TV & Movies
Review Film AVATAR THE WAY OF WATER, Eksplorasi Lautan Planet Pandora

GwiGwi.com – Saat tahu posisi duduk saya di bioskop IMAX adalah K No. 28, saya agak was-was karena tak yakin akan dapat menikmati efek 3D sepenuhnya. Nah, ternyata begitu saya kembali ke Pandora setelah lebih dari 10 tahun lamanya, keraguan itu terbantahkan oleh efek 3D yang terasa begitu dekat, nyaman dilihat walau dikira posisi duduk anda tak ideal dan tentunya visual yang menakjubkan.
1 dekade sudah Jake Sully (Sam Worthington) hidup menjadi Na'vi dengan damai. Manusia yang merusak telah pergi dan beberapa yang bersedia untuk bekerja sama tetap tinggal.
Jake dan Neytiri (Zoe Saldana) menikah. Keduanya memiliki 3 anak kandung; Neteyam (Jamie Flatters), anak sulung si sempurna; Lo'ak (Britain Dalton), anak kedua yang ingin membuktikan dirinya tetapi ceroboh dan sering menimbulkan masalah; Tuk (Trinity Jo-Li Bliss) adik perempuan terkecil yang lucu.
Mereka juga memiliki 2 anak tiri yakni; Spider (Jack Champions) anak manusia biasa yang lebih tertarik dengan kehidupan di hutan Pandora dan Kiri (Sigourney Weaver) yang memiliki hubungan dengan karakter Sigourney, Grace, di film pertama.
Saat mengira kehidupan Jake hanya tinggal jadi orang tua, rangkaian cahaya jatuh ke arah Pandora. Para “Sky People” atau manusia kembali. Api pendaratan pesawatnya langsung menghanguskan hutan di sekitar. Perang kembali dimulai
Setahun setelahnya, Quaritch (Stephen Lang) si antagonis film pertama, terbangun di ruang medis dengan tubuh Na'vi…
Anak-anak Jake dan Neytiri ini tak mengganggu cerita seperti yang mungkin ditakutkan, malahan di AVATAR THE WAY OF WATER ini merekalah yang menperkuat naratifnya. Lo'ak yang gegabah tapi penolong, Neymata yang selalu melindungi saudaranya walau kadang berlebihan, Spider yang ingin mempunyai tempat di antara Na'vi, Tuk jadi bagian lucu dan dilindungi, lalu Kiri yang mempunyai koneksi misterius dengan Eywa, entitas yang dianggap dewa oleh para Na'vi.
Film berfokus pada bagaimana mereka bergaul satu sama lain, menghadapi masalah, belajar beradaptasi ketika nantinya harus tinggal dengan suku air Na'vi. Mereka juga menambah suspense pada cerita karena nasib mereka sulit ditebak dan juga bagaimana Jake Sully bersikap pada mereka.
Neytiri yang barangkali porsinya berkurang. Ya dia mendapat beberapa scene yang kuat emosinya tapi seolah dia hanya kebagian sedih dan marah saja.
Menarik melihat Quaritch beradaptasi dengan Pandora dalam tubuh musuhnya. Cerita dia seolah mengulang pengalaman Jake dulu, belajar menjadi Na'vi namun dengan caranya yang lebih bengis. Chemistry-nya dengan Spider membuka sisi lain yang mungkin tak disangka dan membuatnya sedikit lebih kompleks.
Naratif yang lebih kuat dan karakter yang lebih mudah disenangi memang menjadi poin plus. Ada beberapa bagian yang kurang kuat, bisa jatuh kayak drama remaja CW atau berasa sinetron, namun secara keseluruhan cara bertutur James Cameron yang efektif tetap menekan nada dramatik yang pas meski 3 jam lamanya. Yah emang sih ada adegan flexing visual di air yang agak lama.
Impresi pertama dari visual adalah 3D nya deket banget. Bagusnya, posisi kursi yang tak di tengah pun tetap mendapat pengalaman penuh, buruknya mungkin beberapa skala adegan terlihat kecil seperti saat Jake dan tentara Na'vi menyerbu kereta manusia. Kehancuran kereta kelihatannya seperti miniatur mainan bukan peristiwa besar.
Visual paling memukau begitu Jake dan keluarga beradaptasi dengan lautan Pandora. Berbagai ikan yang berenang menemani anak-anak Jake seperti ikan-ikan yang biasa di iklan TV toko elektronik tapi tentunya dengan polesan Pandora, sinematografi dinamis bak air mengalir dan tentunya efek 3D termutakhir. It will take your breath away.
Memang adegan perang di akhir makin menegaskan kelebihan film ini namun impresi pertama di laut inilah yang kemungkinan paling terekam di memori anda. Jadi ingin belajar menyelam.
Terdapat kesan personal yang kuat pada konflik kali ini yakni Jake Sully vs Quaritch ronde 2. Tegang memang apalagi saat anak-anak terlibat. Hanya saja konflik garis besar Na'vi vs Manusia nya masih terasa 2 dimensi dangkal; manusia rakus vs Na'vi yang hidup penuh syukur dan seadanya. Apakah memang tidak akan ada Na'vi yang jahat? Mungkin di Avatar 3, 4, 5, entah James mau bikin sebanyak apa lagi.
Saya kurang suka penggunaan profanity berlebihan di dialognya. Bisa saja strong words itu diganti dengan yang lebih lembut dan rasanya poinnya masih tersampaikan. Sayang aja visual panorama Pandora ini seakan ternodai hal itu.
AVATAR THE WAY OF WATER mengukuhkan franchise ini sebagai seri yang punya kekuatan untuk bertahan lama bukan sekali pecah terus udahan. Kekurangan masih ada namun derasnya potensi yang dipunya untuk terus mengalir nampaknya sulit terbendung.
TV & Movies
Review Film DUNGEONS & DRAGONS: HONOR AMONG THIEVES

