Connect with us

TV & Movies

Ini dia Film “Mega Shark” melawan Titan dari “Attack on Titan”

Published

on

GwiGwi.com – Diikuti kesuksesan Mega Shark Versus Giant Octopus, Mega Shark Versus Crocosaurus and Mega Shark Versus Mecha Shark, serial The Asylum dari aquatic art film ini membuat sekuelnya dibulan Juli dengan judul Mega Shark vs. Kolossus. Christopher Ray akan kembali menyutradarai langsung film pertarungan spektakuler ini.

Film ini akan mendapat screening lebih awal di acara Qualite Fantastic! Cinema Collection 2014, sebuah festival film tahunan yang menawarkan film indie internasional yang digelar 16 Mei hingga 26 Juni 2015.

Namun, bagaimana jadinya jika sang raksasa Kolossus mengingatkanmu dengan anime yang sedang populer di Jepang dan dunia, Yup jika melihat Kolossus di film ini memang dari segi wajah mirip dengan titan di Shingeki no Kyojin.

via Crunchyroll

Advertisement

TV & Movies

Review Film NAPOLEON, and Josephine??

Published

on

Review Film Napoleon, And Josephine??

www.gwigwi.com – Napoleon seorang tokoh yang penting namun kurang banyak yang memfilmkan kisah hidupnya secara penuh. Beberapa film yang sudah ada hanya mengambil peperangan yang penting saja seperti Waterloo (1970) atau Battle of Austerlitz (1960) atau seperti The Emperor’s New Clothes (2001) yang bertema komedi fiksi/teori konspirasi bahwa dia digantikan oleh orang lain saat dibuang di St.Helena.

Review Film Napoleon, And Josephine??

Review Film Napoleon, And Josephine??

Pada akhir tahun 2023 ini, Ridley Scott mencoba membawa Gwiple melihat bagaimana karir Napoleon menanjak terus dari yang tadinya hanya kopral artileri lalu menjadi Jendral hingga akhirnya menjadi Kaisar Prancis. Sayangnya karena durasi film hanya 150 menit jadinya adegan-adegan pertempuran yang ditayangkan hanya sebagian saja seperti di Toulon, Mesir, Austerlitz, dan Waterloo (yang entah kenapa kampanye di Italia hanya dinarasikan, padahal itu kampanye invasi pertama Napoleon yang mengangkat pamornya karena berhasil mengalahkan Austria yang sebagai penguasa de facto Italia) dan adegan-adegan itu terkesan lewat begitu saja tanpa menampilkan kepiawaian Napoleon berstrategi mengalahkan lawan-lawannya walaupun ia kalah jumlah; hanya Waterloo yang durasinya cukup panjang karena pertempuran itu yang mengakhiri karir Napoleon.

Review Film Napoleon, And Josephine??

Review Film Napoleon, And Josephine??

Yang juga mungkin di luar dugaan adalah terlalu banyak proporsi film berfokus pada hubungan antara Napoleon dan Josephine dimulai dari pertemuan pertama mereka di sebuah saloon, bagaimana Napoleon mencoba memenangkan hatinya Josephine, pernikahan mereka, perselingkuhan yang dilakukan oleh masing-masing , perceraian karena Josephine tidak dapat memberikan keturunan laki-laki, hingga saat-saat terakhir mereka. Lalu pemilihan Joaquin Phoenix sebagai Napoleon muda , walaupun ia aktor bertalenta namun mukanya lebih tua daripada Vanessa Kirby yang memerankan Josephine padahal realitanya Napoleon saat itu berumur 26 tahun sedangkan Josephine sekitar 32 tahun. Dan saat berinteraksi dengan Josephine, Napoleon digambarkan sedikit konyol, nafsuan, dan ada kalanya terlalu bergantung pada istrinya, yang tidak dapat diketahui sejauh mana kebenarannya.

Review Film Napoleon, And Josephine??

Review Film Napoleon, And Josephine??

Idealnya, Napoleon ini dibuat menjadi 3 atau 4 part agar momen-momen penting terutama pertempuran-pertempurannya dapat ditampilkan secara menyeluruh. Karena yang sekarang ini terasa terlalu terburu-buru dan kurang menampilkan para Marshals yang juga berperan besar dalam memastikan taktik Napoleon terlaksana dengan baik. Satu hal yang menarik, adanya seorang jenderal keturunan Afrika sering muncul dalam beberapa adegan, bagi yang awam bisa jadi bertanya-tanya siapa dia; namun bagi yang mengikuti kisah Napoleon tentu tahu bahwa ia adalah Thomas Alexandre Dumas yang berasal dari Haiti. Bagi penggemar Napoleon mungkin sebaiknya tidak menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap film ini, tonton saja sebagai suatu interpretasi Ridley Scott mengenai salah satu Jendral dan Kaisar Prancis yang masih menjadi inspirasi hingga saat ini.

