeli rumah untuk dia dan anjingnya; dan yang mungkin akan jadi favorit penonton dengan gaya bertarung ala samurai buta ala ZATOICHI digabungkan dengan kepribadian polisi senior film cina, Caine (Donny Yen), ketiganya membawa gaya bertarung unik masing-masing sekaligus memperkuat temanya.

Melihat Koji, Caine dan John yang telah berteman lama itu terpaksa bertarung terasa pedih. Tanda dari suksesnya filmmaker menambah poin dramatisnya. Suatu keputusan tepat dan berani membuat para karakter berlatar belakang demikian walau bisa sekali film ke 4 ini isinya plot dangkal yang menjual kekerasan saja.

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

Dari aksi, ya JOHN WICK: CHAPTER 4 masih melanjutkan kejayaan franchise ini sebagai balada kekerasan epik. Namun, terdapat beberapa tarian yang rasanya sudah familiar; John akan menembak, memegang orang di depan lalu tembak orang di samping, membanting org pertama dan head shot atau variasi dari itu. Koreo demikian juga dilakukan oleh beberapa karakter lain tentu dengan versi mereka sendiri dan durasi kelahinya bisa panjang sekali yang membuat pola itu kentara.

Contoh paling kuatnya saat adegan bertarung dengan Killa (Scott Adkins) di klub malam. Tak banyak koreo spesial dan durasinya agak kepanjangan. Ya, saat di Osaka memang John dengan Nunchuk dan melawan Caine menarik, tapi rasanya masih belum mengalahkan aksi terbaik film-film sebelumnya.

Kemudian datang adegan bertarung dengan shotgun berpeluru membakar/Dragon’s Breath dengan koreografi kamera dan aksi yang sangat berbeda nan membara sekaligus jawdroping.

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

Dilanjutkan dengan klimaks pertarungan John dan Caine di tangga Paris yang bisa jadi adalah puncak dari kualitas unik John Wick; aksi gilani kreatif, lucu dan sentuhan beraksi dengan teman lama dunia assassin seperti di JOHN WICK: CHAPTER 3 PARABELLUM.

Apabila sekuen ini dan adegan duel pistol menegangkan penuh suspens setelahnya adalah aksi terakhir dari Keanu sebagai John Wick, maka sangatlah pantas sekali.

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns

Ending dari JOHN WICK: CHAPTER 4 ini yang penuh emosi dan cocok sebagai penutup bisa jadi menetapkan John Wick sebagai franchise aksi nomor wahid dalam menetapkan standar baru film aksi untuk Hollywood, nay, dalam sejarah film dunia.

But yeah…this is a weird movie to start ramadhan month and i dont think it fit for it lol.

Continue Reading

TV & Movies

EVOS dan MAXstream Luncurkan Film “Suka Duka Uni Unaa”, Sebuah Cerita Perjalanan Self-Love EVOS Unaa Untuk Berani Bermimpi

Published

on

GwiGwi.com – EVOS Esports, organisasi esports profesional terbesar di Asia Tenggara, kembali berkolaborasi dengan MAXstream, salah satu platform streaming terbesar di Indonesia, dalam meluncurkan Film MAXstream Original “Suka Duka Uni Unaa”. Melalui kolaborasi ini, EVOS dan MAXstream bersinergi memproduksi sebuah kisah perjalanan yang tidak pernah diangkat ke publik sebelumnya, mengenai kisah hidup seorang content creator muda Nadya Kheitna Putri atau yang sering akrab dipanggil EVOS Unaa.

Di era perkembangan teknologi saat ini, generasi muda kerap terbentur oleh pemahaman dan norma kebudayaan yang dipegang oleh generasi terdahulu. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi generasi muda untuk memiliki kepercayaan diri, dan ragu dalam mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Melalui film ini, “Suka Duka Uni Unaa” mengajak penonton melihat proses self-love dari sudut pandang EVOS Unaa. Seorang pelajar SMA, yang secara drastis mengalami transformasi hidup dengan menjadi content creator di bidang esports. Perjalanan Unaa dalam membangun kepercayaan diri dan berani untuk melawan stigma negatif, juga menjadi poin penting yang ingin ditanamkan melalui film original ini. Unaa telah menunjukkan langkah kongkrit yang Ia mulai, hingga kini berhasil menjadi seorang content creator dan Brand Ambassador.

“Film ini bukan hanya sekedar diary kehidupanku, melainkan menjadi cerita sebuah perjalanan penuh makna dalam membangun kepercayaan diri dari sejak dini. Membangun mimpi dan meyakinkan orang-orang di sekitar tidaklah mudah, namun ini adalah pilihan hidupku yang butuh keberanian dan support system yang baik untuk mewujudkannya. Harapannya, film ini dapat memberikan motivasi untuk teman-teman di luar sana untuk bisa mengenali potensi dirinya lebih lagi dan tidak ragu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang sudah pernah dibangun sebelumnya,“ ujar Nadia Kheitna Putri, Pemeran Utama Suka Duka Uni Unaa.

Selain memperlihatkan proses self-love, film ini juga bercerita tentang kisah persahabatan Unaa yang dikelilingi oleh support system yang mendukung setiap keputusan dan langkah yang diambil oleh Unaa. Namun, Unaa juga terus dihadapkan dengan situasi dalam melawan stereotip yang ada pada lingkungan keluarga konservatif, hingga akhirnya Unaa dapat berhasil meyakinkan keluarganya untuk bisa terus berkarir hingga saat ini di dunia esports.

Nirwan Lesmana, Vice President Digital Lifestyle Telkomsel, mengatakan, “Pesan dalam Film ini selaras dengan misi kami untuk memberikan wadah hiburan yang dapat menginspirasi generasi muda dalam mengenali potensi diri  khususnya dalam dinamika untuk membentuk kepercayaan diri dan bermimpi untuk masa depan yang lebih baik“

“Sebagai home of esports entertainment content di Indonesia, MAXstream terus berkomitmen untuk ikut bagian dalam perkembangan dunia esports, dengan menyediakan konten-konten esports yang berkualitas serta secara konsisten membangun hubungan baik dengan content creator maupun esports enthusiast”, tambah Nirwan Lesmana.

Suka Duka Uni Unaa merupakan konten entertainment keempat yang diluncurkan EVOS dan MAXstream.  Sebelumnya EVOS dan MAXstream telah  berkolaborasi untuk pembuatan konten The Love Coach with Rachelcia, Rasyah The Wonder Kid dan salah satu Maxstream Original terpopuler ‘The Wannn Believe Movie’.

“Peluncuran film keempat kami bersama MAXstream adalah wujud eksplorasi dan langkah strategis untuk selalu mendukung dan mengembangkan karir para talent dan content creator kami, untuk masuk ke ranah entertainment. Saya berharap film ini bisa menjadi inspirasi dan dinikmati oleh semua kalangan, khususnya dapat menjadi tontonan menarik dalam menyambut bulan Ramadhan,” ucap Tony Tham, Head of Commercial EVOS Esports.

MAXstream Original: Suka Duka Uni Unaa, dapat disaksikan secara gratis mulai dari tanggal 17 Maret 2023 melalui aplikasi MAXstream pada mobile dan PC melalui website MAXstream.tv. Jadikan Suka Duka Uni Unaa  sebagai tontonan favorit Ramadan anda beserta keluarga tersayang. Klik https://tsel.id/SDUU sekarang juga!

Continue Reading

TV & Movies

Review Film SUKA DUKA UNI UNA, Perjalanan Hidup Uni Una

Published

on

GwiGwi.com – Dalam kerjasama ke 4 EVOS ESPORTS dengan Maxstream ini maka dirilislah film berjudul SUKA DUKA UNI UNA.

Ya, film yang dibintangi Tiktokers dan Brand Ambassador EVOS ESPORTS Nadya Kheitna Putri atau populer dengan nama Uni Una memang berdasarkan kehidupannya sedari SMA, derita menghadapi rundungan teman sekolah, mengenal aplikasi Tiktok dan sampai menjadi brand ambassador salah satu tim ESPORT paling bergengsi di Indonesia.

Di paruh awal, penulis agak tertarik dengan penggunaan shaky cam agar adegan terasa real. Lantaran film ini juga membahas soal rundungan/bullying. Bullying dan menjadi BA, sepertinya menarik dan mungkin jarang ada film demikian.

Sayangnya ekspektasi itu sirna karena filmnya sendiri seperti kebingungan mau ke arah mana.

Sulit menerka SUKA DUKA UNI UNA ini ingin menjadi drama realis atau drama komedia karena nuansa nya seperti melompat-lompat di kedua itu. Satu sisi ingin menampilkan kejamnya bullying tapi juga ingin menampilkan sedikit komedi dan bercerita tentang meraih impian. Hal yang jelas adalah eksekusinya selalu berasa tak maksimal.

Barangkali kurangnya akting Una masih bisa sedikit ditolerir namun penampilan dari 2 pemeran sahabatnya, Maura Gabrielle dan Ajil Ditto, tidak terlalu membantu menghidupkan adegan. Belum lagi pengadeganan yang begitu pedestrian dengan blocking pemain dan banyak pengucapan dialog yang kaku, adegan terasa tak hidup.

Sound SUKA DUKA UNI UNA juga tak membantu. Ambiencenya terasa mengganggu dan seperti tidak sinkron dengan ADR nya. Seringkali dialog diucapkan, terasa interupsinya dengan ambience.

Score musik berusaha menghidupkan suasana di banyak adegan namun karena adegan di layarnya sendiri terasa lifeless usaha ini begitu kentara artifisialnya, tak terasa organik. Paling jatuhnya saat score tidak ada dan pengadeganan demikian, film ini seakan film pendek student film yang banyak kekurangan.

SUKA DUKA UNI UNA memiliki pesan yang baik seperti membalas perundung dengan kebaikan dan berusaha meraih impian…? (Meskipun kebetulan saja Una memenuhi apa yang dicari EVOS…?) namun bila EVOS SPORTS dan MAXSTREAM akan bekerja sama lagi, tim produksi harus lebih lagi push rank kualitasnya.

 

Continue Reading

Trakteer

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending