Connect with us

TV & Movies

Review Film 65, bertahan hidup di masa pra sejarah

Published

on

Review Film 65, Bertahan Hidup Di Masa Pra Sejarah

Gwigwi.com – Di masa sebelum sejarah peradaban manusia, Mills (Adam Driver) hidup damai bersama keluarganya di planet bernama Somaris.

Suatu ketika Mills mendapatkan sebuah misi untuk melakukan ekspedisi ke planet lain bersama beberapa warga planet lain, namun na’as kapalnya tertabrak asteroid dan membuat kapal tersebut mendarat darurat di planet bumi 65 juta tahun yang didominasi oleh spesies dinosaurus.

Review Film 65, Bertahan Hidup Di Masa Pra Sejarah

Review Film 65, Bertahan Hidup Di Masa Pra Sejarah

Mills menemukan gadis muda bernama Koa (Ariana Greenblatt), yang turut selamat dari peristiwa itu. Mills dan Koa lalu bersama-sama mencoba bertahan hidup di medan yang belum pernah mereka ketahui.

Bumi pada masa Cretaceous penuh dengan hewan purba yang hendak memangsa mereka dan Mills mendapatkan petunjuk yang merupakan satu-satunya cara menyelamatkan diri dari planet berbahaya itu.

Mampukah Mills dan Koa bertahan di planet bumi era Cretaceous dan berhasil selamat??

Sepertinya Scott Beck dan Bryan Woods berhasil dengan film A Quiet Place yang memberikan pengalaman cinematic baru dalam meneror penonton nya. Namun hal tersebut tidak terjadi ketika mereka menggarap 65.

Review Film 65, Bertahan Hidup Di Masa Pra Sejarah

Review Film 65, Bertahan Hidup Di Masa Pra Sejarah

Film ini seperti digarap oleh anak baru yang menjejakan kaki ke genre sci-fi, dan sangat menyukai Dinosaurus. Hal ini terlihat jelas dari minimnya detail yang menjelaskan apa yang sedang terjadi. Hal Ini jelas bikin gue gregetan sepanjang film.

Walaupun pada akhirnya kita bisa paham tentang apa yang terjadi di dalam film melalui adegan dan monolog dari Mills.

Tetapi ide mengenai seorang tentara masa depan yang terlantar di sebuah planet yang dipenuhi oleh Dinosaurus, terasa sangat dangkal dan cenderung seperti malas.

Untunglah adegan action dan sound effect di dalam film ini tergolong intens dan menghibur, sehingga gue masih merasakan berbagai teror yang mengerikan di film ini.

Review Film 65, Bertahan Hidup Di Masa Pra Sejarah

Review Film 65, Bertahan Hidup Di Masa Pra Sejarah

Selain itu gue juga harus mengapresiasi kemampuan akting Adam Driver. Di tengah-tengah skenario dan dialog yang dangkal doi tetap bisa menampilkan performa yang maksimal. Bisa dibilang film ini dipikul sendiri sama doi.

What if? Kalau filmnya diproduseri Steven Spielberg pasti film ini akan terlihat sangat wah dan gak tanggung-tanggung dalam menggarap teror dinosaurus.

Secara keseluruhan, film 65 bisa lebih baik lagi dalam penggarapan nya. Terlepas dari cerita yang sangat sederhana, gue terhibur dengan sajian ketegangan yang intens dan sound effect yang cukup nendang.

P.S: Akan lebih joss!! Jika kalian nonton filmnya dengan studio yang menggunakan Dolby Atmos.

Advertisement

TV & Movies

REVIEW FILM SPEAK NO EVIL, it’s okay to say no

Published

on

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

www.gwigwi.com – Speak No Evil tahun 2024 ini adalah remake dari film Denmark dengan judul yang sama. Pada versi 2024 in disutradari oleh James Watkins dan diproduseri Jason Blum. Mirip dengan film aslinya, pasangan Ben (Scoot McNairy) dan Louise Dalton (Mackinzie Davis) beserta anaknya, Agnes (Alix West) sedang liburan ke Italia. Disana mereka berkenalan dengan keluarga lain yang terdiri dari Paddy (James McAvoy), Ciara (Ailsing Franciosi), dan anak laki-laki mereka yaitu Ant (Dan Hough). Paddy pun mengajak Ben dan keluarga untuk menginap di rumah mereka di pedesaan di Inggris, ide ini disambut baik oleh Ben yang ingin rehat sejenak dari khidupan perkotaan dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Louise yang dirasakan sudah mulai retak.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Awalnya liburan ini dianggap berdampak positif namun sifat Paddy yang lama-lama semakin agresif dalam mengasuh anak dan senang berdebat membuat Louise tidak nyaman. Hingga akhirnya Ben dan Louise pun memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana awal; namun mereka mengetahui bahwa untuk keluar dari sana tidaklah mudah apalagi setelah mereka mengetahui rahasia gelapnya Paddy.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Walaupun Gwiple sudah tau bahwa ada yang salah dengan keluarganya Paddy, namun film ini akan terus membuat penontonnya tetap waswas dan penuh rasa antusias menunggu aksi kejamnya Paddy terhadap keluarga Dalton. Rasa waswas dan cemas ini akan terbayarkan dengan baik saat adegan-adegan klimaks diakhiri dengan ending yang juga memuaskan. Namun bagi para penggemar gore bakalan kecewa karena tidak ada adegan sadis selama film. Akting para pemain disini juga bagus-bagus terutama James McAvoy yang menampilkan sisi psychopath nya Paddy.

