TV & Movies
Review Film The Childe, Kim Seon-Ho menjadi bintang

www.gwigwi.com – Bertahun-tahun belakangan sudah sekian banyak film-film aksi datang dan pergi tak berkesan. Semenjak JOHN WICK (2014) jarang sekali ada film aksi yang memiliki keunikan atau identitas yang tak dimiliki film lain. Nah, THE CHILDE tampaknya mendobrak hal itu.
Marco (Kang Tae-Joo) adalah seorang Kopin, blasteran Korea dan Filipina. Ibunya tergeletak sakit dan dia sekian lama ingin mencari ayahnya dia Korea untuk membantu. Sampai suatu ketika datang sekelompok orang misterius yang mengaku akan mempertemukannya dengan si Bapak. Seakan baru setengah deritanya, Marko kerap diikuti pria misterius bertampang perlente dan kecendrungan beraksi sadis (Kim Seon-Ho).
Review Film The Childe, Kim Seon Ho Menjadi Bintang
THE CHILDE sesungguhnya tak memiliki plot yang spesial dan bisa dibilang usang. Tetapi bagaimana menanam empati untuk Marko dan bagaimana membangun misterinya itulah awal daya tariknya.
Semakin cerita bergulir, film secara bergantian menggunakan komedi, sinisme dan intrik untuk selalu menyegarkan. Mengejutkannya, it works. Jarang sekali film terasa membosankan. Adegan yang disangka biasa ternyata bisa lucu, mengejutkan dan menebalkan misteri. There is always something in the corrner walau yah salah satu twistnya bisa saja ditebak.
Seon-Ho sendiri jujur saya tak sefamiliar para fans yang berteriak saat ada kata pengantar dari dia sebelum film dimulai. Menilai dari film ini, range akting dia sungguh luar biasa. Dia bisa membuat takut saat menyiksa penjahat, lalu tak lama membuat ketawa dari ngeluh sinisnya, iba ketika sisi lain terkuak.
Memang terbantu karakternya yang dalam dan banyak dimensi, tapi tentu skill juga untuk bisa membawakan itu. Dia paket lengkap.
Saat dipikir apakah saya tertawa di adegan komedi Seon-Ho karena terpengaruh para fans, rasanya tidak. He’s just that good sampai pengen lagi liat aksi karakter misterius tak bernama yang bisa jadi ikon baru film aksi ini ke depannya.
Review Film The Childe, Kim Seon Ho Menjadi Bintang
Saya kurang suka bagaimana info seolah sengaja disimpan karakter padahal bila cepat diberi tahu rasanya film bisa selesai lebih cepat. Agak terlalu dibuat-buat di situ. Penjahat utamanya pun terkesan kelewat brutal tanpa alasan yang kuat namun diselamatkan kuatnya pengadeganan yang membuatnya lumayan memorable.
Pencapaian terhebat THE CHILDE adalah memberi plot membosankan bumbu yang kuat sampai tak terasa seperti itu DAN menampilkan karakter ikonik yang cukup lekang waktu
Lots of..much form of sadism and strong words.
TV & Movies
Review Film NAPOLEON, and Josephine??

www.gwigwi.com – Napoleon seorang tokoh yang penting namun kurang banyak yang memfilmkan kisah hidupnya secara penuh. Beberapa film yang sudah ada hanya mengambil peperangan yang penting saja seperti Waterloo (1970) atau Battle of Austerlitz (1960) atau seperti The Emperor’s New Clothes (2001) yang bertema komedi fiksi/teori konspirasi bahwa dia digantikan oleh orang lain saat dibuang di St.Helena.

Review Film Napoleon, And Josephine??
Pada akhir tahun 2023 ini, Ridley Scott mencoba membawa Gwiple melihat bagaimana karir Napoleon menanjak terus dari yang tadinya hanya kopral artileri lalu menjadi Jendral hingga akhirnya menjadi Kaisar Prancis. Sayangnya karena durasi film hanya 150 menit jadinya adegan-adegan pertempuran yang ditayangkan hanya sebagian saja seperti di Toulon, Mesir, Austerlitz, dan Waterloo (yang entah kenapa kampanye di Italia hanya dinarasikan, padahal itu kampanye invasi pertama Napoleon yang mengangkat pamornya karena berhasil mengalahkan Austria yang sebagai penguasa de facto Italia) dan adegan-adegan itu terkesan lewat begitu saja tanpa menampilkan kepiawaian Napoleon berstrategi mengalahkan lawan-lawannya walaupun ia kalah jumlah; hanya Waterloo yang durasinya cukup panjang karena pertempuran itu yang mengakhiri karir Napoleon.