GwiGwi.com – Dungeons & Dragons yang aslinya merupakan tabletop role playing game dan setelah Wizard of The Coast dibeli oleh Hasbro; mereka mencoba membuat film baru berdasarkan salah satu lore game ini.
Honor Among Thieves dibintangi oleh Chris Pine (Edgin), Michelle Rodriguez (Holga), Sophia Lilis (Doric), Justice Smith (Simon), Hugh Grant (Forge) dan Rege-Jean Page (Xenk). Pada film ini menceritakan bagaimana Edgin dan Holga yang sempat ditahan karena melakukan pencurian kembali merencanakan sebuah aksi pencurian skala besar saat High Suns Games, sebuah event turnamen yang ditonton ribuan penduduk serta menjadi bahan taruhan para konglomerat.
Untuk mendukung rencana tersebut, Edgin dan Holga membutuhkan bantuan teman lama mereka, Simon the Wizard yang ternyata memiliki kekuatan yang biasa saja dan merekrut seorang Druid Bernama Doric yang dapat shapeshift menjadi aneka binatang. Dengan lebih mengandalkan modal nekat, kelompok kecil ini mengalami banyak petualangan yang seru dan juga penuh kelucuan.
Honor Among Thieves tidak banyak menjelaskan latar belakang dunia atau peristiwa-oeristiwa besar dalam D&D karena akan terlalu menghabiskan waktu, Gwiple yang tidak mengerti D&D harus menerima hal tersebut. Untuk plot cerita, Honor Among Thieves sudah baik dengan durasi yang juga pas. Film ini juga lebih cenderung ke arah komedi yang pas dengan berbalut aksi -aksi yang cukup seru. Yang disayangkan adalah sebentarnya kemunculan Xenk yang super cool di film ini walau memang patut dimaklumi karena dia terlalu kuat dan dapat membuat plot cerita jadi terlalu mudah.

