TV & Movies
Review Film Kandahar, Konflik Timur Tengah Berskala Epik
www.gwigwi.com – Gerrard Butler, aktor yang dikenal dengan peran ikoniknya sebagai Leonidas di 300 (2006) kini tak lagi mengheadline film blockbuster studio besar Hollywood dan memilih berkarir di film berbudget sedang seperti film bencana Greenland (2020) dan Plane (2023). Melihat Kandahar (2023) tak sulit merasa skeptis kalau filmnya hanya menjadi kelas B, propaganda perang pro amerika, aksi alakadar dan akan cepat dilupakan. Ternyata, Kandahar boleh jadi adalah salah satu film terbaik mengenai perang di timur tengah.
Setelah membantu meledakkan instalasi nuklir di Iran, Tom (Gerar Butler) bersiap untuk pulang ke Inggris menemui putrinya. Roman (Travis Fimmel) kemudian menawarkan misi yang bisa membantu masa depan anak Tom. Tom menyanggupinya. Dia ditemani penerjemah muslim yang pernah bekerja sama dengan AS, Mohammad (Navid Negahban). Misi Tom dibatalkan dan kini keduanya buronan Iran dan juga agen Pakistan, Kahlil (Ali Fazal) dan harus segera meninggalkan Timur Tengah.
Plotnya mungkin mirip The Covenant (2023) nya Guy Ritchie tapi yang beda dilakukan oleh Kandahar adalah para karakternya. Semuanya memiliki kompleksitas yang menarik; Tom yang sadar perang modern bukan untuk diselesaikan, Roman agen amerika yang muslim, Kahlil orang Pakistan yang liberal, Farzad (Bahador Foladi) tentara Iran yang tak ingin kejam tapi harus dan Mohammad yang seolah penggambaran orang sipil muslim yang terjebak konflik.
Mereka jugalah yang membuat adegan aksi terasa lebih menusuk nan menegangkan. Aksi yang sungguh stand out adalah saat Tom menghadapi helikopter Iran di malam hari. Pengadeganannya kreatif, berasa orisinil dalam mengolah ketegangan.
Semuanya seakan tidak ingin berada di medan perang namun harus baik karena pekerjaan atau rasa tanggung jawab. Boleh jadi bila situasinya lain mereka bisa saja nongkrong akrab bersama.
Adalah Mohammad yang ternyata jadi pencuri perhatian. Adegan dia bertemu pembunuh anaknya demikian emosional dan menegangkan. Bahador tampil luar biasa menunjukkan kesedihan, kemarahan dan keikhlasan seorang bapak di situ.
Kompleksitas situasi di Timur Tengah yang digambarkan melebihi umumnya cerita yang sama; Preman lokal yang mudahnya beralih pihak untuk ambil untung, pasukan khusus Afghan menyamar menjadi ISIS untuk operasi, kelompok lain di Afghan yang bisa dimanfaatkan negara lain seperti Pakistan, etc.
Tentu barat (AS & Inggris) turut hadir dengan kepentingannya, namun tak terkesan mengglorifikasi kedigdayaan mereka. Yah ada dikiiit lah. Semuanya berasa bidak dari teater berskala epik bernama “Konflik Timur Tengah”.
Epik mungkin deskripsi tepat karena tak disangka skala ceritanya cukup besar; melibatkan banyak orang dan terjadi di banyak tempat. Shotnya menguatkan itu, memperlihatkan luas dan indahnya alam di sana melebihi film-film berlatar sama.
Kesuksesan Kandahar nampaknya bukan hanya tak menonjolkan AS dan sekutu tapi menampilkan situasi-situasi yang bisa memicu diskusi dan pertanyaan soal nasionalisme, tujuan berperang dan akibatnya untuk tak hanya si jagoan dan antagonis tapi untuk semua orang di sana juga keluarga yang menunggu di seberang lautan.
Ratingnya R lho
TV & Movies
REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no
www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.
Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.
Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.
Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.
TV & Movies
Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM
www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).
Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…
Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.
Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.
Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?
Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.
Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.
Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.
Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak
Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.
BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.
Box Office
Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton
www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.
Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.
-
Event4 weeks ago
AVIOT Akan Tampil di Anime NYC 2024, Konvensi Anime Terbesar di Pantai Timur AS
-
News3 weeks ago
GwiGwi Merayakan Satu Dekade Kreativitas dan Kebersamaan “Always Together, Always Unique”
-
Event3 weeks ago
Get Ready! Pokémon GO City Safari: Jakarta Hadir dengan Pokémon Eksklusif dan Fitur Baru!
-
Music4 weeks ago
Anime Hub Spotify Akan Berkolaborasi Dengan Pihak Crunchyroll
-
News3 weeks ago
Manga Mattaku Saikin no Tantei to Kitara Mendapatkan Adaptasi Anime
-
News3 weeks ago
Webinar UNITY: Teknik Menjaga Mental dan Performa Saat Bermain Game
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Film The Crow (2024), mencoba setia dengan komiknya
-
Event3 weeks ago
PENGGEMAR ANIME BERANGKAT KE FENWAY PARK RABU INI UNTUK “ONE PIECE NIGHT”