TV & Movies
Review Film Baghead, Kutukan Warisan
www.gwigwi.com – Iris (Freya Allan) seorang mahasiswi yang hidupnya tidak menentu dan hanya mengandalkan kebaikan dari teman akrabnya Katie (Ruby Barker) tiba-tiba mendapatkan berita yang mengejutkan bahwa ayahnya yang sudah lama tidak memberi kabar, meninggal karena terbakar dan mewariskan sebuah pub bersejarah.
Ternyata bukan hanya itu saja yang menjadi warisan sang ayah, di dalam sebuah lubang di rubana pub itu juga tinggalah sesuatu berwujud wanita (sebut saja Baghead) yang dapat berkomunikasi dengan arwah-arwah. Namun semakin lama orang berinteraksi dengan Baghead maka semakin kuat kekuatan dan pengaruhnya terhadap korban.
Iris yang merasa dapat mengendalikan mahluk itu tidak sungkan untuk memanfaatkan kekuatannya terlebih ia diiming iming oleh Neil (Jeremy Irvine) sejumlah uang apabila Neil dapat berkomunikasi dengan almarhum istrinya. Semakin lama keadaan ini berlangsung, semakin tidak jelas sebetulnya Iris mengendalikan Baghead atau Baghead lah yang mengendalikan Iris, inilah yang menjadi tema film, dapatkah seorang manusia mengendalikan mahluk supernatural yang berbahaya.
Film yang berdasarkan film pendek ini, akhirnya dibuat versi panjangnya. Film ini punya atmosfer horor yang dibangun dengan baik.
Set bangunan tua, pencahayaan yang minim berhasil memberikan efek yang bikin bulu kuduk merinding. Begitu juga dengan ruangan bawah tanah tempat Baghead bersemayam tampak begitu memberikan kesan ngeri.
Namun sangat disayangkan, Baghead ini versi film pendeknya sudah bagus. At some point terkesan dipanjang-panjangin. Ada plot yang terkesan maksa yang harusnya gak adapun juga gak ngaruh sama cerita.
Tetapi, Plot film ini cukup seru dengan beberapa twist yang bikin bergumam “Ooooooh” dan durasinya terasa pas sekitar 94 menit.
Bagi yang penasaran asal usul Baghead ini, mungkin akan sedikit kecewa karena hanya disebutkan secara singkat saja dan kurang dramatis. Sedangkan elemen jumpscare-nya tergolong standard namun masih menghibur.
Overall, film horor ini cukup ok untuk ditonton di antara film-film horor lokal yang banyak bergentayangan di bioskop-bioskop.
TV & Movies
Review Film NEVER LET GO, Horor ala dongeng kelam
www.gwigwi.com – Junebug (Halle Berry) dan kedua anaknya; Sam (Anthony B. Jenkins) dan Nolan (Percy Daggs IV) pergi keluar rumahnya di tengah hutan antah berantah untuk pergi mencari makan. Ketiganya mengenakan tali yang terhubung dengan rumah. Mereka berjanji dengan sepenuh hati untuk tidak melepaskannya. Tali yang mengamankan mereka dari godaan iblis di hutan…
NEVER LET ME GO memilliki premis high concept sederhana yang tampaknya mudah sekali dibuat menjadi horror klise nan mudah ditebak. Menariknya, sedari pada membuatnya film horror biasa, film memiliki nuansa layaknya cerita dongeng yang kelam.
Mulai dari penggunaan chapter, setting hutan yang seperti kisah Hensel and Gretel dan nuansa mistis supranatural non abrahamic religius yang menyelimuti. Momen terbaiknya adalah saat film berasa seperti kisah folk tale ala amerika bagian selatan. Menjadikan NEVER LET GO berasa unik dan punya identitas sendiri.
June tampak paranoid berlebihan akan iblis di hutan. Samuel mau mempercayainya tapi Nolan mulai meragukan ibunya. Apalagi saat Koda, anjingnya, menjadi taruhan.
Apakah si iblis benar ada atau hanya godaan dari situasi mereka yang penuh putus asa? Film memainkan suspense tersebut dan sebagian besar cukup berhasil hingga membuat NEVER LET GO menjadi pengalaman unik dibanding horror lain.
Hanya saja begitu sampai pada jawabannya, boleh jadi kurang memuaskan. Agak membuat bingung apa kesimpulan film ini; ingin bicara soal konflik psikologis kah? Selamat dari monster? Atau keduanya?
Rasanya jawaban dari klimaksnya terlalu ingin meraup semua tapi justru berakhir gamang. Tidak dengan pembangunan ketegangannya yang diadegankan dengan efektif dan diakhiri dengan scare yang menghantam.
NEVER LET GO barangkali eksperimen menarik dari tipikal premis high concept yang biasanya ambil jalur aman saja. Film ini mau melangkah lebih jauh di luar zona aman dan serius menghadirkan sesuatu yang berbeda.
TV & Movies
REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no
www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.
Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.
Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.
Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.
TV & Movies
Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM
www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).
Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…
Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.
Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.
Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?
Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.
Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.
Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.
Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak
Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.
BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.
-
News3 weeks ago
GwiGwi Merayakan Satu Dekade Kreativitas dan Kebersamaan “Always Together, Always Unique”
-
Event4 weeks ago
Get Ready! Pokémon GO City Safari: Jakarta Hadir dengan Pokémon Eksklusif dan Fitur Baru!
-
Music4 weeks ago
Anime Hub Spotify Akan Berkolaborasi Dengan Pihak Crunchyroll
-
News3 weeks ago
Webinar UNITY: Teknik Menjaga Mental dan Performa Saat Bermain Game
-
News4 weeks ago
Manga Mattaku Saikin no Tantei to Kitara Mendapatkan Adaptasi Anime
-
TV & Movies4 weeks ago
Review Film The Crow (2024), mencoba setia dengan komiknya
-
Event3 weeks ago
PENGGEMAR ANIME BERANGKAT KE FENWAY PARK RABU INI UNTUK “ONE PIECE NIGHT”
-
Smartphone3 weeks ago
Galaxy Z Fold6 Jadi Pilihan Konten Kreator: Buat Kerja Bisa, Gaming Bisa