Auto Draft
Overall D&D: Honor Among Thieves ini sulit bersaing dengan John Wick 4 namun dapat dinikmati semua Gwiple baik yang paham mengenai D&D ataupun yang awam.
TV & Movies
Review Film Assassin Club, When Assassins Kill Each Other

GwiGwi.com – Morgan Gaines (Henry Golding) seorang pembunuh bayaran yang mendapatkan kontrak untuk membunuh enam orang yang tinggal di berbagai negara.
Dengan sedikit kejutan, ternyata keenam orang tersebut juga adalah pembunuh bayaran profesional yang mendapatkan kontrak yang sama untuk membunuh dirinya.
Film ini sebagian besar banyak melakukan syuting di Italia ini, memadukan sebagian genre aksi dan spionase. Film yang tidak hanya menonjolkan keahlian membunuh yang ditampilkan melalui ragam aksi baik itu lewat close hand combat atau tembak- menembak ala penembak jitu.
Tapi para karakter di film ini juga harus adu kecerdikan, mengintai, mengikuti, mencari info, bahkan meretas info bak hacker seperti umumnya terjadi dalam film spionase.
Para pembunuh yang terlibat dalam permainan perburuan ini seperti melakukan permainan petak umpet. Mereka harus bergegas menemukan siapa yang memburu mereka dan yang siapa yang harus mereka bunuh, masing-masing dari mereka mempunyai target siapa yang mereka buru dan bunuh dan berlanjut ke target selanjutnya sambil terus mencari dalam bayang-bayang siapa sesungguhnya dalang di balik semua ini yang menginginkan mereka semua saling membunuh satu sama lain.
Film bergenre action ini mempertemukan berbagai bintang yang cukup dikenal berkat peran-peran mereka yang khas, seperti Henry Golding aktor berkebangsaan Inggris-Malaysia ini dikenal lewat perannya sebagai Nicholas Young dalam Crazy Rich Asians dan ada Sam Neill yang terkenal melalui waralaba Jurassic Park.
Gak cuman mereka, ada dua aktris berkebangsaan Eropa, seperti Naomi Rapace yang terkenal melalui film The Girl with Dragon Tattoo, The Girl Who Played with Fire dan The Girl Who Kicked the Hornet’s Nest. Dan ada Daniela Melchior, aktris Portugis yang memulai debut internasionalnya dalam The Suicide Squad sebagai Ratcatcher II.
Dari segi akting justru yang cukup mendapat Spotlight di film ini justru berasal dari karakter antagonis yang diperankan oleh Noomi Rapace sebagai Falk, pembunuh bayaran legendaris yang misterius yang menambah kerumitan ekstra dalam plotnya.
Sementara itu untuk pemeran lainnya, aktingnya terbilang standar saja termasuk pemeran utama yang dimainkan oleh Golding. Penonton harus jeli dalam merangkai setiap informasi yang didapatkan dari setiap adegan yang berlangsung untuk mendapat jawaban mengapa pembunuhan ini harus terjadi dan apa yang menjadi penyebabnya.
Secara keseluruhan, Assasin Club merupakan sajian yang menghibur, memadukan action dan spionase, dengan menyisipkan kejutan di akhir ceritanya.
Premisnya tergolong lumayan unik di mana para pembunuh bayaran mendapatkan kontrak untuk membunuh para pembunuh lainnya dan tanpa mereka sadar diri mereka sendiri juga yang menjadi target pembunuhan.
Film ini cocok menjadi suguhan alternatif ketika kalian jenuh akan genre film yang rilis belakangan ini.
TV & Movies
Review Film John Wick Chapter 4, Blades, nunchuks and Lots, Lots of Guns

GwiGwi.com – Terakhir kali penonton melihat John Wick (Keanu Reeves), dia tertembak dan jatuh dari atas hotel Continental New York. Dijemput oleh anak buah Bowery King (Laurence Fishburne), baik si King dan John terlihat siap membalas dendam pada High Table, kelompok penguasa dunia assassin John Wick.
Bertahun setelahnya dan telah pulih, King bertanya pada John,
“Are you ready John?”
Keanu Reeves dengan intonasi khasnya menjawab,
“Yeah”
Barangkali penonton mengira film ini begitu cut and dry revenge movie. Nope. Mengejutkannya JOHN WICK CHAPTER 4 terasa lebih personal dari 2 film sebelumnya dan memiliki tema kuat soal duka para pembunuh ini hidup di dunia penuh darah dan akibatnya pada diri, sahabat dan keluarga mereka.