Continue Reading

TV & Movies

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling klasik

Published

on

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

www.gwigwi.com – Shakespeare, Jane Austen, Louisa May Alcott dan sekarang 3 Musketeers nya Alexandre Dumas. Tampaknya karya-karya klasik para penulis legenda itu tak akan pernah berhenti diadaptasi. Nah, tergantung pada filmmakernya, bisakah memberikan corak baru saat menggubahnya?

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

THE THREE MUSKETEERS: D’ARTAGNAN (2023)  berkisah tentang D’artagnan (François Civil) yang ingin bergabung menjadi anggota Musketeer-nya Raja Perancis. Ia kemudian harus memghadapi konspirasi yang ingin menggulingkan kepemimpinan kerajaannya bersama 3 Muskeeter; Athos (Vincent Cassel), Porthos (Pio Marmaï) dan Aramis (Romain Duris).

Paling mencolok adalah bergantinya tipikal ksatria berbaju bersih klimis perlente seperti serial drama periode Downton Abbey (2010), dengan jubah Musketeer yang terlihat usang, kotor diterpa debu yang justru membuat pemakainya terlihat sebagai ksatria gagah kaya pengalaman yang tangguh. Bukan cosplayer event Renaisans.

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Aksi dibuat lebih kasar hampir ala baku hantam preman dan dishoot dengan hand held mengikuti kibasan pedang walau agak shaky. Semua untuk membuat aksi lebih realis bak di Trilogi film Bourne. Pengadeganan ini menambah tensi koreografi yang sudah menarik.

Cerita pun mudah diikuti meskipun penonton tak kenal novelnya. Dengan alur cepat, penuh tensi penonton mengikuti D’artagnan yang berpapasan dengan 3 Musketeer satu per satu dalam adegan yang lucu, berwarna kepribadian para karakternya dan berenergi.

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Review Film The Three Musketeers: D’artagnan, Swashbuckling Klasik

Ya film ini memang menampilkan aksi lebih gritty namun film tak lantas kelam muram durja. Para musketeer kuat, berkarisma dan full of life, membuat mereka mudah disukai seperti kebanyakan superhero Marvel.

THE THREE MUSKETEERS: D’ARTAGNAN (2023) adalah swashbuckling flick seru yang mengingatkan pada film seperti THE MASK OF ZORRO (1998). Genre petualangan mendebarkan yang Hollywood bantu populerkan tapi seolah lupa bagaimana meramunya lagi (uhukUncharteduhuk).

Continue Reading

TV & Movies

Review Film Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Published

on

Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

www.gwigwi.com –

Black Friday dan Thanksgiving merupakan 2 event yang saling melengkapi pada bulan November apalagi dengan konsumerisme yang semakin bertambah, event Black Friday sering memakan korban para pengunjung yang berebutan mencari barang-barang diskon. Kota Plymouth yang merupakan asal dari tradisi Thanksgiving pun tidak terlepas dari tragedi Black Friday yang memakan beberapa korban jiwa di Right Mart.
Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Penyebabnya bisa dianggap sepele, karena para pengunjung yang sudah lama mengantri menjadi rusuh ketika mereka  melihat Jessica Wright (Nell Verlaque); putri dari Thomas Wright (Rick Hoffman) yang merupakan pemilik dari Right Mart; bersama teman-temannya bisa masuk duluan ke dalam toko untuk berbelanja. Keadaan cepat menjadi tidak terkendali dan beberapa korban berjatuhan, namun oleh aparat peristiwa ini dianggap sebagai suatu tragedy dan tidak ada yang dipidana.
Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Satu tahun kemudian, tragedi malam Black Friday masih menjadi kontroversi di Plymouth dan untuk menambah ketegangan di kalangan penduduk; seorang pembunuh berantai berkeliaran membunuh orang-orang yang dianggap memicu kerusuhan tahun lalu. Jessica yang merasa ikut bertanggung jawab atas kejadian tahun lalu membantu Sheriff Newlon (Patrick Dempsey) dalam mengungkap siapa pembunuh yang memiliki kaitan dengan salah satu korban Black Friday.
Eli Roth yang menyutradarai film ini tidaklah asing dengan genre horror dengan film-film sebelumnya seperti Urban Legend dan  Chainsaw.
Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Review Film: Thanksgiving, Perayaan Untuk Balas Dendam

Dengan bergaya 80s slasher movie, Thanksgiving banyak menampilkan adegan gore (yang sayangnya cukup banyak yang disensor) yang membuat ngilu Gwiple yang menontonnya. Siapa pelaku pembunuhan berantai ini pun cukup sulit untuk ditebak pada awal-awal cerita. Mungkin Gwiple baru bisa menebaknya pada pertengahan atau menjelang akhir film.
Overall, Thanksgiving ini seru dan tidak semata-mata mengandalkan jumpscare untuk membuat penonton merasakan sensasi ketegangan  walaupun memang adegan-adegan sadis di film ini tidak cocok untuk sebagian kalangan. Bagi penggemar film slasher bisa segera menonton Thanksgiving di bioskop-bioskop kesayangan mulai dari 22 November 2023 ini.
Continue Reading

Trakteer

Interview on GwiGwi

Join Us

Subscribe GwiGwi on Youtube

Trending