Review Film Napoleon, And Josephine??
Yang juga mungkin di luar dugaan adalah terlalu banyak proporsi film berfokus pada hubungan antara Napoleon dan Josephine dimulai dari pertemuan pertama mereka di sebuah saloon, bagaimana Napoleon mencoba memenangkan hatinya Josephine, pernikahan mereka, perselingkuhan yang dilakukan oleh masing-masing , perceraian karena Josephine tidak dapat memberikan keturunan laki-laki, hingga saat-saat terakhir mereka. Lalu pemilihan Joaquin Phoenix sebagai Napoleon muda , walaupun ia aktor bertalenta namun mukanya lebih tua daripada Vanessa Kirby yang memerankan Josephine padahal realitanya Napoleon saat itu berumur 26 tahun sedangkan Josephine sekitar 32 tahun. Dan saat berinteraksi dengan Josephine, Napoleon digambarkan sedikit konyol, nafsuan, dan ada kalanya terlalu bergantung pada istrinya, yang tidak dapat diketahui sejauh mana kebenarannya.

Review Film Napoleon, And Josephine??
Idealnya, Napoleon ini dibuat menjadi 3 atau 4 part agar momen-momen penting terutama pertempuran-pertempurannya dapat ditampilkan secara menyeluruh. Karena yang sekarang ini terasa terlalu terburu-buru dan kurang menampilkan para Marshals yang juga berperan besar dalam memastikan taktik Napoleon terlaksana dengan baik. Satu hal yang menarik, adanya seorang jenderal keturunan Afrika sering muncul dalam beberapa adegan, bagi yang awam bisa jadi bertanya-tanya siapa dia; namun bagi yang mengikuti kisah Napoleon tentu tahu bahwa ia adalah Thomas Alexandre Dumas yang berasal dari Haiti. Bagi penggemar Napoleon mungkin sebaiknya tidak menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap film ini, tonton saja sebagai suatu interpretasi Ridley Scott mengenai salah satu Jendral dan Kaisar Prancis yang masih menjadi inspirasi hingga saat ini.
TV & Movies
Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling klasik

www.gwigwi.com – Shakespeare, Jane Austen, Louisa May Alcott dan sekarang 3 Musketeers nya Alexandre Dumas. Tampaknya karya-karya klasik para penulis legenda itu tak akan pernah berhenti diadaptasi. Nah, tergantung pada filmmakernya, bisakah memberikan corak baru saat menggubahnya?

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik
THE THREE MUSKETEERS: D’ARTAGNAN (2023) berkisah tentang D’artagnan (François Civil) yang ingin bergabung menjadi anggota Musketeer-nya Raja Perancis. Ia kemudian harus memghadapi konspirasi yang ingin menggulingkan kepemimpinan kerajaannya bersama 3 Muskeeter; Athos (Vincent Cassel), Porthos (Pio Marmaï) dan Aramis (Romain Duris).
Paling mencolok adalah bergantinya tipikal ksatria berbaju bersih klimis perlente seperti serial drama periode Downton Abbey (2010), dengan jubah Musketeer yang terlihat usang, kotor diterpa debu yang justru membuat pemakainya terlihat sebagai ksatria gagah kaya pengalaman yang tangguh. Bukan cosplayer event Renaisans.

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik
Aksi dibuat lebih kasar hampir ala baku hantam preman dan dishoot dengan hand held mengikuti kibasan pedang walau agak shaky. Semua untuk membuat aksi lebih realis bak di Trilogi film Bourne. Pengadeganan ini menambah tensi koreografi yang sudah menarik.
Cerita pun mudah diikuti meskipun penonton tak kenal novelnya. Dengan alur cepat, penuh tensi penonton mengikuti D’artagnan yang berpapasan dengan 3 Musketeer satu per satu dalam adegan yang lucu, berwarna kepribadian para karakternya dan berenergi.

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik
Ya film ini memang menampilkan aksi lebih gritty namun film tak lantas kelam muram durja. Para musketeer kuat, berkarisma dan full of life, membuat mereka mudah disukai seperti kebanyakan superhero Marvel.
THE THREE MUSKETEERS: D’ARTAGNAN (2023) adalah swashbuckling flick seru yang mengingatkan pada film seperti THE MASK OF ZORRO (1998). Genre petualangan mendebarkan yang Hollywood bantu populerkan tapi seolah lupa bagaimana meramunya lagi (uhukUncharteduhuk).
TV & Movies
Review Film Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

www.gwigwi.com –

Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam
-
News4 weeks ago
Anime Movie Natsu e no Tunnel Sayonara no Deguchi Akan Tayang di Bioskop Indonesia Mulai Tanggal 15 November 2023 Nanti
-
Tech & life4 weeks ago
Review Logitech G705, Gaming Mouse Mungil Tapi Asik Diajak Main!
-
Box Office3 weeks ago
Review Film THE MARVELS, Cahaya Harapan Baru MCU
-
News3 weeks ago
Pihak Hololive Akan Membuka Pop-Up Store di Tokyo Station Untuk Menyambut Para Turis Asing
-
Smartphone4 weeks ago
POCO C65 Telah Hadir di Pasar Global
-
Gaming3 weeks ago
Pihak Bandai Namco Merilis DLC Tales of Aria Yang Berjudul “Beyond the Dawn”
-
Smartphone3 weeks ago
Samsung Galaxy M34 5G Gak Ada Matinya, Hadirkan Baterai 6.000mAh dan Kamera Anti-Blur
-
Berita Anime & Manga3 weeks ago
Anime Ookami to Koushinryou Merchant Meets the Wise Wolf Akan Tayang Pada Tahun 2024 Nanti