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns
Baik karakter Koji Shimazu (Hiroyuki Sanada); Mr Nobody (Shamier Anderson) seorang pencari jejak/tracker yang disewa anggota High Table pengincar John, Marchese (Bill Skarsgard) yang hanya ingin membeli rumah untuk dia dan anjingnya; dan yang mungkin akan jadi favorit penonton dengan gaya bertarung ala samurai buta ala ZATOICHI digabungkan dengan kepribadian polisi senior film cina, Caine (Donny Yen), ketiganya membawa gaya bertarung unik masing-masing sekaligus memperkuat temanya.
Melihat Koji, Caine dan John yang telah berteman lama itu terpaksa bertarung terasa pedih. Tanda dari suksesnya filmmaker menambah poin dramatisnya. Suatu keputusan tepat dan berani membuat para karakter berlatar belakang demikian walau bisa sekali film ke 4 ini isinya plot dangkal yang menjual kekerasan saja.

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns
Dari aksi, ya JOHN WICK: CHAPTER 4 masih melanjutkan kejayaan franchise ini sebagai balada kekerasan epik. Namun, terdapat beberapa tarian yang rasanya sudah familiar; John akan menembak, memegang orang di depan lalu tembak orang di samping, membanting org pertama dan head shot atau variasi dari itu. Koreo demikian juga dilakukan oleh beberapa karakter lain tentu dengan versi mereka sendiri dan durasi kelahinya bisa panjang sekali yang membuat pola itu kentara.
Contoh paling kuatnya saat adegan bertarung dengan Killa (Scott Adkins) di klub malam. Tak banyak koreo spesial dan durasinya agak kepanjangan. Ya, saat di Osaka memang John dengan Nunchuk dan melawan Caine menarik, tapi rasanya masih belum mengalahkan aksi terbaik film-film sebelumnya.
Kemudian datang adegan bertarung dengan shotgun berpeluru membakar/Dragon’s Breath dengan koreografi kamera dan aksi yang sangat berbeda nan membara sekaligus jawdroping.

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns
Dilanjutkan dengan klimaks pertarungan John dan Caine di tangga Paris yang bisa jadi adalah puncak dari kualitas unik John Wick; aksi gilani kreatif, lucu dan sentuhan beraksi dengan teman lama dunia assassin seperti di JOHN WICK: CHAPTER 3 PARABELLUM.
Apabila sekuen ini dan adegan duel pistol menegangkan penuh suspens setelahnya adalah aksi terakhir dari Keanu sebagai John Wick, maka sangatlah pantas sekali.

Review Film John Wick Chapter 4, Blades, Nunchuks And Lots, Lots Of Guns
Ending dari JOHN WICK: CHAPTER 4 ini yang penuh emosi dan cocok sebagai penutup bisa jadi menetapkan John Wick sebagai franchise aksi nomor wahid dalam menetapkan standar baru film aksi untuk Hollywood, nay, dalam sejarah film dunia.
But yeah…this is a weird movie to start ramadhan month and i dont think it fit for it lol.
- Berita Anime & Manga4 weeks ago
Anime Kimetsu no Yaiba: Jougen Shuuketsu Soshite Katanakaji no Sato e ini Akan Tayang di Bioskop Indonesia Mulai Bulan Maret 2023
- Gaming4 weeks ago
Game Visual Novel My Girlfriend’s Special Place Akan Segera Hadir di Platform Steam
- Gaming2 weeks ago
Review Game Resident Evil 4 Remake Demo: Memiliki Gameplay Sangat Berbeda Dibandingkan Sebelumnya
- Entertainment2 weeks ago
Yua Mikami Umumkan Pensiun dari Dunia AV
- News3 weeks ago
Review Anime Koori Zokusei Danshi to Cool na Douryou Joshi Episode 9: Berdoa Demi Masa Depan Bersama Pacar
- Berita Anime & Manga2 weeks ago
Spoiler Manga Boruto Chapter 79: Kawaki dan Eida Menuduh Boruto Telah Membunuh Naruto
- News2 weeks ago
HAI DJPB Terduga Melakukan Tindakan Tracing Untuk Desain Karakter “Nindy”
- TV & Movies2 weeks ago
Review Film SUKA DUKA UNI UNA, Perjalanan Hidup Uni Una