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Review Film Speak No Evil, It’s Okay To Say No

Speak No Evil ini menarik sekali untuk disaksikan oleh Gwiple karena ketegangan yang diberikan terasa pas dan bukan sekedar jumpscare. Kalian dapat mulai menontonnya pada tanggal 13 September ini di bioskop-bioskop kesayangan.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film BEETLEJUICE BEETLEJUICE, SAME OLD WITH LESS CHARM

Published

on

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

www.gwigwi.com – Beetlejuice, Beetlejuice, Beetlejuice, disebut 3 kali maka keluarlah karakter ikonik yang dimainkan Michael Keaton ini setelah 35 tahun sejak film pertamanya, BEETLEJUICE (1988).

Apakah sekuelnya, BEETLEJUICE BEETLEJUICE (2024), masih memiliki energi yang sama dan tidak menjemukan? Hmmm…

Lydia (Winona Ryder) kini menjadi presenter acara supranatural. Hubungannya dengan anaknya, Astrid (Jenna Ortega) kacau karena kemampuannya melihat orang mati. Ibu tirinya, Della (Catherine O’hara) menjadi seniman nyentrik. Dia juga dibuntuti Rori (Justin Theroux) yang ingin menikahinya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Pendeknya, hidup Lydia tak banyak membaik setelah pertemuannya dengan Bettlejuice.

Kembalinya Delores (Monica Bellucci), mantan istri Beetlejuice, membuatnya ketakutan. Lalu ada Jeremy (Arthur Conti) lelaki tamvan yang menarik hati Astrid. Apakah untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya Lydia terpaksa memanggil Beetlejuice?

Ya, film ini banyak sekali plotnya. Perihal Delores seakan krusial tetapi ternyata berakhir melempem. Begitu pun soal Jeremy. Seolah filmmaker ingin membuat kejutan dengan harapan plot utama yang baru di pertengahan ditunjukkan, cukup untuk memaku penonton. Padahal plot itu hanya ulangan dari film pertamanya.

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Penceritaan film pun doyan banyak ucap. Dialog suatu karakter menginformasikan hal A, diulang lagi oleh karakter lain. Ditambah komedi verbal yang kurang ngena.

Jadilah BEETLEJUICE BEETLEJUICE film banyak dialog yang terasa menjemukan.

Padahal visual gothic horror comedy khas sutradara Tim Burton sebenarnya asik dan unik untuk zaman sekarang. Apalagi akting para pemain, khususnya Michael Keaton, berkomitmen dan mampu untuk mendukung itu. Hanya saja kurang banyak mendapat spotlight atau diberi momentum kuat supaya lebih menghentak

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Review Film Beetlejuice Beetlejuice, Same Old With Less Charm

Komedi visual yang bisa jadi daya tarik utama film, kalah porsi dengan dialog yang kurang menarik. Film butuh sekali energi ala film animasi komedi yang jarang ditunjukkan sepanjang film.

BEETLEJUICE BEETLEJUICE tampaknya akan sulit mengena audiens zaman now bila tak mengenal film pertamanya.

Continue Reading

Box Office

Review Film HOUND OF WARS, Penculikan Presiden Yang Monoton

Published

on

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

www.gwigwi.com – www.gwigwi.com – Dalam film ini, Ryder (Frank Grillo) menjadi satu-satunya pasukan khusus yang selamat dalam sebuah operasi yg gagal saat berusaha membunuh seorang warlord di Libya.

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Ternyata gagalnya operasi tersebut dikarenakan Kolonel Hart (Robert Patrick) yang membelot dan memihak kepada warlord tersebut. Ryder pun berencana membalas dendam terhadap Hart dengan menculik presiden Amerika Serikat dan membongkar kemunafikan pemerintah AS dengan melakukan misi-misi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh negara lain.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Tema film yang standard dan tanpa adanya kreativitas malah menjadikan film aksi yang monoton. Entah faktor apa yang terjadi? Kemudian durası di film ini juga terkesan diulur-ulur  dengan adegan-adegan tidak perlu dengan ending yang juga antiklimaks.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Adegan aksi dalam film ini yang masih OK untuk dilihat walau tidak sampai terlalu berkesan.
Performa Frank Grillo cukup baik di film ini namun sangat disayangkan akting Robert Patrick terasa penampilannya kaku dan kurang mendukung secara keseluruhan film. Begitupun dengan pemeran pendamping lainnya juga tidaklah istimewa.
Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Hound Of Wars: Penculikan Presiden Yang Monoton

Akhir kata, Hounds of War ini memang hanyalah film aksi kelas B yang biasa aja, semoga kelak Frank Grillo dapat membintangi film aksi yang lebih baik daripada ini.

Continue Reading

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending